Konsep Wilayah dan Pengembangan Wilayah
dikemukakan oleh Alkadri 2002 bahwa sebagian ahli mendefinisikan wilayah dengan merujuk pada tipe-tipe wilayah, ada pula yang mengacu pada fungsinya,
dan ada pula yang berdasarkan korelasi yang kuat diantara unsur -unsur fisik dan non fisik pembentuk suatu wilayah. Dengan demikian pengertian wilayah tidak
hanya sebatas aspek fisik tanah, namun juga aspek lain seperti biologi, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan. Berdasarkan fungsinya wilayah dibedakan atas tiga
bentuk yaitu wilayah homogen, wilayah nodal, dan wilayah perencanaan. Strategi pengembangan suatu wilayah sangat ditentukan oleh karakteristik
dan potensi yang terdapat di wilayah tersebut. Oleh karena itu, sebelum melakukan perumusan kebijakan yang dilaksanakan perlu mengetahui tipejenis wilayahnya.
Menurut Tukiyat 2002 secara umum terdapat lima tipe wilayah dalam suatu negara :
1. Wilayah yang telah maju. 2.
Wilayah netral, yang dicirikan dengan adanya tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi.
3. Wilayah sedang, yang dicirikan adanya pola distribusi pendapatan dan
kesempatan kerja yang relatif baik. 4. Wilayah yang kurang berkembang atau kurang maju, yang dicirikan adanya
tingkat pertumbuhan yang jauh di bawah tingkat pertumbuhan nasional dan tidak ada tanda -tanda untuk dapat mengejar pertumbuhan dan pengembangan.
5. Wilayah tidak berkembang. Dengan mengetahui ciri suatu wilayah, maka dapat dirumuskan kebijakan
yang tepat dilakukan dalam pengembangan wilayah. Pada era otonomi daerah saat ini, salah satu konsep pengembangan wilayah yang perlu mendapat perhatian
adalah pengembangan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, menurut Tukiyat 2002 konsep pengembangan ekonomi wilayah harus berorientasi pada pertumbuhan
ekonomi wilayah dengan menggali potensi produk unggulan daerah. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pengembangan
wilayah adalah menyusun perencanaan wilayah. Menurut Tarigan 2004b perencanaan wilayah adalah perencanaan penggunaan ruang wilayah termasuk
perencanaan pergerakan di dalam wilayah dan perencanaan kegiatan pada ruang wilayah tersebut. Perencanaan penggunaan ruang wilayah diatur dalam bentuk
perencanaan tata ruang wilayah, sedangkan perencanaan kegiatan dalam wilayah diatur dalam perencanaan pembangunan wilayah. Tata ruang wilayah merupakan
landasan dan juga sekaligus juga sasaran dari perencanaan pembangunan wilayah. Perencanaan pembangunan wilayah tidak mungkin terlepas dari apa yang sudah ada
saat ini di wilayah tersebut. Aktorpelaku pembangunannya adalah seluruh masyarakat yang ada di wilayah tersebut termasuk di dalamnya pemerintah daerah
serta pihak-pihak luar yang ingin melakukan kegiatan di wilayah tersebut. Paling tidak terdapat dua peran pemerintah daerah yang cukup penting dalam
pembangunan wilayah yaitu sebagai pengatur atau pengendali regulator dan sebagai pemacu pembangunan stimulator . Dana yang dimiliki pemerintah dapat
digunakan sebagai stimulan untuk mengarahkan investasi swasta atau masyarakat umum ke arah yang diinginkan oleh pemerintah.
Salah satu pendekatan dalam perencanaan pembangunan menurut Tarigan 2004 adalah pendekatan sektoral. Pendekatan sektoral dilakukan dengan
mengelompokkan kegiatan pembangunan kedalam sektor-sektor. Selanjutnya masing-masing sektor dianalisis satu persatu untuk menetapkan apa yang dapat
dikembangkan atau di tingkatkan dari sektor-sektor tersebut guna lebih mengembangkan wilayah.
Menurut Tacoli 1998 bahwa konsep pembangunan dalam beberapa dekade terakhir ditujukan pada perubahan hubungan antara sektor pertanian dengan
industri. Kebijakan pertumbuhan ekonomi mengikuti satu atau dua pendekatan, yaitu pertama investasi di sektor pertanian berpengaruh pada penyediaan kebutuhan
sektor industri dan perkotaan, sedangkan pendekatan kedua berpendapat bahwa pertumbuhan industri dan perkotaan memerlukan sektor pertanian yang lebih
modern. Strategi pembangunan dengan pusat pertumbuhan didasarkan pada asumsi
bahwa pembangunan dimulai pada beberapa sektor yang dinamis dan pada wilayah tertentu, yang dapat memberikan dampak yang luas spread effect dan dampak
ganda multiplier effect pada sektor lain dan wilayah yang lebih luas Stohr 1981 dalam Mercado 2002. Pandangan ekonomi neo-klasik berprinsip bahwa kekuatan
pasar akan menjamin ekuilibrium keseimbangan dalam distribusi spasial ekonomi dan proses trickle down effect atau centre down dengan sendirinya akan terjadi
ketika kesejahteraan diperkotaan tercapai, dan akan turun ke kawasan hinterland dan perdesaan melalui beberapa mekanisme yaitu hirarkhi perkotaan dan
perusahaan-perusahaan besar. Secara simplistik, konsep pengembangan wilayah sendiri terbagi dua dan
saling berseberangan. Dominasi pertama menyatakan bahwa dalam mengembangkan suatu wilayah harus berawal dari penentuan kebijakan yang
berasal dari pusat production centered development dengan anggapan bahwa pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan secara serentak melainkan harus
melalui beberapa sektor unggulan yang kemudian akan menjalar kepada sektor- sektor lainnya dan perekonomian secara keseluruhan. Dominasi kedua menekankan
pembangunan desentralistik atau pembangunan yang berpusat kepada masyarakat people centered development.
Menurut Zen 1999 pengembangan wilayah adalah usaha mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam manusia dan teknologi dengan
memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri. Kesemuanya itu disebut memberdayakan masyarakat dapat ditampilkan seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan antara Pengembangan Wilayah, Sumber Daya Alam,
Sumber Daya Manusia dan Teknologi Fungsi utama dari aktivitas pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Menurut Saefulhakim dalam Suryawardana 2006, untuk mencapai
Pengembangan Wilayah
Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Lingkungan Hidup
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya Alam Teknologi
fungsi tersebut maka aktivitas-aktivitas dapat dilakukan pemerintah melalui: 1 regulasi, tata aturan, penegakan norma, dan pengawasan; 2 public facility
provision, penyediaan fasilitas umum, artinya pemerintah sebagai koordinator pengadaan; dan 3 penentuan lokasi fasilitas umum yang tepat. Namun dalam
pelaksanaannya, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh pemerintah adalah terbatasnya anggaran pemerintah dan arah dari alokasi pengeluaran pemerintah itu
sendiri. Dalam konteks pembangunan ekonomi daerah, maka pemerintah seharusnya
mengarahkan pengeluarannya kepada sektor-sektor unggulan karena mempunyai nilai keterkaitan dan multiplier yang besar. Selain pemerintah, peran yang sangat
diharapkan adalah dari investasi. Investasi yang mengarah kepada sektor unggulan juga akan meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian daerah.
Kinerja pembangunan daerah dapat tercapai apabila penganggaran telah sesuai dengan tujuan
daerah itu
sendiri, antara lain kesejahteraan masyarakat,mengurangi kesenjangan wilayah, dan meningkatkan daya beli masyarakat Suryawardana,
2006.