Prosedur Perlakuan Simulasi METODE PENELITIAN

Tingginya suku bunga kredit yang ditetapkan bank menyebabkan biaya modal yang dihadapi pelaku usaha perusahaan semakin tinggi. Semakin tinggi biaya modal dan rendahnya tingkat ouput akibat rendahnya akumulasi modal usaha akan menyebabkan biaya rata-rata produksi perusahaan semakin tinggi sehingga akan direspon pula dengan kenaikan harga produk. Perkembangan kenaikan harga produk akan dikaji oleh peneliti sebagai tingkat inflasi.

3.6. Prosedur Perlakuan Simulasi

Dalam simulasi percobaan ekonomi ini, kebijakan penanganan bank yang bermasalah terdiri dari kebijakan penutupan dan penyelamatan bank bermasalah. Masing-masing perlakuan dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Penjelasan terkait tindakan penanganan, kondisi ekonomi, serta kondisi ukuran bermasalah dapat dilihat pada Tabel 4.1. Percobaan ekonomi dalam penelitian ini melibatkan delapan kombinasi perlakuan yang berbeda didasarkan pada faktor kondisi ekonomi dan faktor ukuran bank. Delapan kombinasi perlakuan tersebut, antara lain : 1. Perlakuan pertama, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain. 2. Perlakuan kedua, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain. 3. Perlakuan ketiga, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain. Tabel 3.3. Penjabaran Kondisi Perlakuan dalam Simulasi Percobaan Ekonomi Tindakan Penanganan Penutupan bank bermasalah Pertengahan bulan pertama, Bank Bermasalah akan ditutup pemerintah. Saldo deposan akan hangus dan perusahaan tidak dapat meminjam kredit modal kerja pada bank. Penyelamatan bank bermasalah Pertengahan bulan pertama, Bank Bermasalah akan diselamatkan pemerintah. Bank tetap beroperasi seperti bank lain pada umumnya. Kondisi Ekonomi Kondisi Krisis 1. Indikator Banking Pressure Index yang tinggi mengindikasikan tekanan terhadap sistem perbankan cukup tinggi dan berpotensi terjadinya kegagalan default yang sangat besar. 2. Penurunan output nasional, sehingga menyebabkan tingkat pengangguran tinggi. Kondisi Normal Tidak terjadi gejolak krisis perbankan dan tidak terjadi penurunan ouput. Kondisi Ukuran Bank Bermasalah Sama dengan Bank Lain Market share bank sama dengan bank lain pada umumnya. Bank bermasalah menerima sumber DPK dari empat rekening deposan berbeda. Lebih kecil dibandingkan bank lain Market share bank lebih kecil dibandingkan bank lain pada umumnya, berkisar 0,05 dari total market share perbankan keseluruhan. Bank bermasalah menerima sumber DPK hanya dari satu rekening deposan. Sumber : Penulis, disesuaikan sengan simulasi percobaan 4. Perlakuan keempat, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah sama besarnya dengan empat bank lain. 5. Perlakuan kelima, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. 6. Perlakuan keenam, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi krisis dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. 7. Perlakuan ketujuh, kebijakan penutupan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. 8. Perlakuan kedelapan, kebijakan penyelamatan bank bermasalah dalam kondisi normal dengan ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Prosedur untuk perlakuan pertama dan kelima pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan pertama, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan kelima, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut hanya menerima satu rekening deposan. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut ditutup oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan pertama berada pada kondisi krisis ekonomi. Dalam simulasi, kondisi krisis ekonomi digambarkan dengan adanya penurunan output dan tingginya tingkat pengangguran dibandingkan kondisi normal pada awal percobaan. Hal ini digambarkan dengan adanya tiga perusahaan yang akan diacak peneliti menggunakan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan kondisi normal, sehingga akan menyebabkan perusahaan tersebut terkena penurunan output pada awal percobaan. Penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan kondisi normal pada perusahaan tersebut menggambarkan adanya tindakan PHK oleh perusahaan. Dalam simulasi ini, peneliti akan mengacak satu dari sepuluh deposan yang akan terkena PHK pada bulan berikutnya. Prosedur perlakuan pertama dan kelima, antara lain : 1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan. 2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan. 3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing- masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan. 4. Pada awal percobaan, peneliti mengacak tiga perusahaan yang terkena pengurangan tenaga kerja. 5. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga DPK dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR Loan Deposit Ratio yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur perusahaan diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 6. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah ditutup oleh pemerintah. Empat bank lain diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur perusahaan. 7. Pada bulan kedua, peneliti akan mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 8. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 9. Jika bank masih beroperasi, bank akan menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 10. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur perusahaan. 11. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 12. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 13. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 14. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya. 15. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 16. Pada akhir percobaan bulan ketiga pada ulangan ketiga, peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 17. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Prosedur untuk perlakuan kedua dan keenam pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan kedua, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan keenam, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut diselamatkan oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan kedua berada pada kondisi krisis ekonomi. Dalam simulasi, kondisi krisis ekonomi digambarkan dengan adanya penurunan output dan tingginya tingkat pengangguran dibandingkan kondisi normal. Hal ini digambarkan dengan adanya tiga perusahaan yang akan diacak peneliti menggunakan tenaga kerja lebih sedikit dibandingkan kondisi normal, sehingga akan menyebabkan perusahaan tersebut terkena penurunan output pada awal percobaan. Penggunaan tenaga kerja yang lebih sedikit dibandingkan kondisi normal pada perusahaan tersebut menggambarkan adanya tindakan PHK oleh perusahaan. Dalam simulasi ini, peneliti akan mengacak satu dari sepuluh deposan yang akan terkena PHK pada bulan berikutnya.Prosedur perlakuan kedua dan keenam, antara lain : 1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan. 2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan. 3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing- masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan. 4. Pada awal percobaan, peneliti mengacak tiga perusahaan yang terkena pengurangan tenaga kerja. 5. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga DPK dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR Loan Deposit Ratio yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur perusahaan diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 6. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah diselamatkan oleh pemerintah. Lima bank beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur perusahaan. 7. Pada bulan kedua, peneliti akan mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 8. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 9. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 10. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur perusahaan. 11. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 12. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 13. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 14. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya. 15. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 16. Pada akhir percobaan bulan ketiga pada ulangan ketiga, peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 17. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Prosedur untuk perlakuan ketiga dan ketujuh pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan ketiga, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan ketujuh, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut ditutup oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan pertama berada pada kondisi krisis normal tidak adanya gejolak krisis sehingga tidak ada adanya penurunan pada awal percobaan. Prosedur perlakuan ketiga dan ketujuh, antara lain : 1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan. 2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan. 3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing- masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan. 4. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga DPK dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR Loan Deposit Ratio yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur perusahaan diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 5. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah ditutup oleh pemerintah. Empat bank lain diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur perusahaan. 6. Pada bulan kedua, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 7. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank akan terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 8. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 9. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur perusahaan. 10. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 11. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut akan mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 12. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 13. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan akan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya. 14. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 15. Pada akhir percobaan bulan ketiga pada ulangan ketiga, peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 16. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan. Prosedur untuk perlakuan keempat dan kedelapan pada umumnya sama, namun yang membedakannya adalah faktor kondisi ukuran bank bermasalah. Kondisi ukuran bank bermasalah ditentukan oleh peneliti pada awal percobaan. Pada perlakuan keempat, kondisi ukuran bank bermasalah sama dengan empat bank lain. Bank bermasalah tersebut menerima DPK dari empat rekening yang deposan yang berbeda. Sedangkan pada perlakuan kedelapan, kondisi ukuran bank bermasalah lebih kecil dibandingkan empat bank lain. Pada pertengahan bulan pertama, bank bermasalah tersebut diselamatkan oleh Pemerintah. Kondisi ekonomi dalam perlakuan keempat berada pada kondisi krisis normal tidak adanya gejolak krisis ekonomi sehingga tidak ada adanya penurunan pada awal percobaan.. Prosedur perlakuan keempat dan kedelapan, antara lain : 1. Peserta percobaan diacak oleh peneliti untuk berperan menjadi pelaku ekonomi yang terdiri 10 orang menjadi deposan, 5 orang menjadi bank, dan 5 orang menjadi perusahaan. 2. Peserta percobaan terlebih dahulu membaca dan memahami instruksi percobaan sesuai dengan peranannya masing-masing. Peneliti menjelaskan instruksi secara rinci untuk membantu peserta percobaan yang masih kurang jelas terhadap instruksi yang diberikan. 3. Peserta diberikan lembar keputusan sesuai dengan peranannya masing- masing. Setiap peserta diharuskan mencatat setiap transaksi yang dilakukan selama percobaan pada lembar keputusannya setiap bulan. 4. Pada bulan pertama, deposan diasumsikan menerima upah bekerja sebesar Rp 1.000.000,00 dari bulan sebelumnya dan mendepositokan uangnya pada dua bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. Bank diasumsikan menerima simpanan deposito dari deposan sebagai sumber Dana Pihak Ketiga DPK dan meminjamkan dana tersebut sesuai proporsi LDR Loan Deposit Ratio yang telah ditentukan oleh peneliti. Debitur perusahaan diasumsikan menerima pinjaman kredit modal kerja sebagai modal usaha untuk kegiatan produksi dari empat bank berbeda sesuai daftar random yang telah ditentukan peneliti. 5. Pada pertengahan bulan pertama, Bank 5 sebagai bank bermasalah diselamatkan oleh pemerintah. Lima bank beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik deposan dan debitur perusahaan. 6. Pada bulan kedua, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan pertama. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 7. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan kedua. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 8. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 9. Pada pertengahan bulan kedua, bank yang masih beroperasi diminta untuk membuat keputusan merubah suku bunga deposito dan suku bunga pinjaman untuk menarik perhatian deposan dan debitur perusahaan. 10. Pada bulan ketiga, peneliti mengacak deposan yang terkena PHK oleh perusahaan pada bulan kedua. Debitur perusahaan diasumsikan membayar upah pekerja sebesar Rp 1.000.000,00, bagi deposan yang diasumsikan bekerja. Bagi deposan yang terkena PHK diasumsikan tidak menerima upah bekerja. 11. Deposan membuat keputusan untuk bebas mendepositokan uangnya atau menarik depositonya pada bank-bank yang masih beroperasi dalam simulasi. Keputusan deposan tersebut mempengaruhi beroperasi atau tidak bank yang bersangkutan pada bulan ketiga. Bank terkena penutupan jika likuiditas bank bernilai negatif. 12. Jika bank masih beroperasi, bank menyalurkan kredit modal kerja kepada debitur sesuai proporsi LDR yang telah ditetapkan peneliti. Debitur perusahaan diminta untuk melakukan keputusan pinjaman pada bank-bank yang masih beroperasi secara bebas. Berdasarkan akumulasi modal usaha yang dimiliki debitur perusahaan, debitur perusahaan diminta untuk membuat keputusan dalam alokasi input tenaga kerja. Hal ini berkaitan dengan besarnya jumlah tenaga kerja yang akan digunakan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang akan terkena Pemutusan Hubungan Kerja PHK. 13. Setelah tiga bulan, peserta masuk pada ulangan percobaan berikutnya dimana peserta percobaan akan kembali pada bulan pertama. Kondisi awal para peseta percobaan diacak oleh peneliti sesuai dengan perannya. 14. Masing-masing peserta percobaan melakukan prosedur yang sama setiap ulangannya, namun kondisi awal ditentukan secara acak oleh peneliti di awal bulan. 15. Pada akhir percobaan bulan ketiga pada ulangan ketiga, peserta mengumpulkan lembar keputusan kepada peneliti 16. Keuntungan yang diperoleh masing-masing peserta percobaan dihitung sesuai dengan transaksi yang terlampir pada lembar keputusan peserta percobaan.

IV. PEMBAHASAN