2.1.2. Tingkat Kesehatan Bank
Bank Indonesia 2004 menyatakan bahwa bank dikatakan sehat jika bank dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik dalam hal menjaga dan
memeilhara kepercayaan masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, membantu kelancaran lalu lintas pembayaran, serta dapat mendukung efektifitas kebijakan
moneter. Untuk menjalankan fungsi bank dengan baik, bank harus memiliki kriteria modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, mengelola
dengan baik dan mengoperasikan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian, memelihara keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat.
Berdasarkan pasal 29 UU tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998, bank wajib memilihara tingkat
kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan solvabilitas, serta aspek lain yang
berkaitan dengan usaha bank dan wajib melakukan kegiatan usaha dengan prinsip kehati-hatian Bank Indonesia, 2004.
Dalam Bank Indonesia 2004, penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL Capital, Asset
Quality, Management, Earning, and Liquidity . Kelima faktor tersebut saling
berkaitan dan merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Secara umum, faktor CAMEL sangat relevan dalam mengukur tingkat kesehatan semua
bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari :
1. Permodalan Capital
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank dalam mengembangkan usaha dan menampung risiko kerugian yang mungkin dihadapi.
Penilaian tingkat kesehatan bank melalui aspek permodalan yang dimiliki oleh bank didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Bank
Indonesia menetapkan Capital Adequacy Ratio CAR, yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu dipertahankan oleh setiap bank
sebagai suatu proporsi tertentu dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ATMR. Dendawijaya 2005 menjelaskan bahwa CAR merupakan rasio kinerja
bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang
diberikan. Perbandingan rasio CAR adalah rasio modal terhadap ATMR. CAR dapat dirumuskan sebagai berikut :
.....................................2.1 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum KPMM atau CAR Capital
Adequacy Ratio berdasarkan standar BIS Bank for International Settlement
yaitu sebesar 8. CAR dipergunakan sebagai salah satu cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau belum. Ketetapan
CAR sebesar 8 bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan, melindungi dana pihak ketiga pada bank bersangkutan, serta dalam
rangka untuk memenuhi ketetapan standar BIS Perbankan Internasional. Sanksi bagi bank yang tidak memenuhi CAR 8 di samping diperhitungkan dalam
penilaian tingkat kesehatan bank, juga akan dikenakan sanksi dalam rangka pengawasan dan pembinaan bank Hasibuan, 2008.
2. Kualitas Aktiva Asset
Dalam penilaian faktor ini, hal yang dilakukan adalah menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank
Indonesia dengan
memperbandingkan antara
aktiva produktif
yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif melalui rasio Kualitas Aktiva Produktif
KAP dan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan Hasibuan, 2008.
3. Aspek Manajemen Management
Penilaian terhadap faktor manajemen sulit diukur dengan penilaian secara kuantitatif. Baik buruknya manajemen dalam suatu bank dapat dinilai secara
kualitatif berdasarkan aturan-aturan manajemen yang telah ditetapkan. Penilaian dalam aspek manajemen meliputi manajemen umum dan manajemen risiko
Hasibuan, 2008. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian faktor manajemen
antara lain dilakukan dengan penilaian komponen-komponen berikut, antara lain manajemen umum, penerapan sistem manajemen risiko, dan kepatuhan bank
terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau kepada pihak lainnya.
4. Aspek Rentabilitas Earning
Faktor rentabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan juga untuk mangukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai bank. Pada aspek rentabilitas ini yang dilihat adalah
kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai. Penilaian dalam ini meliputi rasio laba terhadap total asset Return on Asset
ROA dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional BOPO Hasibuan, 2008.
....................................................................2.2 .............................................................2.3
5. Aspek Likuiditas Liquidity
Bank dapat dikatakan likuid jika bank tersebut mampu memenuhi semua kewajiban, khususnya kewajiban jangka pendek yang berkaitan dengan simpanan
masyarakat simpanan, tabungan, dan giro dan bank tersebut juga mampu memenuhi permohonan kredit yang layak untuk dibiayai. Tingkat likuiditas suatu
bank dapat diukur melalui rasio keuangan Loan Deposit Ratio LDR. LDR adalah rasio antara jumah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima
oleh bank. LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan suatu bank dalam membayar penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan
kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah kredit mampu mengimbangi kewajiban
bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit Dendawijaya,
2005. Perhitungan LDR dapat dilakukan sebagai berikut : .........................................................2.4
Semakin tinggi rasio LDR memberikan indikasi bahwa semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal tersebut disebabkan karena
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit semakin besar. Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari rasio LDR suatu bank
adalah sekitar 80. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 - 100 Dendawijaya, 2005.
2.1.3. Tindakan Rush oleh Nasabah terhadap Bank