adanya kebebasan bagi deposan dan perusahaan dalam memilih bank sesuai dengan preferensi suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang ditawarkan
sehingga kurang menggambarkan prilaku pelaku ekonomi yang sebenarnya.
2.3. Kerangka Pemikiran
Suatu bank dapat dikategorikan sebagai bank bermasalah atau bank yang teridentifikasikan tidak sehat jika tidak dapat menjalankan fungsi-fungsinya dalam
menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi, tidak dapat membantu kelancaran lalu
lintas pembayaran, serta tidak mampu mendukung efektifitas kebijakan moneter. Dalam penangananan suatu bank bermasalah, bank bermasalah yang
teridentifikasikan sebagai bank gagal harus dikaji lebih lanjut terkait ada atau tidaknya risiko sistemik akibat kegagalan bank bermasalah tersebut. Risiko
sistemik tidak hanya mengacu pada dampaknya terhadap instabilitas sektor keuangan dan perbankan, namun juga mengarah pada instabilitas sistem
perekonomian. Dalam menetapkan suatu bank berdampak sistemik atau tidak, Bank
Sentral pada umumnya mempertimbangkan dua kriteria umum, yaitu ukuran suatu bank yang dilihat dari nilai asset, nilai transaksi, serta jumlah cabangnya dan
besarnya keterkaitan bank tersebut dengan bank dan lembaga keuangan lainnya, yang dapat dilihat dari pinjaman antar bank atau kepemilikan. Semakin besar
ukuran suatu bank serta besarnya keterkaitan bank tersebut dengan bank atau lembaga keuangan lainnya, bank tersebut memiliki dampak sistemik yang tinggi.
Seiring dengan semakin mutakhirnya pengetahuan, beberapa kajian sistemik terhadap perbankan mulai banyak memunculkan ide-ide baru.
Berdasarkan kajian sistemik Uni Eropa, risiko sistemik ternyata tidak cukup hanya mempertimbangkan besarnya penguasaan aset suatu bank, tetapi harus
mempertimbangkan aspek psikologi pasar. Psikologi pasar tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi yang dialami saat permasalahan
perbankan terjadi. Pada saat kondisi ekonomi mengalami gejolak krisis, isu-isu negatif tentang suatu perbankan dapat menyebabkan sentimen negatif terhadap
para pelaku pasar. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kepanikan sejumlah pelaku pasar dalam sektor keuangan dan perbankan sehingga memungkinkan
kepanikan tidak hanya terjadi pada suatu lembaga keuangan yang bermasalah, namun dapat menjalar pada lembaga keuangan yang tidak bermasalah.
Kebijakan penanganan bank bermasalah yang terdiri dari kebijakan penyelamatan dan kebijakan penutupan bank memiliki implikasi yang berbeda
terhadap situasi dan kondisi perbankan dan perekonomian saat permasalahan perbankan terjadi. Dalam kondisi tidak krisis, tindakan penanganan bank
bermasalah yang tergolong kecil perannya kecil dalam totalitas sistem perbankan melalui tindakan penutupan likuidasi mungkin akan dipilih oleh
pemerintah. Hal tersebut disebabkan karena penutupan bank-bank yang secara kuantitatif memiliki ukuran kecil tidak memungkinkan terjadinya guncangan
psikologi pelaku pasar, khususnya nasabah bank. Pada saat krisis, pendekatan dan penanganan suatu bank bermasalah akan menjadi berbeda. Dalam kondisi krisis,
tidak hanya faktor-faktor kuantitatif saja yang mendominasi pertimbangan suatu kebijakan penanganan bermasalah, namun faktor-faktor kualitatif terkait aspek
psikologi pasar juga perlu dipertimbangkan. Saat kondisi ekonomi dihadapkan
pada situasi krisis, guncangan psikologi pelaku pasar memungkinkan mempengaruhi bank-bank lain sehingga dikhawatirkan berdampak sistemik.
Kebijakan penanganan tersebut memang diakui banyak memicu perdebatan pada sejumlah kalangan. Oleh karena itu, perlu dikaji kebenarannya
secara ilmiah dengan metode percobaan ekonomi terkait kebijakan penanganan bank bermasalah yang dipengaruhi oleh faktor kondisi ekonomi dan ukuran suatu
bank terhadap ada atau tidaknya dampak sistemik yang ditimbulkan terhadap sistem perekonomian.
Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran
Bank Bermasalah
Kondisi Krisis Ekonomi
1. Rupiah terdepresiasi
2. IHSG menurun secara tajam
3. Credit Default Swap meningkat
4. Cadangan devisa menurun
5. Penjualan SUN dalam jumlah
besar 6.
Banking Pressure Index0,5 adanya tekanan sistem perbankan
7. Financial Stability Index2,0
sistem keuangan tidak stabil 8.
Indeks Keyakinan Konsumen pesimis
9. Tingkat Ketersediaan Lapangan
Kerja menurun Kondisi Normal
1. Rupiah tidak terdpresiasi
2. IHSG tidak mengalami penurunan
3. Credit Default Swap tidak
mengalami peningkatan 4.
Cadangan devisa tidak mengalami penurunan
5. Kepemilikan SUN meningkat
6. Banking Pressure Index0,5
7. Financial Stability Index2,0
8. Indeks Keyakinan Konsumen tidak
pesimis 9.
Tingkat Ketersediaan Lapangan Kerja tidak menurun
Kebijakan Penanganan Bank Bermasalah :
1. Kebijakan Penyelamatan
Bank Bermasalah 2.
Kebijakan Penutupan Bank Bermasalah
Ukuran Bank Bermasalah
Relatif Kecil Dibandingkan
Bank Lain Ukuran Bank
Bermasalah Relatif Sama
dengan Bank Lain
Dampak terhadap Kinerja Perekonomian :
1. Suku Bunga
Deposito 2.
Total Depsoito 3.
Suku Bunga Kredit 4.
Total Pinjaman 5.
Tingkat Pengenagguran
6. Pertumbuhan
Ekonomi 7.
Tingkat Inflasi
2.4. Hipotesis