Tahapan Evaluasi Indikator Evaluasi

29 b. Evaluasi program ditujukan untuk menilai sejauhmana program tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program tersebut mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

2.5.4. Tahapan Evaluasi

Menurut Notoatmodjo 2003, kegiatan evaluasi mencakup langkah- langkah sebagai berikut: a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi terhadap program yang dievaluasi. b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan program yang akan dievaluasi. c. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan. d. Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi tersebut. e. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan. f. Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Sementara menurut Winarno 2012 yang mengutip pendapat Suchman yang mengemukakan bahwa ada 6 langkah dalam evaluasi kebijakan, yaitu: a. Mengidentifikasi tujuan program yang akan dievaluasi. b. Analisis terhadap masalah. Universitas Sumatera Utara 30 c. Deskripsi dan standarisasi kegiatan. d. Pengukuran terhadap tingkatan perubahan yang terjadi. e. Menentukan apakah perubahan yang diamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut atau karena penyebab lain. f. Beberapa indikator untuk menentukan keberadaan suatu dampak. . Hasil evaluasi akan dianalisa sebagai pertimbangan bagi pembuat kebijakan untuk melakukan penyesuaian atau perubahan demi penyempurnaan kebijakan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa suatu kebijakan publik tidaklah permanen tetapi membutuhkan penyesuaian, karena kebijakan sangat dipengaruhi oleh faktor politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi dan informasi yang senantiasa dinamis.

2.5.5. Indikator Evaluasi

Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan perlu dikembangkan beberapa indikator. Indikator atau kriteria evaluasi yang dikembangkan oleh Dunn 1994 yaitu: a. Efektifitas : apakah hasil yang diinginkan telah tercapai? b. Kecukupan : seberapa jauh hasil yang telah tercapai dapat memecahkan masalah? c. Pemerataan: apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda? Universitas Sumatera Utara 31 d. Responsivitas: apakah hasil kebijakan memuat preferensinilai kelompok dan dapat memuaskan? e. Ketepatan: apakah hasil yang dicapai bermanfaat? 2.6. Efektifitas Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang artinya berhasil, tepat, mengesankan atau mencapai hasil dengan baik. Jadi efektifitas pada dasarnya mengarah pada sebuah keberhasilan pencapaian tujuan. Menurut M. Fazhrin 2012 yang mengutip pendapat Hidayat 1986 , efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target kuantitas, kualitas dan waktu telah tercapai. Makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. Sedangkan menurut Mahmudi 2005 efektifitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi sumbangan output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Efektifitas mempunyai hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output, maka semakin efektif suatu program atau kegiatan. Menurut Schemerhon John R. Jr. 1986 yang dikutip oleh M.Fazhrin 2012, bahwa efektifitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output anggaran atau seharusnya OA dengan output realisasi atau sesungguhnya OS, jika OS OA disebut efektif. Jika output aktual Universitas Sumatera Utara 32 dibanding output yang ditargetkan lebih besar atau sama dengan 1 maka akan tercapai efektifitas. Namun jika output aktual dibanding output yang ditargetkan kurang daripada 1, maka efektifitas tidak tercapai. Berdasarkan berbagai pengertian efektifitas tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu efektifitas melalui suatu siklus input,proses dan output yang akan menghasilkan suatu dampak sesuai yang diharapkan. Efektifitas seringkali disamakan dengan efisien padahal kedua kata ini berbeda artinya. Markus Zahnd 2006 menyatakan bahwa efektifitas berfokus pada akibatnya, pengaruh atau efeknya, sedangkan efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Efisiensi berarti melakukan sesuatu dengan benar atau “doing things right” sedangkan efektifitas berarti melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran atau “doing the right things”. Efektif lebih mengarah kepada pencapaian tujuan atau target sementara efisien mengarah kepada pengelolaan sumber daya secara cermat. Penilaian efektifitas suatu program perlu dilakukan untuk mengetahui sejauhmana dampak dan manfaat yang dihasilkan oleh program tersebut, karena efektifitas merupakan gambaran keberhasilan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Melalui penilaian efektifitas juga dapat menjadi pertimbangan kelanjutan suatu program. Pendekatan efektifitas dalam mengukur efektifitas menurut Martani dan Lubis 1987 ada 3tiga yaitu: Universitas Sumatera Utara 33 a Pendekatan Sumber Resource Approach yakni mengukur efektifitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang merata dengan lingkungannya untuk memperoleh sumber-sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga akan ditujukan pada lingkungannya. Dalam mendapatkan berbagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektifitas. Secara sederhana efektifitas sering diukur dengan jumlah atau kuantitas berbagai jenis sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungan. Pengukuran efektifitas dengan pendekatan sumber ini mampu memberikan alat ukur yang sama dalam mengukur efektifitas berbagai lembaga yang jenis dan programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan sasaran. b Pendekatan Proses Process Approach adalah untuk melihat sejauh mana efektifitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki oleh lembaga. Universitas Sumatera Utara 34 c Pendekatan Sasaran Goals Approach memusatkan perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai output yang sesuai dengan rencana. Pendekatan ini mencoba mengukur sejauhmana organisasi atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. 2.7. Bantuan Operasional Kesehatan Bantuan Operasional Kesehatan BOK merupakan salah satu program unggulan Kementerian Kesehatan. BOK merupakan upaya pemerintah untuk membantu daerah dalam mencapai target nasional bidang kesehatan yang menjadi kewenangan wajib daerah Petunjuk Teknis BOK, 2012. Pemerintah menyadari bahwa sumber pembiayaan pemerintah daerah yang bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih di bawah dari kesepakatan BupatiWalikota seluruh Indonesia yang menetapkan anggaran kesehatan daerah sebesar 10 dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari Pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat Puskesmas. Upaya pembiayaan ini diwujudkan melalui program Bantuan Operasional Kesehatan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan, 2010. Universitas Sumatera Utara 35 Bantuan Operasional Kesehatan BOK adalah bantuan dana dari pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu Pemerintah Daerah Kabupaten Kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal SPM Bidang Kesehatan menuju Millenium Development Goals MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015 melalui peningkatan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Petunjuk Teknis BOK tahun 2012. Adapun tujuannya menurut buku Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan BOK adalah: a Menyediakan dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat. b Meningkatkan kualitas manajemen Puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat Puskesmas dan lokakarya mini Puskesmas. c Meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya. d Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu.

2.7.1. Ruang Lingkup Kegiatan