lebih hidup dan menyenangkan, situasi kelas lebih kondusif dalam pelaksanaan pembelajaran. Kondisi awal kelas sebelum diterapkan metode
ini sudah baik tetapi belum maksimal. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru tanpa diberi kesempatan berdiskusi dan menyampaikan
pendapat. Dengan keadaan seperti itu siswa kurang aktif dan suasana kelas tidak menyenangkan.
Dengan model Cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division
STAD kondisi dan suasana kelas menjadi lebih menyenangkan karena dengan diterapkannya model ini terjadi proses
diskusi di dalam kelas dan kerjasama antar siswa dalam kelompok dapat terjalin. Pembelajaran menjadi lebih aktif, siswa sangat antusias dalam
menyampaikan pendapat. Kondisi kelas juga terkontrol dengan baik oleh guru karena siswa mampu menjaga ketertiban selama pembelajaran.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil belajar siswa di SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul, Yogyakarta dikelas V pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan
dapat ditingkatkan dengan menggunakan model Cooperative learning model Student Teams Achievement Division
STAD, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan pelaksanaan pembelajaran dan hasil refleksi selama pembelajaran
siklus I dan Siklus II. Peningkatan tersebut dapat terlihat pada hasil belajar IPS yang terus
meningkat dari pre test ke Siklus I dan ke Siklus II. Peningkatan hasil belajar siswa sebanding dengan peningkatan keaktifan siswa terhadap pembelajaran.
Dengan kenaikan keaktifan siswa tersebut membuktikan bahwa penggunaan model Cooperative learning model Student Teams Achievement Division
STAD sesuai
untuk mengajar
IPS dengan
materi perjuangan
mempertahankan kemerdekaan dan dapat meningkatkan nilai hasil belajar. Hasil belajar dalam mata pelajaran IPS sebelum adanya tindakan
masih kurang. Kurangnya hasil belajar ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa yang masih berada dibawah KKM yang ditentukan. Hal tersebut
dikarenakan metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi, guru tidak melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran dan banyak
siswa yang tidak minat terhadap mata pelajaran IPS sehingga tidak konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, sering mengobrol saat dijelaskan.
Dalam pembelajaran perjuangan mempertahankan kemerdekaan menggunakan cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division
STAD, siswa didorong untuk berlatih bekerjasama, berdiskusi dengan temannya, berani mengungkapkan ide serta hasil kerjanya dan mampu
bekerjasama dalam kelompok. Dengan kerjasama yang baik akan diperoleh hasil belajar yang lebih baik pula. Belajar kelompok dapat mengurangi sifat
egois pada siswa dan dapat meningkatkan cara berpikir siswa dalam memecahkan masalah dengan baik.
Hasil observasi dalam proses pembelajaran pada siklus I pertemuan pertama siswa belum faham dengan metode yang diterapkan. Guru belum
maksimal dalam mengatur jalannya pembelajaran, selain itu masih ada siswa yang berbicara saat guru menerangkan, siswa belum semua aktif mengikuti
kegiatan pembelajaran dan masih ada siswa yang bermain sendiri dengan temannya. Guru perlu perbaikan dalam pemberian motivasi dan acuan yang
selanjutnya diperbaiki pada pertemuan kedua. Dalam pertemuan kedua siswa sudah cukup aktif berdiskusi, banyak siswa yang aktif dalam proses
pembelajaran dan mengikuti pembelajaran dengan baik. Pada siklus I ini kerjasama siswa sudah cukup terbina, dan dapat dikatakan siswa aktif dalam
kerjasama dengan skor 11,5, sedangkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran termasuk dalam kategori baik dengan jumlah 17 atau 70,83.
Akhir siklus guru memberikan penghargaan kelompok pada masing-masing kelompok sesuai nilai yang dicapai yaitu 1 kelompok berpredikat baik, 3
kelompok berpredikat hebat dan 1 kelompok yang baru berpredikat super. Berdasarkan refleksi dari siklus I pembelajaran siklus II telah
diperbaiki. Pada pertemuan pertama siswa sangat antusias untuk melaksanakan belajar kelompok dengan anggota kelompok yang berbeda
dengan siklus I, semua siswa terlihat aktif berdiskusi. Kerjasama dalam kelompokpun sudah terlihat jelas. Pada siklus II kerjasama siswa tergolong
sangat baik dengan rata-rata 16. Sedangkan aktivitas siswa selama proses pembelajaran termasuk dalam kategori sangat baik dengan jumlah 23 atau
95,83. Pembelajaran pada siklus II ini sudah berhasil dengan baik atau indikator keberhasilan yang telah ditentukan sudah tercapai. Siswa menjadi
lebih semangat dan antusias saat guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berpredikat super. Untuk mengetahui peningkatan persentase
ketuntasan tiap siklus dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Gambar 7. Grafik peningkatan persentase ketuntasan Berdasarkan hasil evaluasi sebelum tindakan jumlah nilai siswa yang
tuntas pada pratindakan sebanyak 8 anak atau 25,8 dan pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 16 anak yang nilainya tuntas atau 51,6, dan
pada siklus II seluruh siswa dikelas berjumlah 31 siswa tuntas atau 100. Dengan demikian seluruh nilai siswa sudah mencapai Kriteria ketuntasan
MinimalKKM yang ditetapkan. Dari hasil observasi yang dilakukan, dapat diketahui bahwa
kemampuan bekerjasama siswa dalam belajar kelompok meningkat dari rata- rata skor 11,5 menjadi skor 16. Dari keenam kelompok yang telah dibentuk,
pada siklus I hanya ada 1 kelompok saja yang menjadi kelompok sangat aktif dan memiliki kerjasama yang baik. Pada siklus II terdapat 4 kelompok yang
menjadi kelompok sangat aktif dan memiliki kerjasama yang baik. Sedangkan 2 kelompok lainnya menjadi kelompok yang aktif. Kerjasama siswa dengan
menggunakan cooperative learning tipe STAD sangat tepat karena melatih siswa hidup dalam lingkungan sosial.
Berdasarkan hasil belajar IPS siswa pada siklus I dan II dapat dilihat pencapaian hasil belajar siswa menunjukkan bahwa nilai siswa meningkat dari
nilai pre test hingga nilai pada siklus II. Ini dapat dilihat dari total hasil belajar siswa yang semula berjumlah 184 dengan rata-rata kelas 5,93, pada
siklus I meningkat menjadi 209,5 dengan rata-rata kelas 6,75. Sedangkan pada siklus II juga mengalami peningkatan dari total hasil belajar siswa pada siklus
I yang berjumlah 209,5 dengan rata-rata kelas 6,75 meningkat menjadi 249 dengan rata-rata kelas 8,03. Untuk mengetahui peningkatan rata-rata kelas
dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini.
Gambar 8. Grafik Peningkatan nilai rata-rata kelas Analisis hasil observasi dan tes hasil belajar pada siklus II
menunjukan adanya peningkatan hasil belajar siswa dan kemampuan kerjasama siswa yang dibuktikan dengan hasil observasi dan hasil belajar
siswa pada tiap pertemuan. Selain peningkatan skor dalam pembelajaran, siswa nampak aktif, kreatif, dan senang dalam melakukan kegiatan-kegiatan
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penerapan cooperative learning model Student Teams Achievement Division
STAD, dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan di kelas V SD 1 Pedes,
Sedayu, Bantul, Yogyakarta tahun pelajaran 20132014.
1
BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN, DAN REKOMENDASI