Upaya meningkatkan hasil belajar IPS kelas V melalui cooperative learning tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) di Sekolah Dasar 1 Pedes.

(1)

Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar 1 Pedes.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD 1 Pedes tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa SD 1 Pedes kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS. Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. peneliti berperan sebagai pengamat.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, test dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa. Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning Tipe STAD di SD 1 Pedes dapat meningkatkan nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.


(2)

Theresia Suratri : Efforts to Improve Learning Outcomes IPS Class V Through Cooperative Learning Student Teams Achievement Divisions Type ( STAD ) In 1 Pedes Primary School.

This study aims to determine whether learning through type leraning Cooperative Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) can improve learning achievement in social studies for elementary students 1 Pedes school year 2013/2014

This research is a class act. The subjects were class V students 1 Pedes Primary school at Academic Year 2013/2014 , amounting to 31 students . The experiment was conducted in the second semester of the academic year 2013/2014 . The study was conducted in social studies . Implementing learning in this study is a fifth grade teacher researchers acted as observers .

Data collection techniques in this study using a pre-test , test and observation . Furthermore, the data is analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the number of students who meet the chief engineer of the first cycle and second cycle . Data analysis techniques obtained from the student's final evaluation . Then, the researchers looked for the number of students who have reached the KKM in the first cycle and second cycle .

The results showed that in the first cycle , students who achieve a 51.6 % KKM achieve this greater than the initial conditions are only reached 25.8 % . While students who achieve KKM in the second cycle is 70.83 % so it can be concluded that the increase in the number of students achieving at 95.83 % KKM . From this it can be seen that the average score of 59.52 action class before the first cycle and the second cycle is 68.09 which is 75.95 .

It can be concluded that the use of cooperative learning STAD type can improve value IPS that learning achievement in grade V in 1 Pedes Primary shcool can be increased .


(3)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR 1 PEDES SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Theresia Suratri

091134227

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR 1 PEDES

Disusun Oleh : Theresia Suratri

091134227

Telah disetujui oleh :

Dosen Pembimbing


(5)

SKRIPSI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR 1 PEDES Disusun Oleh :

Theresia Suratri 091134227

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 22 April 2014

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : G. Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., M.A ……… Sekertaris : Catur Rismiyati, S.Pd., M.A.Ed.D ……… Anggota 1 : Drs. Paulus Wahana, M. Hum ……… Anggota 2 : Wahyu Wido Sari, S. Si., M. Biotech ……… Anggota 3 : Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi, M.Psi ………

Yogyakarta, 22 April 2014

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(6)

PERSEMBAHAN

Karyatulis ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yesus yang senantiasa melimpahkan berkat, cinta dan kasihNya

2. Bapak dan ibuku atas doa dan dukungannya 3. Saudara-saudaraku ; kakak-adik

4. Teman-teman di SD 1 Pedes

5. Segenap Bapak dan ibu dosen PGSD USD, atas bimbingan dan ilmu yang diberikan

6. Teman-temanku, atas semangat, motivasi, dan kerja samanya selama menempuh pendidikan di PGSD USD


(7)

MOTO

Tuhan takkan terlambat Juga tak akan lebih cepat

Semuanya…


(8)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 25 Maret 2014

Penulis


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Theresia Suratri

NIM : 091134227

Demi pengembangan pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS KELAS V B MELALUI COOPERATIVE LEARNING MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) DI SEKOLAH DASAR I PEDES

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Demikian saya memberitahukan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 25 Maret 2014

Yang menyatakan


(10)

ABSTRAK

Theresia Suratri : Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V Melalui Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions (STAD) Di Sekolah Dasar 1 Pedes.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan melalui Cooperative Leraning model Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS bagi siswa SD 1 Pedes tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa SD 1 Pedes kelas V Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 31 siswa. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan pada mata pelajaran IPS. Pelaksana pembelajaran dalam penelitian ini adalah guru kelas V. peneliti berperan sebagai pengamat.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan pre-test, test dan observasi. Selanjutnya data dianalisis dan dikaji dengan teknik membandingkan peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dari siklus I dan siklus II. Teknik analisis data didapat dari evaluasi akhir siswa. Kemudian, peneliti mencari banyaknya siswa yang telah mencapai KKM pada siklus I dan siklus II.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, siswa yang mencapai KKM mencapai 51,6% hal ini lebih besar dari kondisi awal yang hanya mencapai 25,8%. Sedangkan siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 70,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan peningkatan banyaknya siswa yang mencapai KKM sebesar 95,83%. Dari hal ini dapat diketahui bahwa skor rata-rata kelas sebelum tindakan 59,52 pada siklus I yaitu 68,09 dan siklus II yaitu 75,95.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan Cooperative Learning model STAD di SD 1 Pedes dapat meningkatkan nilai IPS sehingga prestasi belajar IPS pada siswa kelas V dapat meningkat.


(11)

ABSTRACT

Theresia Suratri : Efforts to Improve Learning Outcomes IPS Class V Through Cooperative Learning Model Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) Primary Schools 1 Pedes.

This study aims to determine whether learning through models leraning Cooperative Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) can improve learning achievement in social studies for elementary students 1 Pedes school year 2013/2014

This research is a class act. The subjects were elementary school students Pedes class V 1 Academic Year 2013/2014 , amounting to 31 students . The experiment was conducted in the second semester of the academic year 2013/2014 . The study was conducted in social studies . Implementing learning in this study is a fifth grade teacher researchers acted as observers .

Data collection techniques in this study using a pre-test , test and observation . Furthermore, the data is analyzed and assessed by comparing the technique of increasing the number of students who meet the chief engineer of the first cycle and second cycle . Data analysis techniques obtained from the student's final evaluation . Then, the researchers looked for the number of students who have reached the KKM in the first cycle and second cycle .

The results showed that in the first cycle , students who achieve a 51.6 % KKM achieve this greater than the initial conditions are only reached 25.8 % . While students who achieve KKM in the second cycle is 70.83 % so it can be concluded that the increase in the number of students achieving at 95.83 % KKM . From this it can be seen that the average score of 59.52 action class before the first cycle and the second cycle is 68.09 which is 75.95 .

It can be concluded that the use of cooperative learning in elementary STAD model 1 Pedes can improve value IPS that learning achievement in grade V can be increased .


(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, yang telah memberkati dan

menyertai sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas V melalui Cooperative Learning tipe Student

Teams Achievement Divisions (STAD) di SD I Pedes. Penyusunan skripsi ini bukan

hanya untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan program studi S-I PGSD

Universitas Sanata Dharma tetapi juga membantu mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman penulis untuk bekal di masa mendatang, dan dapat memberikan manfaat

bagi semua pihak.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini bukan hanya perjuangan

sendiri. Melainkan, tidak lepas dari bantuan, perhatian, dan dukungan dari semua

pihak. Terselesainya skripsi ini merupakan anugerah yang begitu besar bagi penulis.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang secara

langsung maupun tidak langsung memberikan bantuan dalam perwujudan skripsi ini.

Pada kesempatan ini pula penulis hendak menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A selaku Ketua Program Studi S-I PGSD

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan

skripsi.

3. Drs. P Wahana, M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang memberikan bimbingan


(13)

5. Wajiman, S.Pd,kepala sekolah SD 1 Pedes beserta para guru yang telah memberi

dukungan, kesempatan, dan berbagai kemudahan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian.

6. Para dosen PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang

berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

7. Para staf sekertariat PGSD yang secara tidak langsung telah memberikan

kontribusi yang berarti sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik.

8. Orang tua dan keluargaku yang selalu memberiku semangat dan yang selalu

membawaku dalam setiap doanya.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

membangun sebagai penyempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 25 Maret 2014

Penyusun


(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.IdentifikasiMasalah ... 5

C.Batasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E.Pemecahan Masalah ... 6

F.Tujuan Penelitian ... 6


(15)

BAB II LANDASAN TEORI

A.Kajian Teori ... 9

B.Hasil Kajian Penelitian ... 33

C.Kerangka Berfikir ... 34

D.Hipotesis Tindakan ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian ... 37

B.Subyek Penelitian ... 37

C.Prosedur Penelitian ... 37

D.Indikator Keberhasilan ... 40

E.Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Langkah-langkah Kegiatan Penelitian ... 42

B.Data Lengkap Tiap Siklus ... 59

C.Peningkatan pada Siswa, Guru dan Kelas ...76

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN, DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan ... 85

Saran-saran ... 85

C.Rekomendasi ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang besar untuk menciptakan

masa depan gemilang yang menjadi idaman kita bersama. Dengan usaha

yang terus menerus ditingkatkan melalui pembangunan dibidang

pendidikan, dapat dihasilkan pribadi-pribadi yang telah mengembangkan

potensi dan kemampuannya secara optimal dalam melaksanakan

pembangunan dan perkembangan masyarakat itu sendiri. H.Abu Ahmadi

dan Nur Uhbiyanti(2003:78)

Sekolah dasar merupakan lembaga pendidikan yang

menyelenggarakan program pendidikan enam tahun bagi anak-anak usia

6-12 tahun. Pendidikan disekolah dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal

kemampuan dan ketrampilan peserta didik dimasa yang akan datang.

Pendidikan di SD sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional yang

bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang


(17)

pada sekarang ini sangat jauh berbeda dengan apa yang menjadi tujuan

pendidikan.

Pembelajaran di SD saat ini pada umumnya menghasilkan siswa

yang cenderung pasif karena kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh

guru masih banyak menggunakan metode yang kurang efektif. Untuk

mencapai hasil pembelajaran yang optimal dibutuhkan guru yang kreatif dan

inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar dikelas

(Kusnandar 2008:48)

Keberhasilan pembelajaran juga tergantung pada keberhasilan siswa

dalam proses belajar mengajar, sedangkan keberhasilan siswa tidak hanya

tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan. Model pembelajaran

mempunyai posisi yang sangat strategis dalam meningkatkan hasil belajar

siswa. Pemilihan metode yang tepat juga menentukan tujuan efektifitas dan

efisiensi pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.

Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS adalah

kurangnya kemampuan guru dalam mengemas pembelajaran IPS dengan

metode yang menarik, menantang dan menyenangkan. Guru hanya

memfokuskan pada penyampaian informasi dan mentransfer ilmu kepada

siswa melalui ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam proses

pembelajaran. Dengan demikian guru tidak melibatkan keaktifan siswa


(18)

fakta materi yang disampaikan guru, seolah-olah guru merupakan sumber

pengetahuan.

Tekhnik pembelajaran seperti itu tentu saja mengakibatkan

kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran karena pembelajaran

bersifat monoton dan siswa cenderung pasif. Selain itu hal tersebut juga

menimbulkan kebosanan pada siswa dan kurang minatnya siswa pada mata

pelajaran ini yang pada akhirnya akan berakibat pada rendahnya hasil

belajar siswa. Pada mata pelajaran IPS standar ketuntasan minimal yang

telah ditetapkan adalah 7. Pada semester I rata-rata nilai IPS siswa yaitu

6,83 dan masih ada 11 nilai siswa yang di bawah KKM. Maka dari itu

peneliti berusaha meningkatkan hasil belajar IPS agar keseluruhan nilai

siswa dapat mencapai KKM yang ditetapkan.

Masalah tersebut menuntut guru untuk dapat mengolah pembelajaran

semenarik mungkin sehingga dapat meningkatkan partisipasi dan hasil

belajar siswa. Salah satu upaya yang dilakukan adalah memilih model

pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

siswa untuk berkembang sesuai keinginan dan kemampuan siswa.

Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar

mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki peserta didik, akan

ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai tujuan.

Tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaaan metode yang tepat.

Salah satu metode yang dapat digunakan guru agar siswa dapat


(19)

Student Teams Achievement Division (STAD). Cooperative learning

merupakan satu model pembelajaran yang terstruktur dan sistematis, dimana

kelompok-kelompok kecil bekerja sama untuk mencapai tujuan

bersama(Nur Asma, 2006:11). Cooperative learning telah terbukti sebagai

sebuah pembelajaran yang menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi bagi

penguasaan materi pelajaran maupun pengembangan sikap ketrampilan

sosial, dalam pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative

learning, sikap dan perilaku siswa berkembang kearah suasana

demokratisasi dalam kelas. Disamping itu, penggunaan kelompok kecil

siswa mendorong siswa lebih bergairah dan termotivasi dalam mempelajari

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division

(STAD) cocok untuk diterapkan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial, dengan Cooperative learning model (STAD) dimana siswa

ditempatkan pada kelompok-kelompok kecil diharapkan dapat

menumbuhkan kerja sama dan setiap orang merasakan tanggung jawab

secara individual untuk keberhasilan kelompok mereka.

Berbagai permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran seperti

yang dikemukakan diatas, telah dilakukan beberapa upaya untuk

memperbaiki kendala-kendala tersebut. Guru memberikan latihan-latihan

soal yang sudah ada dibuku paket. Setiap selesai pembelajaran, guru selalu

memberikan tugas rumah, selain memperdalam pengetahuan siswa tentang


(20)

Usaha-usaha tersebut belum seluruhnya bisa memotivasi siswa untuk belajar yang

pada akhirnya hasil belajar masih rendah. Oleh karena itu, dilakukan suatu

penelitian tindakan kelas dengan menerapkan Cooperative learning model

Student Teams Achievement Division (STAD) pada siswa kelas V SD 1

Pedes.

B. Identifikasi Masalah

1. Hasil belajar siswa kelas V masih ada yang dibawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

2. Pada saat pembelajaran berlangsung banyak siswa yang tidak

memperhatikan penjelasan guru

3. Minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di

SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul masih rendah.

4. Guru masih kesulitan menentukan metode yang tepat untuk mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

5. Kebermaknaan belajar siswa masih kurang karena tidak adanya

keterlibatan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi

masalah pada hasil belajar pada pelajaran IPS menggunakan Cooperative

learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD) materi perjuangan

mempertahankan kemerdekaan. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian


(21)

D. Rumusan Masalah

Bagaimana penggunaan Model Cooperative learning tipe Student

Teams Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar dalam

mata pelajaran IPS kelas V di SD 1 Pedes?

E. Pemecahan Masalah

Cara pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan Model

Cooperative learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD )

dalam mata pelajaran IPS kelas V materi perjuangan mempertahankan

kemerdekaan.

F. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana penggunaan Cooperative learning model Student

Teams Achievement Division (STAD ) dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPS kelas V di SD 1 Pedes.

2. Mengetahui apakah penggunaan Model Cooperative learning tipe Stutent

Temas Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar.

G. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sumbangan


(22)

mengajar dan dapat digunakan sebagai Literatur dalam pelaksanaan

penelitian di masa yang akan datang.

2. Manfaaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Merupakan sarana belajar bagi peneliti untuk mengembangkan dan

menerapkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah.

2) Meningkatkan pengetahuan dan peka terhadap fenomena yang

terjadi didalam proses belajar mengajar.

3) Melatih kreatifitas sebagai calon pendidik.

4) Lebih memahami karakteristik peserta didik.

b. Bagi Guru

1) Sebagai sumbangan pemikiran untuk mengembangkan kemampuan

merancang dan melaksanakan metode pembelajaran yang efektif.

2) Menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan bermakna

dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam

pelajaran IPS.

3) Pembelajaran lebih berkualitas.

c. Bagi siswa

1) Dapat memberikan motivasi dan meningkatkan keaktifan siswa

dalam mengikuti pembelajaran IPS

2) Dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dalam mata

pelajaran IPS.


(23)

Hasil penelitian ini sebagai kajian guru dalam peningkatan hasil belajar

siswa dan dapat dijadikan rujukan baru bagi sekolah untuk


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar

a. Hakikat belajar

Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:11-12), belajar

merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia

lahir sampai akhir hayat, kemampuan manusia untuk belajar

merupakan karakteristik yang membedakan manusia dengan makhluk

lainnya. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan

atau pengalaman-pengalaman.

Menurut Slameto (2010:2), belajar ialah suatu proses usaha

yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Wasty Soemanto (2006:104), belajar merupakan

proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar,

manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga


(25)

manusia tidak lain adalah hasil dari belajar.belajar adalah suatu proses

dan bukan sebagai hasil.

Sedangkan menurut Asep Jihad dan Abdul Haris (2008:4)

perbuatan belajar terjadi karena interaksi seseorang dengan lingkungan

yang akan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku pada berbagai

aspek, diantaranya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan

bersifat positif terjadi karena peran aktif pembelajar, tidak bersifat

sementara, bertujuan dan perubahan yang terjadi meliputi keseluruhan

tingkah laku pada sikap, ketrampilan, pengetahuan dan sebagainya.

Prinsip belajar menurut Agus Suprijono (2010:4), pertama,

belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Kedua, belajar

merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan

tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, belajar merupakan bentuk

pengalaman pada dasarnya adalah hasil dari interaksi antara peserta

didik dengan lingkungannya. William Burton mengemukakan bahwa A

good learning situation consist of a rich and varied series of learning

experience unified around a vigorous purpose and carried on

interaction with a rich varied and propocative environtment.

Patta Bundu (2006:15) menjelaskan hakikat belajar sebagai

berikut:

Kata kunci pembelajaran adalah perubahan. Tidak ada tujuan

pengajaran yang dicapai sebelum setiap siswa menjadi berbeda dalam


(26)

Lebih jauh dikemukakan bahwa untuk melihat perubahan yang terjadi

perlu dijawab beberapa pertanyaan sebagai indikator: (1) apakah siswa

mengetahui lebih banyak daripada yang diketahui sebelumnya, (2)

apakah siswa memahami sesuatu yang tidak dipahami sebelumnya, (3)

apakah siswa mengembangkan ketrampilan yang belum dikembangkan

sebelumnya, (4) apakah siswa merasakan sesuatu yang berbeda dari

aspek yang dipelajari dari pada yang dirasakan sebelumnya dan (5)

apakah siswa mengembangkan sesuatu yang tidak ada sebelumnya.

Ditegaskan pula oleh Moh. User Usman (2006:5), bahwa

belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri

individu berkat adanya interaksi antar individu dan individu dengan

lingkungannya. Burton (Moh. User Usman, 2006:5) menyatakan

“learning is a change in the individual and his environment, wich fells

a need and makes him more capable of dealing adequately with his

environment. Dalam pengertian ini terdapat kata change atau

“perubahan” yang berarti bahwa seseorang setelah mengalami proses

belajar, akan mengalami perubahan tinggah laku.

b. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Patta Bundu (2006:15), hasil belajar seseorang sering

tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukan sesuatu untuk

memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar.

Namun demikian, karena hasil belajar adalah perubahan yang


(27)

Dimyati dan Mudjiono (2009:3-4), hasil belajar merupakan

hasil dari suatu tindak interaksi belajar dan tindak mengajar. Dari sisi

guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.

Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan

puncak proses belajar. Hasil belajar dibedakan menjadi dampak

pengajaran. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti

tertuang dalam angka raport, angka dalam ijazah atau kemampuan

meloncat setelah latihan.

Gagne (Agus Suprijono 2010:5-6), hasil belajar adalah

pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,

apresiasi dan ketrampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar

berupa:

1) Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan

merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol,

pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

2) Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan

konsep dan lambang. Ketrampilan intelektual terdiri dari

kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta

konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.


(28)

3). Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan

aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan

konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Ketrampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek

berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Usman menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai oleh

siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang

direncanakan guru sebelumnya yang dikelompokkan kedalam tiga

kategori (Asep Jihad dan Abdul Haris 2008:16-19), yaitu :

1) Domain Kognitif

a) Pengetahuan (knowledge) meliputi pengingatan tentang hal-hal

yang bersifat khusus atau universal, mengetahui metode dan

proses, pengingatan terhadap suatu pola, struktur dan seting.

Dalam hal ini tekanan utama pada pengenalan kembali fakta,

prinsip. Kata-kata yang dapat dipakai: definisikan, ulang,

laporkan, ingat, garis bawahi, sebutkan, daftar dan

sambungkan.

b) Pemahaman (comprehension) meliputi penerimaan dalam

komunikasi secara akurat, menempatkan hasil komunikasi


(29)

secara setingkat tanpa merubah pengertian dan dapat

mengeksplorasikan. Kata yang dapat dipakai :

menterjemahkan, nyatakan kembali, diskusikan, gambarkan,

reorganisasikan, jelaskan, identifikasi, tempatkan, review,

ceritakan, paparkan.

c) Aplikasi atau penggunaan prinsip atau metode pada situasi

baru. Kata-kata yang dapat dipakai: interpretasikan, terapkan,

laksanakan, gunakan, demonstrasikan, praktekkan, ilustrasikan,

operasikan, jadwalkan, sketsa, kerjakan.

d) Analisa.

Menyangkut kemampuan anak dalam memisah-misah terhadap

suatu materi menjadi bagian-bagian yang membentuknya,

medeteksi hubungan diantara bagian-bagian itu dan cara materi

itu diorganisir. Kata yang dapat dipakai: pisahkan, analisa,

bedakan, hitung, cobakan, tes bandingkan kontras, kritik, teliti

dll.

e) Sintesa.

Meliputi anak untuk menaruhkan/menempatkan bagian-bagian

atau elemen satu/bersama sehingga membentuk suatu

keseluruhan yang koheren. Kata yang dapat dipakai:

komposisi, desain, formulasi, atur, rakit, kumpulkan ciptakan,

susun, organisasikan, memanage, siapkan, rancang,


(30)

f) Evaluasi.

Jenjang ini dianggap paling sulit dalam kemampuan

pengetahuan anak, meliputi kemampuan anak didik dalam

mengambil keputusan atau dalam menyatakan pendapat tentang

nilai suatu tujuan, idea, pekerjaan, pemecahan masalah,

metoda, materi dll. Dalam pengambilan keputusan ataupun

dalam menyatakan pendapat, termasuk juga kriteria yang

dipergunakan, sehingga akurat dan standar

penilaian/penghargaan. Kata yang dipakai: putuskan, hargai,

nilai, skala, bandingkan, revisi, skor, perkiraan.

2) Domain kemampuan sikap (affective)

a) Menerima atau memperhatikan. Meliputi sifat sensitive

terhadap adanya eksistensi suatu fenomena tertentu atau suatu

stimulus dan kesadaran yang merupakan perilaku kognitif,

termasuk didalamnya juga keinginan untuk menerima atau

memperhatikan.

b) Merespon. Anak dilibatkan secara puas dalam suatu objek

tertentu, phenomena atau suatu kegiatan sehingga ia akan

mencari-cari dan menambah kepuasan dari bekerja dengannya

atau terlibat didalamnya.

c) Penghargaan. Perilaku anak didik adalah konsisten dan stabil,


(31)

pemilihan terhadapnya dan keterikatannya pada suatu

pandangan atau ide tertentu.

d) Mengorganisasikan. Anak didik membentuk suatu system nilai

yang dapat menuntun perilaku, meliputi konseptualisasi dan

mengorganisasikan.

e) Mempribadi (mewatak). Ada internalisasi, nilai-nilai telah

mendapatkan tempat pada diri individu, diorganisir kedalam

suatu system yang bersifat internal, memiliki control perilaku.

3) Ranah Psikomotorik

a) Menirukan. Apabila ditunjukan kepada anak didik suatu action

yang dapat diamati(observable), maka ia akan mulai membuat

suatu tiruan terhadap action itu sampai pada tingkat sistim

otot-ototnya dan dituntun oleh dorongan kata hati untuk menirukan.

b) Memanipulasi. Anak dapat menampilkan action seperti yang

diajarkan dan juga tidak hanya pada seperti yang diamati.

c) Keseksamaan (precision). Meliputi kemampuan anak dalam

penampilan yang telah sampai pada tingkat perbaikan yang

lebih tinggi dalam mereproduksi suatu kegiatan tertentu.

d) Artikulasi (articulation). Anak didik telah dapat

mengkoordinasikan serentetan action dengan menetapkan

urutan/sikuen secara tepat diantara action yang berbeda-beda.

e) Naturalisasi. Apabila anak telah dapat melakukan secara alami


(32)

penampilan ini telah sampai pada kemampuan yang paling

tinggi dengan pengeluaran energy yang minimum.

Hasil belajar dapat dilihat dari ada tidaknya perubahan ketiga

domain tersebut yang dialami siswa setelah menjalani proses belajar.

Baik buruknya hasil belajar dapat dilihat dari hasil pengukuran berupa

evaluasi, selain mengukur hasil belajar penilaian dapat juga ditunjukan

kepada proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui sejauh mana

tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Semakin baik

proses pembelajaran dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran, maka seharusnya hasil belajar yang diperoleh siswa

akan semakin tinggi sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan

sebelumnya.

Berdasarkan definisi diatas maka hasil belajar merupakan

perubahan kemampuan pada manusia sebagai hasil dari proses belajar

sehingga bertambah pengetahuannya baik yang bersifat kognitif,

afektif, dan psikomotor setelah ia melakukan pengalaman belajar.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Baharudin dan Esa Nur Wahyumi (2007:19-28), secara umum

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua


(33)

tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menetukan kualitas hasil belajar.

1) Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam individu dan dapat mempengaruhi

hasil belajar individu. Faktor internal meliputi:

a) Faktor fisiologis

Faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu yaitu,

keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis

(pancaindra)

b) Faktor psikologis

Keadaan psikologis seseorang dapat mempengaruhi proses

belajar. Beberapa Faktor psikologis yang utama mempengaruhi

proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap,

dan bakat.

2) Faktor- Faktor eksogen/eksternal

a) Lingkungan sosial meliputi lingkungan sosial sekolah,

lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga.

b) Lingkungan non sosial. Faktor-faktor yang termasuk

lingkungan non sosial adalah lingkungan alamiah, faktor

instrumental, dan faktor materi pelajaran.

Sedangkan menurut Slameto (2010:54-) faktor- faktor yang


(34)

1) Faktor- faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu

yang sedang belajar

a) Faktor jasmaniah meliputi Faktor kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat,

motif, kematangan, dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan dibedakan dua macam, yaitu kelelahan

jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis)

2) Faktor-faktor ekstern

a) Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi

antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,

standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

rumah.

3)Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass


(35)

d. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pengertian Pendidikan IPS

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan salah

satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB

sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi,

Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS,

peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara

Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga

dunia yang cinta damai.

Saidihardjo (2008:2), Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan

himpunan pengetahuan tentang kehidupan social dari bahan realitas

kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Dalam kurikulum

berbasis kompetensi (KBK), Ilmu Pengetahuan Sosial dimaknai

sebagai seperangkat fakta, peristiwa, konsep, generalisasi yang

berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk

membanguun dirinya, masyarakat, bangsa dan lingkungannya

berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat dimaknai

untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.

Martorella (Etin Solihatin dan Raharjo, 2007:14)


(36)

menekankan pada aspek “pendidikan” daripada transfer “konsep”,

karena dalam pembelajaran pendidikan IPS siswa diharapkan

memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan

pengembangan serta melatih sikap, nilai, moral, dan

ketrampilannya berdasarkan konsep yang telah dimilikinya.

Dengan demikian, pembelajaran IPS harus difokuskan pada aspek

kependidikannya.

Etin Solihatin dan Raharjo (2007 : 15) menyatakan bahwa

tujuan dari pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk

mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa

untuk mengembangkan diri sesuai bakat.

Sapriya (2009:20) menyatakan bahwa istilah IPS di sekolah

dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai

integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu social, humaniora,

sains bahkan berbagai isu dan masalah social kehidupan. Materi

IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek disiplin ilmu

karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan

psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik

yang bersifat holistik.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan program

pendidikan yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan

generalisasi pengetahuan tentang kehidupan social manusia dan


(37)

2) Tujuan Pendidikan IPS

Secara garis besar tujuan pendidikan IPS adalah:

a) Membentuk nilai moral dan etik

Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial menekankan pada

pembentukan pengetahuan dengan dasar sosial dan etika yang

baik. Filosofi sosialnya adalah bahwa manusia yang merupakan

manusia Indonesia yang memliki moral (moral force), mental

sosial, intelektual tinggi serta spiritual.

b) Membentuk manusia yang berbudaya dan memiliki mental

social

Pendidikan Ilmu pengetahuan social merupakan

rangkaian ilmu social yang memberikan kontribusi dalam

membentuk watak budaya yang kuat dan kokoh, mandiri,

percaya diri, patriotism, memiliki dedikasi tinggi, berkompetisi

dan berkomitmen terhadap nasionalisme bangsa.

c) Membentuk kecerdasan individual dan masyarakat

Pendidikan Ilmu pengetahuan sosial sebagai sebagai

suatu komponen dalam pendidikan menjadi sumber

pengetahuan tentang dinamika social dan sosok masyarakat

yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Hal belajar dalam

dunia pendidikan tidak bisa lepas dari kurikulum yang menitik

beratkan cara-cara membangun sifat kreatif dan kemauan untuk


(38)

individu agar menjadi orang cerdas tetapi tujuan belajar itu

sendiri adalah terpenuhinya kebutuhan sosial masyarakat.

e. Karakteristik siswa kelas V SD

Syamsu Yusuf (2007:24), menyatakan bahwa anak usia

sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual atau masa

keserasian bersekolah. Pada masa umur berapa tepatnya anak

matang untuk masuk SD, sebenarnya sukar dikatakan karena

kematangan tidak ditentukan oleh umur semata-mata. Namun pada

umur 6 atau 7tahun, biasanya anak telah matang untuk memasuki

sekolah dasar. Pada masa keserasian sekolah ini secara relatif,

anak-anak lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan

sesudahnya.

1) Masa kelas-kelas rendah SD, kira-kira 6 atau 7 tahun sampai

umur 9 atau 10 tahun. Beberapa sifat anak-anak pada masa ini

antara lain seperti berikut.

a) Adanya hubungan positif yang tinggi antara keadaan

jasmani dengan prestasi(apabila jasmaninya sehat banyak

prestasi yang diperoleh)

b) Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang

tradisional.

c) Adanya kecenderungan memuji diri sendiri (menyebut

nama sendiri)


(39)

e) Apabila tidak dapat menyelesaikan suatu soal, maka soal

itu dianggap tidak penting.

f) Pada masa ini (terutama usia 6,0 - 8,0 tahun) anak

menghendaki nilai (angka raport) yang baik, tanpa

mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai

baik atau tidak.

2) Masa kelas tinggi SD, kira-kira umur 9 atau 10 sampai umur 12

atau 13 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada masa ini

ialah.

a) Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang

konkret, hal ini menimbulkan kecenderungan untuk

membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis.

b) Amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar

c) Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal

dan mata pelajaran khusus yang oleh para ahli yang

mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai

menonjolnya faktor-faktor (bakat khusus).

d) Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru

atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan

tugas dan keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya

anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan


(40)

e) Pada masa ini, anak memandang nilai(angka Rapor)

sebagai ukuran yang tepat(sebaik-baiknya)mengenai

prestasi sekolah.

f) Anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok

sebaya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam

permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada

peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada)

mereka membuat peraturan sendiri.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

siswa kelas V SD mempunyai karakteristik antara lain :

mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat untuk

belajar, berfikir konkret, gemar membentuk kelompok sebaya,

serta mempunyai keinginan untuk mendapatkan pengetahuan baru

dari pengalaman yang dilakukan.

2. Tinjauan tentang Cooperative learning a. Pengertian Cooperative learning

Berdasarkan pendapat Etin Solihatin dan Raharjo (2007:4)

Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau

perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam

struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua

orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh


(41)

Dikemukakan oleh Isjoni (2009:20) bahwa pembelajaran

kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa

saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam

kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan

mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar.

Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling

memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi

masalah dalam belajar.

Sedangkan menurut Robert Slavin (2005:4) pembelajaran

kooperatif merupakan metode pengajaran dimana para siswa bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif,

para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan

dan berargumentasi, untuk mengesah pengetahuan yang mereka kuasai

saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

b. Unsur pembelajaranCooperative learning

Agus Suprijono (2010:5-6), mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Model

pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran

efektif yaitu pembelajaran yang bercirikan: (1)”memudahkan siswa belajar” sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai,

konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan,


(42)

Roger dan David Johnson (Anita Lie, 2003:31) mengatakan

bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative

learning. Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur model

pembelajaran gotong-royong harus diterapkan.

1) Saling ketergantungan positif

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu

menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota

kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain

bisa mencapai tujuan mereka. Selanjutnya, pengajar akan

mengevaluasi siswa mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini,

mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggungjawab untuk

menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2) Tanggung jawab perorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika

tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model

pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa

bertanggungjawab untuk melakukan yang terbaik.

3) Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka

dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan pembelajar

untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

Hasil kerjasama jauh lebih besar dari pada jumlah hasil


(43)

4) Komunikasi antar anggota

Keterampilan berkomunikasi dalam kelompok merupakan proses

panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi

komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun proses ini

merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh

untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan

perkembangan mental dan emosional para siswa.

5) Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk

mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka

agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.

3. Cooperative learning Model Student Team Achievement Division (STAD)

a. Pengertian STAD

STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif. STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi

kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Robert

E.Slavin (2005:143)

Robert E.Slavin (2005:11) menjelaskan bahwa dalam STAD,

para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang


(44)

etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa belajar dalam tim

mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai

pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi

secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan

untuk saling membantu.

Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi siswa

supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam

menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin

agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu

teman satu timnya untuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukan

norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan. Para

siswa bekerjasama setelah guru menyampaikan materi pelajaran.

Mereka boleh bekerja berpasangan mendiskusikan setiap

ketidaksesuaian, dan saling membantu satu sama lain jika ada yang

salah dalam memahami.

Penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian tindakan kelas

pada siswa kelas V SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul pada mata pelajaran

IPS menggunakan Cooperative learning tipe Student Team

Achievement Division (STAD), karena model STAD adalah model

pembelajaran dimana siswa ditempatkan pada kelompok-kelompok

dan keberhasilan kelompok ditentukan oleh setiap anggota kelompok,

sehingga akan terjalin kerjasama yang baik didalam kelompok. Dengan


(45)

Division (STAD) diharapkan hasil pembelajaran IPS di SD 1 Pedes

akan meningkat.

b. Tahapan pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Nur Asma (2006:51) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran

model STAD terdiri dari beberapa tahap, adalah sebagai berikut.

1) Tahap pertama: persiapan pembelajaran.

Persiapan pembelajaran meliputi: persiapan materi yang akan

diajarkan dan telah dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran

secara kelompok, menempatkan siswa secara heterogen,

menentukan skor dasar dengan memberikan tes kemampuan

prasyarat atau tes pengetahuan awal, nilai siswa pada semester

sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar.

2) Tahap kedua: penyajian materi

Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45

menit. Setiap pembelajaran dengan model ini selalu dimulai

dengan penyajian materi oleh guru. Dalam penyajian, kelas dapat

digunakan model ceramah, Tanya jawab, diskusi, dan sebagainya,

disesuaikan dengan isi bahan ajar dan kemampuan pembelajar.

3) Tahap ketiga:kegiatan belajar kelompok

Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan model Student


(46)

dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku didalam

kelompok kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan pembelajar

untuk menunjukkan tanggungjawab terhadap kelompoknya.

4) Tahap keempat:pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok

Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan

mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh

wakil dari setiap kelompok. Kegiatan ini dilakukan secara

bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil

kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap

kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaaannya serta

memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan.

5) Tahap kelima:siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual

Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya

dan menunjukkan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok

dengan cara menjawab soal tes sesuai dengan kemampuannya.

Siswa dalam tahap ini tidak diperkenankan bekerjasama.

6) Tahap keenam:pemeriksaan hasil tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor

peningkatan setiap individu, yang kemudian dimasukkan menjadi

skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual

merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok.


(47)

Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan

individu berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu(skor

dasar) dengan skor kuis terakhir. Berdasarkan skor peningkatan

individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan

pedoman yang disusun oleh Salvin sebagai berikut :

a) > 10 poin di bawah skor dasar 5 poin

b) 10 poin di bawah sampai

1 poin di bawah skor dasar 10 poin

c) Skor dasar sampai 10 poin

di atas skor dasar 10 poin

d) > 10 poin skor dasar 20 poin

e) Pekerjaan sempurna (tanpa menghentikan

skor dasar) 30 poin

Poin perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus

sebagai berikut :

ada yang kelompok anggota

anggota an

perkembang total

N1

Keterangan :

a) Kelompok dengan poin rata-rata 15 = baik

b) Kelompok dengan poin rata-rata 20 = hebat


(48)

Penelitian yang dilakukan menggunakan langkah-langkah sesuai

dengan langkah-langkah pada model Student Team Achievement

Division (STAD) yang meliputi tujuh tahap persiapan pembelajaran,

penyajian materi, kegiatan belajar kelompok, pemeriksaan terhadap

hasil kegiatan kelompok, siswa mengerjakan soal-soal tes secara

individual, pemeriksaan hasil tes, dan penghargaan kelompok.

B. Hasil Kajian Penelitian Yang Relevan.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diambil dari skripsi yang

ditulis oleh Kurniawati, Jurusan Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Bulan Juni, Tahun

2010. Skripsi tersebut berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan Student Team Achievement Division (STAD) di Kelas V SD N

Pedes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) kerjasama siswa dalam

belajar kelompok mengalami peningkatan yang sangat baik. (2) hasil belajar

siswa dalam pembelajaran matematika meningkat, hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan nilai rata-rata hasil belajar siswa.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat diketahui bahwa

kemampuan kerjasama siswa dalam belajar kelompok meningkat dari rata-rata

skor 11,6 menjadi skor 16. Berdasarkan hasil belajar matematika siswa pada

siklus I dan II dapat dilihat pencapaian hasil belajar siswa menunjukkan nilai

siswa meningkat dari nilai awal hingga nilai pada siklus II. Ini dapat dilihat


(49)

kelas 56,9 pada siklus 1 meningkat menjadi 1311 dengan rata-rata 62,4

meningkat menjadi 1653 dengan rata-rata kelas 78,7. Nilai siswa pada siklus II

sudah memenuhi KKM yang telah ditentukan yaitu 60, pada nilai awal masih

terdapat 13 anak yang belum mencapai KKM, sedangkan pada siklus I masih

terdapat 8 siswa yang belum mencapai KKM, dan pada siklus II semua siswa

telah mencapai nilai KKM.

C. Kerangka Berfikir

Hasil pembelajaran IPS di SD 1 Pedes masih terdapat beberapa anak

yang mempunyai nilai rendah atau dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Rendahnya hasil pembelajaran ini disebabkan antara lain, dalam

melakukan proses pembelajaran guru kurang menggunakan metode yang

sesuai, minat belajar IPS pada kebanyakan siswa masih rendah dan tidak

menyukai mata pelajaran IPS, guru tidak banyak melibatkan siswa dalam

pembelajaran.

Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti berusaha membantu

meningkatkan hasil belajar IPS. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

dengan memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan kerjasama dan

keaktifan siswa dalam belajar kelompok yang bertujuan untuk meningkatkan

hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan Cooperative learning model

Student Team Achievement Division (STAD).

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan


(50)

mengajarkan siswa untuk belajar bekerjasama dalam satu team (sebagai team

work), belajar bertanggungjawab, belajar memimpin dan dipimpin dan belajar

menghargai pendapat (berdemokrasi). Jadi Cooperative learning model

Student Team Achievement Division (STAD) memiliki kelebihan dibanding

model pembelajaran biasa (ekspositori) dalam dua aspek yaitu keterampilan

sosial dan pengetahuan.

Gambaran pola pemecahannya melalui tahapan sebagai berikut:

Diskusi pemecahan masalah Penerapan STAD

Evaluasi Awal Evaluasi Efek Evaluasi Akhir

Gambar 1.Kerangka berfikir

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, dapat diajukan hipotesis

tindakan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Cooperative learning model Student Tema Achievement

Division (STAD) adalah sebagai langkah-langkah pelaksanaan

Perlakuan Hasil yang diharapkan Keadaan Sekarang

Penerapan

Cooperative learning model Student Team Achievement Division (STAD) dalam pembelajaran

1.Metode pembelajaran kurang menarik. 2.Minat belajar IPS

siswa rendah

3.Hasil belajar IPS

siswa rendah

Hasil Belajar IPS meningkat


(51)

2. “Penerapan Cooperative learning Model Student Team Achievement Division (STAD) pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD 1 Pedes, Kecamatan


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian.

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 yaitu

pada bulan Januari – Februari 2014. 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD 1 Pedes, Sedayu, Bantul, Yogyakarta.

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD 1 Pedes, Sedayu,

Bantul,Yogyakarta. Jumlah siswa dikelas V SD 1 Pedes, semester 2 tahun

ajaran 2013/2014 adalah 31 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 13 siswa

perempuan.

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain putar spiral yang

dikemukakan oleh Kemis & Mc Tagart yang masing-masing siklus terdiri atas

empat tahap meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan (perlakuan),


(53)

Gambar 2. Penelitian tindakan model spiral Kemmis & Taggart

(Suharsimi Arikunto,2002:84)

Langkah-langkah prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Rencana tindakan

a. Menentukan materi pokok yang dibahas pada kegiatan

pembelajaran

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

c. Menyusun dan mempersiapkan lembar Observasi berkaitan dengan

hasil belajar siswa.

d. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan

digunakan dalam setiap pembelajaran , yaitu lembar kerja siswa


(54)

e. Mempersiapkan soal tes untuk siswa yaitu tes yang akan diberikan

pada awal pembelajaran (pratindakan) dan tes yang akan diberikan

pada akhir siklus.

2. Pelaksanaan tindakan

a. Guru menjelaskan materi pokok yang akan dibahas dalam

pembelajaran dan menjelaskan metode yang akan digunakan.

b. Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dengan pembagian

secara heterogen berdasarkan prestasi anak.

c. Siswa dan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai RPP

yang telah disusun. Siswa mengerjakan LKS sesuai perintah yaitu

mengurutkan tanggal peristiwa penting dan menjelaskan.

d. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

kelompok dan mendiskusikan jawaban dengan tanya jawab.

e. Guru memberikan soal evaluasi yang dikerjakan siswa secara

individu kemudian membahas serta memeriksa hasil tes individu.

f.Siswa dan guru menghitung skor kelompok kemudian memberikan

penghargaan kelompok dilanjutkan menyimpulkan materi

pembelajaran yang telah dipelajari.

3. Observasi

a. Observer melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran

yang dilakukan. Observer menggunakan lembar observasi yang


(55)

mengamati jalannya pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas

tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran.

b. Guru dan peneliti melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa

dengan menggunakan instrument yang telah disusun sebelumnya.

4. Refleksi

a. Peneliti bersama guru melakukan kajian secara menyeluruh

terhadap isi dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan

observasi

b. Melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kekurangan yang

terjadi selama proses pembelajaran.

c. Merumuskan tindakan-tindakan perbaikan dan menyusun rencana

tindakan untuk siklus selanjutnya jika diperlukan

D. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya hasil

belajar siswa kelas V SD N Pedes dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) yang dilihat selama proses pembelajaran berlangsung. Indikator

keberhasilan penelitian tindakan ini yaitu apabila 80% nilai siswa telah dapat

mencapai kriteria ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai minimal 7 .

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh berdasarkan hasil observasi dan tes dianalisis


(56)

pembelajaran IPS pada materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan

melalui cooperative learning tipe student team achievement division (STAD)

dapat meningkatkan hasil belajar yang diperoleh siswa.

Dalam penelitian ini, hasil siswa dianalisis dengan mencari nilai

rata-rata (mean), dengan rumus:

N fX X

Keterangan :

X = mean yang dicari

Σ f X = jumlah nilai seluruh siswa N = jumlah siswa

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar digunakan analisis

kuantitatif dengan rumus :

% 100 siswa

seluruh jumlah

tuntas nilai dengan siswa

jumlah Ketuntasan

Nilai


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus tindakan. Sebelum guru

memulai penelitian perlu diadakan pratindakan sebagai nilai awal yang akan

di pergunakan sebagai nilai dasar. Hasil penelitian tiap-tiap siklus dapat

dideskripsikan sebagai berikut:

1. Pra Siklus

Pratindakan dilakukan untuk mengetahui keadaan nyata sebelum

proses penelitian dilakukan, yaitu dengan cara memberikan soal pre test

kepada siswa dalam pertemuan pertama pada hari Senin tanggal 03

Februari 2014 pukul 07.00-07.15 WIB. Hal tersebut dilakukan untuk

mengetahui nilai awal dalam mengukur peningkatan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran IPS sebelum dilakukan tindakan. Adapun

langkah-langkah yang dilakukan guru pada saat pratindakan adalah:

a. Guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dilanjutkan berdoa

bersama.

b. Guru bertanya kepada siswa tentang materi apa yang akan dipelajari

pada pertemuan hari ini.

c. Guru membagikan soal pre test kepada siswa dan memberikan arahan


(58)

d. tu untuk mengerjakan soal tersebut yaitu 15 menit, soal dikerjakan

secara individu.

e. Setelah selesai mengerjakan, siswa mengumpulkan hasil pekerjaan

mereka kemudian diteliti oleh guru.

f. Dari hasil nilai pre test tersebut digunakan sebagai nilai awal atau nilai

dasar dalam pelaksanaan penelitian.

Tabel 1. Hasil Tes Pra Tindakan

Keterangan Tes Awal

Nilai terendah 3

Nilai tertinggi 8

Rata-rata Nilai 5,93

Ketuntasan 25,8 %

Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa diketahui nilai terendah

3 dan nilai tertinggi 8, sedangkan nilai rata-rata diperoleh 5,93. Jika

dinyatakan dalam persentase yaitu 25,8%, dimana hasil tersebut masih

jauh dari persentase yang diinginkan oleh peneliti dan guru yaitu 100%


(59)

Gambar 3. Jumlah siswa tuntas belajar pre test

Berdasarkan data nilai pre test dapat diketahui bahwa sebelum

dilaksanakan tindakan ada 8 siswa yang memperoleh nilai diatas batas

nilai ketuntasan minimal atau tuntas dan sebanyak 23 siswa dibawah

batas nilai ketuntasan minimal atau belum tuntas.

Dari hasil tes awal tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa

nilai siswa kelas V pada mata pelajaran IPS rendah dan belum

mencapai KKM yang ditentukan. Maka peneliti menerapkan Model

Cooperative learning tipe Student Team Achievement Division(STAD)

yang bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa dan untuk

menumbuhkan minat pada mata pelajaran tersebut.

2. Siklus I

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:


(60)

menggunakan metode pembelajaran Cooperative learning model

Student Teams Achievement Division (STAD).

2) Membuat Silabus, Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) dan

Bahan ajar sesuai dengan materi dan model pembelajaran yang

digunakan. Peneliti merancang pembelajaran dengan cara

berkolaborasi dengan guru kelas. Silabus, RPP dan Bahan ajar ini

dibuat serta dipersiapkan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

pembelajaran di kelas.

3) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi untuk memonitor

kegiatan siswa.

4) Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan

digunakan dalam setiap pembelajaran, yaitu Lembar Kerja Siswa

(LKS) dan perlengkapan lain yang menunjang pembelajaran.

5) Membuat lembar soal evaluasi yang bertujuan mengetahui tingkat

pemahaman siswa dan nilai hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan tindakan

Pada tahap tindakan, guru melaksanakan pembelajaran yang

telah direncanakan. Tindakan pada siklus pertama ini dilakukan dalam

dua pertemuan.

1) Pertemuan pertama (Senin, 3 Februari 2014)

Pembelajaran berlangsung selama 105 menit atau 3 jam


(61)

peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempertahankan

kemerdekaan indonesia. Sebelum memulai pembelajaran guru dan

siswa menyanyikan lagu “Maju tak gentar”, kemudian guru bertanya tentang makna dari lagu tersebut. Dari pertanyaan

tersebut, jawaban siswa diarahkan pada perjuangan

mempertahankan kemerdekaan sekaligus menjembatani siswa

untuk masuk pada kegiatan inti.

Proses kegiatan pembelajaran sepenuhnya dilakukan

dengan Cooperative learning tipe Student Teams Achievement

Division (STAD). Guru menjelaskan kepada siswa tentang model

pembelajaran yang akan diterapkan, kemudian menyampaikan tata

cara dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Guru membagi

siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 5-6 orang dengan

pembagian secara heterogen berdasarkan prestasi anak.

Masing-masing kelompok diberikan kartu-kartu yang berisikan

tanggal-tanggal peristiwa penting dalam mempertahankan kemerdekaan

dan mengurutkan sesuai perintah. Setiap kelompok membahas

tanggal-tanggal penting peristiwa dalam mempertahankan

kemerdekaan dan menjelaskan peristiwa yang terjadi pada tanggal

tersebut. Siswa mengumpulkan hasil kerja kelompok untuk dibahas


(62)

2) Pertemuan kedua (Selasa, 4 Februari 2014)

Pada pertemuan kedua ini Guru membagikan kembali hasil

kerja kelompok pada pertemuan sebelumnya. Salah satu siswa dari

perwakilan kelompok diminta maju kedepan untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompok sesuai urutan pembagian

materi yang telah disepakati. Perhatian siswa mengenai materi

mulai menunjukkan keingintahuan tetapi belum sepenuhnya

mengikuti jalannya pembelajaran dengan baik. Setelah materi

dipresentasikan, guru memberikan kesempatan kepada kelompok

lain untuk bertanya. Pada tahap ini terjadi proses diskusi antara

kelompok satu dengan yang lainnya. Siswa sangat antusias dalam

berdiskusi, hal ini terlihat saat banyak siswa yang bertanya dan

menyampaikan pendapat. Guru membahas dan menjelaskan

pertanyaan siswa yang belum terjawab.

Setelah presentasi berakhir guru memberikan soal evaluasi I

untuk mengetahui kejelasan dan pemahaman siswa setelah

berdiskusi, dimana soal evaluasi dikerjakan secara individu. Siswa

dan guru membahas dan memeriksa hasil tes yang telah dikerjakan.

Pada pertemuan ini juga guru menghitung skor kemajuan dari

masing-masing kelompok berdasarkan tes individu yang dilakukan.

Guru memberikan penghargaan kepada tiap-tiap kelompok yang

berpredikat super, hebat, dan baik. Pada siklus I terdapat 1


(63)

kelompok berpredikat super. Siswa merasa antusias dalam

menerima penghargaan yang diberikan.

Tabel 2. Hasil tes siklus I

Keterangan Siklus I

Nilai terendah 5

Nilai tertinggi 8,5

Rata-rata Nilai 6,75

Ketuntasan 51,6 %

Berdasarkan hasil tes evaluasi siklus I diperoleh nilai

rata-rata 6,75 dengan nilai terendah 5 dan nilai tertinggi 8,5. Adapun

jumlah siswa yang tuntas pada siklus I dan mencapai nilai KKM

sebanyak 16 orang, dan 15 siswa belum tuntas dalam belajar atau

belum mencapai KKM yang ditentukan. Jika dinyatakan dalam

persentase yaitu 51,6 % nilai siswa yang tuntas belajar pada siklus

1. Untuk mengetahui jumlah ketuntasan siswa dalam belajar dapat


(64)

Gambar 4. Jumlah siswa tuntas belajar siklus I

Pada kegiatan akhir, guru memaparkan seluruh hasil

kegiatan pembelajaran. Dengan bimbingan guru, siswa

memberikan kesimpulan atas materi yang dipelajari pada

pertemuan hari ini. Sebelum menutup pelajaran, guru memberikan

tugas kepada siswa untuk membaca materi selanjutnya serta

memberikan motivasi berupa anjuran untuk belajar secara giat.

Guru menutup pelajaran dengan mengucap salam.

c. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar

observasi yang telah dipersiapkan, yaitu berupa catatan lapangan

dengan cara mengamati jalannya pembelajaran dan aktivitas siswa

dikelas tanpa mengganggu kegiatan pembelajaran. Observasi juga

dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, adapun lembar


(65)

1) Lembar observasi guru

2) Lembar observasi siswa

3) Lembar pedoman observasi kerjasama siswa dalam kelompok

Hasil pengamatan dengan menggunakan lembar observasi

siswa dan lembar kerjasama siswa dalam kelompok menunjukkan

bahwa siswa sudah cukup aktif melakukan kegiatan pembelajaran.

Dalam kerjasama kelompok masih ada kelompok yang didominasi oleh

anak yang mempunyai tingkat akademik tinggi, rasa individualis siswa

masih terlihat dan sebagian siswa belum nyaman dengan kelompoknya

serta malu menyampaikan pendapatnya dalam kelompok, walaupun

demikian siswa sudah dapat bekerjasama dengan cukup baik meskipun

belum optimal. Hal ini terlihat pada pembagian kerja yang belum rata

dan sebagian siswa mengerjakan LKS sendiri tanpa mendengarkan

pendapat anggota kelompok yang lain.

Hasil pengamatan dengan lembar observasi guru menunjukkan

bahwa dalam penyampaian materi, guru menjelaskan secara ringkas.

Setiap awal dan akhir pembelajaran guru selalu menumbuhkan minat

dan motivasi siswa. Guru memberikan masalah-masalah kontekstual

yang berkaitan dengan materi IPS yang diajarkan, serta memberikan

contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Guru mengajak

siswa untuk menghargai jasa para pahlawan dan meneruskan

perjuangannya. Dengan adanya penelitian ini guru mendapatkan variasi


(66)

d. Refleksi

Hasil refleksi yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa

pelaksanaan tindakan siklus I dalam pembelajaran IPS menggunakan

cooperative learning model STAD ternyata belum menunjukkan hasil

yang optimal meskipun sudah mengalami peningkatan. Hasil belajar

siswa masih perlu ditingkatkan dengan menggunakan alternatif lain.

Beberapa refleksi yang muncul dari pembelajaran siklus I antara

lain:

1) Guru kurang membimbing siswa dalam melakukan belajar

kelompok sehingga masih terdapat kelompok yang tidak

melakukan dengan baik

2) Pembagian kelompok masih kurang merata, masih terdapat

kelompok yang terdiri dari anak-anak yang pasif sehingga kerja

kelompok dilakukan secara perorangan walaupun dengan

kemampuan akademik yang berbeda (yang merasa pintar

mengerjakan tugas kelompok sendiri tanpa mendengarkan

pendapat teman)

3) Saat presentasi berlangsung, masih terdapat siswa yang asyik

sendiri dengan teman kelompoknya dan tidak memperhatikan

kelompok yang maju kedepan.

Rencana perbaikan/revisi untuk pembelajaran pada pertemuan


(67)

1) Guru secara tegas menentukan kelompok (mengubah anggota

dalam kelompok) berdasarkan hasil prestasi siswa dan

karakteristik siswa sehingga kegiatan dalam kelompok dapat

berlangsung secara aktif dan lebih efektif.

2) Guru harus membimbing siswa memahami langkah-langkah

kegiatan terlebih dahulu sebelum pembelajaran dengan cooperative

learning model STAD dimulai. Guru selalu mengawasi,

mengarahkan dan membantu siswa dalam proses diskusi.

3) Guru harus memberikan motivasi yaitu dengan memberi tambahan

nilai bagi kelompok yang memperhatikan dan ikut serta

menanggapi.

4) Persentase ketuntasan yang dicapai pada siklus I adalah 51,6%,

dimana persentase tersebut belum mencapai indikator yang

ditetapkan. Maka dari itu peneliti berkolaborasi dengan guru kelas

untuk merencanakan tindakan untuk dilaksanakan pada siklus II.

3. Siklus II

a. Perencanaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran-2 (RPP-2) disusun oleh

peneliti dengan arahan dari guru kelas setelah diadakan refleksi dari

siklus I. Pada tahap ini peneliti bersama guru menambah perlakuan

(treatment) yaitu siswa lebih diarahkan dalam proses diskusi. Guru

membimbing siswa untuk menemukan jawaban dari apa yang telah


(68)

Selain RPP, perencanaan siklus II juga menyiapkan hal yang

sama dengan siklus I yaitu Silabus, lembar observasi, sarana media

pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS) serta lembar soal evaluasi

siklus II. Namun berdasarkan hasil refleksi I bukan hanya treatment

yang perlu ditambah tetapi pembagian kelompok yang harus diubah

sesuai dengan pembagian secara heterogen berdasarkan hasil evaluasi

siklus I

b. Pelaksanaan tindakan

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II merupakan

pelaksanaan dari hasil refleksi siklus I yang mengacu pada model

pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD.

Pelaksanaan tindakan siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam

setiap pertemuan, kegiatan pembelajaran lebih diorientasikan pada

peran aktif siswa dalam belajar.

1) Pertemuan pertama (Sabtu, 8 Februari 2014)

Guru mengawali pembelajaran dengan mengulang materi

pelajaran pada pertemuan sebelumnya dengan memberikan

pertanyaan singkat, hal ini bertujuan mempersiapkan kondisi

kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Perhatian siswa pada

mata pelajaran IPS sudah terlihat lebih antusias dari kedua

pertemuan sebelumnya. Guru mengemukakan konsep dan materi


(69)

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang

akan dipelajari pada hari ini dilanjutkan pembagian kelompok.

Siswa dibagi menjadi 6 kelompok (terdiri 5-6 siswa) dengan

pembagian secara heterogen berdasarkan hasil evaluasi siklus I.

Setiap kelompok membuat ringkasan tentang nama perundingan,

tokoh, kejadian dan isi perjanjian dalam perjuangan diplomasi

untuk mempertahankan kemerdekaan melalui jalur perundingan.

Guru mengarahkan jalannnya proses diskusi dan membantu siswa

dalam mengerjakan LKS. Pada siklus kedua pertemuan pertama ini

siswa sudah terlihat aktif dan mengerti tugas apa yang harus

dilakukan dan bagaimana cara menyelesaikan permasalahan yang

diberikan oleh guru sesuai materi yang dibahas. Secara kooperatif

siswa bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya

masing-masing. Untuk menambah semangat siswa, guru mengumumkan

kembali nilai yang diperoleh dalam evaluasi siklus I dan

penghargaan kelompok.

Setelah siswa mengetahui nilai tersebut, siswa terlihat lebih

giat dalam bekerjasama dan bersaing dengan kelompok lain agar

memperoleh nilai paling tinggi. Dengan cara ini siswa termotivasi

dalam mengikuti pembelajaran. Siswa mengumpulkan hasil kerja

kelompok yang telah dikerjakan.10 Februari 2014)

Pembelajaran dimulai dengan pemberian motivasi kepada


(70)

Guru memberikan pertanyaan secara lisan kepada siswa seputar

materi yang telah dipelajari. Peneliti membagikan kembali hasil

kerja kelompok yang telah dikerjakan pada pertemuan sebelumnya.

Guru membagikan potongan kertas lipatan berisi nama perjanjian

kemudian perwakilan kelompok maju untuk mengambil dan

langsung mempresentasikan hasil diskusinya didepan kelas. Siswa

kelompok lain menanggapi dan bertanya, namun ada juga siswa

yang hanya diam mendengarkan. Setelah semua masing-masing

kelompok selesai mempresentasikan guru membahas dan mengulas

kembali hasil diskusi siswa sesuai tujuan yang ingin di capai. Guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila

masih ada siswa yang belum jelas atau pertanyaan yang belum

terjawab saat proses diskusi.

Akhir pertemuan guru memberikan evaluasi siklus II untuk

mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah diberikan perlakuan

yang berbeda dengan model Cooperative learning tipe Student

Teams Achievement Division (STAD). Soal evaluasi dikerjakan

siswa secara individu kemudian dilanjutkan pemeriksaan dan

pembahasan hasil tes oleh guru bersama dengan siswa. Guru

menghitung nilai peningkatan individu dan menghitung skor

kelompok. Pada akhir pembelajaran guru memberikan penghargaan


(71)

pelajaran. Pada siklus II terdapat 1 kelompok yang berpredikat

hebat sedangkan 5 kelompok lainnya berpredikat super.

Tabel 3. Hasil tes siklus II

Keterangan Siklus II

Nilai terendah 7

Nilai tertinggi 9,5

Rata-rata Nilai 8,03

Ketuntasan 100 %

Analisi hasil tes evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata

8,03 dengan nilai terendah 7 dan nilai tertinggi 9,5. Berdasarkan

data nilai tersebut dapat terlihat bahwa pada siklus II ini semua

siswa berjumlah 31 siswa mampu mendapatkan nilai diatas batas

KKM yang ditentukan. Jika dinyatakan dalam persentase yaitu

100% nilai siswa telah tuntas dalam belajar. Adapun diagram


(72)

Gambar 5. Jumlah siswa tuntas belajar siklus II

c. Observasi

Kegiatan kerjasama siswa dalam siklus II ini siswa sudah

dapat bekerjasama dengan baik, rasa kebersamaan pun sudah terjalin.

Secara keseluruhan siswa sudah cukup aktif dalam melakukan

kerjasama di dalam kelompoknya. Selain itu siswa sudah aktif

melakukan kegiatan pembelajaran, siswa tidak malu dalam

menyampaikan hasil belajar kelompoknya. Siswa mampu untuk

menyimpulkan materi pelajaran dengan tepat, dan pada saat

mengerjakan soal tes siswa mengerjakannya dengan sungguh-sungguh

dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

Dalam kegiatan pembelajaran guru sudah sangat baik dalam

mengajar. Pada setiap akhir pertemuan, dilakukan tes evaluasi. Hasil

belajar siswa setelah adanya tindakan dibandingkan dengan hasil

belajar siswa sebelum dilakukannya tindakan terjadi peningkatan dan


(1)

111

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

113

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

114

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

115

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

The Effectiveness Of Using Student Teams-Achievement Divisions (STAD) Techniques in Teaching Reading

1 16 116

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil belajar fiqih di MTs Nurul Hikmah Jakarta

0 9 145

The Effectiveness Of Using The Student Teams Achievement Divisions (STAD) Technique Towards Students’ Understanding Of The Simple Past Tense (A Quasi-Experimental Study at the Eighth Grade Students of SMP Trimulia, Jakarta Selatan)

1 8 117

Komparasi hasil belajar metode teams games tournament (TGT) dengan Student Teams Achievement Division (STAD) pada sub konsep perpindahan kalor

0 6 174

Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta

0 5 158

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dalam meningkatkan hasil belajar akidah akhlak: penelitian tindakan kelas di MA Nihayatul Amal Karawang

0 10 156

Upaya peningkatan hasil belajar IPS kelas V B melalui cooperative learning Student Teams Achievement Divisions (STAD) di Sekolah Dasar Muhammadiyah Kalinampu II.

0 0 121

320262308 Upaya Peningatan Hasil Belajar Mapel Menggunakan Pendekatan Cooperative Learning Tipe Student Teams Achivment Divisions Stad

0 0 104

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) SISWA KELAS V MIN KALIWUNGU KUDUS TAHUN AJARAN 20132014

0 0 20