Lingkungan hidup artemia Artemia

berfungsi untuk menterjemahkan kodon dan mengikat asam amino yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke ribosom, serta rRNA ribosomal RNA yang bersama dengan protein membentuk ribosom. Jika RNA polymerases tersebut dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat terbentuk sehingga sintesis protein juga dihambat. Protein merupakan komponen utama semua sel. Protein berfungsi sebagai unsur struktural, hormon, imunoglobulin, serta terlibat dalam kegiatan transport oksigen, kontraksi otot, dan lainnya Nuswantari, 1998. Tidak terbentuknya protein dapat mengganggu metabolisme sel, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel. Enzim Na + K + ATPase merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis ATP menjadi ADP serta menggunakan energi untuk mengeluarkan 3 Na + dari sel dan mengambil 2 K + ke dalam, tiap sel bagi tiap mol ATP dihidrolisis. Na + K + ATPase ditemukan dalam semua bagian tubuh. Aktivitas enzim ini dihambat oleh ouabaine. Adanya ouabaine menyebabkan keseimbangan ion Na + dan K + tetap terjaga homeostasis. Selain itu, sekarang ini ouabaine juga digunakan untuk terapi payah jantung. Di dalam jantung, Na + K + ATPase secara tak langsung mempengaruhi transport Ca 2+ karena Na + ekstrasel akan ditukar dengan Ca 2+ intrasel. Jika kerja Na + K + ATPase dihambat, maka lebih sedikit Ca 2+ intrasel dikeluarkan dan Ca 2+ intrasel meningkat, sehingga memudahkan kontraksi otot jantung Ganong, 1995. Suatu senyawa yang mempunyai aktivitas mengganggu kerja salah satu enzim ini pada artemia dan menyebabkan kematian artemia, maka senyawa tersebut bersifat toksik dan dapat menyebabkan kematian sel mamalia. Metode PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BST dengan hewan uji artemia tidak dapat digunakan untuk pengujian senyawa yang dalam mengganggu kerja salah satu enzim tersebut memerlukan aktivasi dalam sel mamalia, seperti 6-mercaptopurine yang harus dimetabolisme terlebih dahulu dalam sel mamalia. Sehingga jika senyawa 6-mercaptopurine diujikan pada artemia, maka akan memberikan LC 50 yang lebih besar dari 1000 bersifat tidak toksik pada artemia Solis et al.,1992 Tingkat toksisitas dari ekstrak tanaman dapat ditentukan dengan melihat harga LC 50. Analisis data dilakukan dengan analisis probit untuk menghitung LC 50. Dari persentase data kematian larva artemia dikonversikan probit untuk menghitung harga LC 50. Apabila harga LC 50 ≤ 1000 μgml maka dikatakan toksik. Apabila pengujian dengan larva artemia menghasilkan harga LC 50 ≤ 1000 μgml dapat dilanjutkan dengan pengujian antikanker menggunakan biakan sel kanker. Dengan cara ini akan menghemat waktu dan biaya penelitian Meyer et al., 1982. Keuntungan penggunaan artemia sebagai hewan uji adalah kesederhanaan dalam pelaksanaan, waktu relatif singkat, dan konsentrasi kecil sudah dapat menimbulkan aktivitas biologi Meyer et al., 1982.

D. Toksisitas Akut

Pada prinsipnya metode BST merupakan uji toksisitas akut yang dilakukan dengan menghitung jumlah kematian Artemia salina Leach untuk menentukan besarnya efek toksik. Toksisitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu zat untuk menimbulkan kerusakan Katzung, 1987. Uji toksisitas akut merupakan uji dengan pemberian suatu senyawa pada hewan uji pada suatu saat atau uji