BST dengan hewan uji artemia tidak dapat digunakan untuk pengujian senyawa yang dalam mengganggu kerja salah satu enzim tersebut memerlukan aktivasi
dalam sel mamalia, seperti 6-mercaptopurine yang harus dimetabolisme terlebih dahulu dalam sel mamalia. Sehingga jika senyawa 6-mercaptopurine diujikan
pada artemia, maka akan memberikan LC
50
yang lebih besar dari 1000 bersifat tidak toksik pada artemia Solis et al.,1992
Tingkat toksisitas dari ekstrak tanaman dapat ditentukan dengan melihat harga LC
50.
Analisis data dilakukan dengan analisis probit untuk menghitung LC
50.
Dari persentase data kematian larva artemia dikonversikan probit untuk menghitung harga LC
50.
Apabila harga LC
50
≤ 1000 μgml maka dikatakan toksik. Apabila pengujian dengan larva artemia menghasilkan harga
LC
50
≤ 1000 μgml dapat dilanjutkan dengan pengujian antikanker menggunakan biakan sel kanker. Dengan cara ini akan menghemat waktu dan biaya penelitian
Meyer et al., 1982. Keuntungan penggunaan artemia sebagai hewan uji adalah kesederhanaan dalam pelaksanaan, waktu relatif singkat, dan konsentrasi kecil
sudah dapat menimbulkan aktivitas biologi Meyer et al., 1982.
D. Toksisitas Akut
Pada prinsipnya metode BST merupakan uji toksisitas akut yang dilakukan dengan menghitung jumlah kematian Artemia salina Leach untuk
menentukan besarnya efek toksik. Toksisitas dapat didefinisikan sebagai kemampuan suatu zat untuk
menimbulkan kerusakan Katzung, 1987. Uji toksisitas akut merupakan uji dengan pemberian suatu senyawa pada hewan uji pada suatu saat atau uji
ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis tunggal pada hewan uji tertentu dan pengamatan dilakukan selama 24 jam. Maksud dari toksisitas akut
yaitu untuk menentukan suatu gejala dan tingkat kematian hewan uji akibat pemberian senyawa tersebut. Pengamatan aktivitas biologi uji toksisitas akut
berupa pengamatan gejala klinik, kematian hewan uji atau pengamatan histopatologi organ Loomis, 1978.
Uji toksisitas akut dilakukan untuk mempersempit kisaran dosis dan terakhir dilakukan uji toksisitas akut untuk mendapatkan presentase kematian.
Data yang diperoleh dari uji toksisitas akut dapat berupa data kuantitatif yang dinyatakan dengan LD
50
median lethal dose atau LC
50
median lethal concentration. Harga LD
50
dan LC
50
suatu senyawa harus dilaporkan sesuai dengan lamanya pengamatan. Bilamana lama pengamatan tidak ditunjukkan,
dianggap bahwa pengamatan dilakukan selama 24 jam Loomis, 1978. Parameter yang digunakan untuk menunjukkan adanya aktivitas
biologis suatu senyawa pada artemia adalah kematian. Keuntungan penggunaan artemia sebagai hewan uji adalah kesederhanaan dalam pelaksanaan, waktu relatif
singkat, dan konsentrasi kecil sudah dapat menimbulkan aktivitas biologis Meyer et al., 1982.
E. Kanker
Kanker adalah suatu penyakit yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali.
Sel-sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian pertumbuhan, dan tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Jika pertumbuhan ini tidak
cepat dihentikan dan diobati maka sel kanker akan terus berkembang. Sel kanker akan tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya invasive, lalu membuat anak
sebar metastasis ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru di tempat lain
sampai akhirnya menyebabkan kematian penderita. Pembentukan kanker dapat dirangsang oleh karsinogen seperti senyawa kimia, faktor fisika radiasi bom atom
dan radioterapi agresif, virus virus hepatitis B dan C, dan hormon Dalimartha, 2003.
F. Penyarian
Pemilihan penyari dalam penyarian merupakan hal yang harus dipertimbangkan. Cairan penyari untuk ekstrak sebaiknya sesuai dengan zat aktif
yang berkhasiat, dalam arti dapat memisahkan zat aktif tersebut dari senyawa lainnya dalam bahan sehingga ekstrak mengandung sebagian besar senyawa aktif
berkhasiat yang diinginkan Anonim, 2000. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari
simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk Anonim,
1979. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam penyari. Penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif. Zat aktif akan larut karena adanya beda konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan yang lebih pekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini
berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel Anonim, 1986 .
G. Kromatografi Kolom Vakum
Kromatografi kolom vakum adalah suatu bentuk fraksinasi kolom yang terutama bermanfaat untuk fraksinasi secara kasar dengan cepat. Metode ini
merupakan modifikasi kromatografi kinerja tinggi, sehingga dapat diperoleh resolusi atau pemisahan senyawa yang lebih baik. Cara ini mengacu pemisahan
terpen dan campuran lipid. Kelebihan metode ini antara lain: tekniknya sederhana, waktunya cepat, fase diam dan fase gerak yang digunakan relatif sedikit. Selain
itu, pemilihan sistem pelarut dapat dilakukan dengan sistem yang sederhana dan murah yaitu Kromatografi Lapis Tipis KLT. Cara ini melibatkan elusi
berdasarkan tingkat kepolaran fase gerak dan kolom diperbolehkan mengering setelah masing-masing fraksi dikumpulkan. Sampel yang digunakan tidak kurang
dari 1 gram dan hanya 10-15 ml fraksi yang bisa dikumpulkan dari masing- masing polaritas. Fase diam yang biasa digunakan adalah silika gel dan diisikan
ke dalam kolom dengan tinggi tidak lebih dari 5 cm coll bowden, 1986. Kolom kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum agar
diperoleh kerapatan kemasan maksimum. Vakum dihentikan, pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke permukaan penyerap lalu di vakumkan lagi.
Kolom di hisap sampai kering dan siap dipakai. Cuplikan, dilarutkan dalam pelarut yang cocok, dimasukkan langsung di bagian atas kolom dan dihisap
perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan memvakumkannya. Kolom, dielusi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI