Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Faktor produksi yang mempunyai peranan sangat penting dalam sebuah perusahaan adalah karyawan. Karyawan merupakan motor penggerak yang menghidupkan perusahaan. Ada banyak macam kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh seorang karyawan. Salah satu macam kebutuhannya adalah kebutuhan untuk berprestasi sense of achievement. Hal ini berarti bahwa ia menganggap pekerjaannya itu penting. Prestasi kerja yang baik menunjukkan bahwa penampilan performance karyawan tersebut baik. Prestasi kerja yang baik selanjutnya akan menjadi umpan balik feedback bagi usaha atau motivasi karyawan pada tahap berikutnya. Prestasi kerja karyawan akan relatif mudah dicapai apabila didukung oleh faktor- faktor sebagai berikut: pengetahuan atau knowledge, keterampilan atau skills , kemampuan atau abilities, sikap atau attitudes, dan kelakuan atau behavior Faustino Cardoso Gomes, 2003:160. Di samping faktor- faktor tersebut, keberhasilan karyawan atas pekerjaannya akan semakin baik jika didukung oleh tingkat kecerdasan emosional yang tinggi. Dengan kecerdasan emosionalnya, seorang karyawan akan mampu menggunakan daya penalarannya dan mampu memanfaatkan emosi untuk hal- hal yang penting. Adapun manfaat- manfaat yang 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diperoleh dari pemanfaatan kecerdasan emosional yang merupakan faktor keberhasilan seorang karyawan dalam bekerja, yaitu dalam hal Cooper dan Ayman Sawaf, 1998:xii: pembuatan keputusan, kepemimpinan, terobosan teknis dan strategis, komunikasi yang terbuka dan jujur, team work dan hubungan saling mempercayai, loyalitas konsumen, kreativitas dan aktivitas. Berangkat dari kecerdasan emosional inilah seorang karyawan termotivasi untuk mencari manfaat dan potensi yang dimiliki, sehingga dapat terlihat bahwa kecerdasan emosional adalah faktor penting sebuah keberhasilan. Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh yang manusiawi Cooper dan Ayman Sawaf, 1998:xv. Seorang karyawan pada sebuah perusahaan yang secara teknik unggul dan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi adalah orang yang mampu mengatasi konflik Cooper dan Ayman Sawaf, 1998:xi. Derajat tinggi rendahnya pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja karyawan diduga berhubungan dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja karyawan. Dalam memperoleh prestasi kerja, para karyawan dituntut mempunyai pengelolaan keterampilan yang baik. Keterampilan dari seorang karyawan dipengaruhi oleh usia, tingkat pendidikan, dan pengalaman kerja karyawan. Pada faktor usia, karyawan yang berusia muda mempunyai tenaga yang lebih besar dan biasanya cenderung terampil bila dibandingkan dengan karyawan yang berusia lanjut, khususnya dalam menghasilkan produk yang lebih banyak. Karyawan yang berusia muda dapat menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosionalnya. Dengan demikian mereka mampu berkonsentrasi pada pekerjaan sehingga mereka cenderung menghasilkan prestasi yang baik dibanding para karyawan ya ng berusia lanjut. Semakin rendah muda usia karyawan, maka akan semakin tinggi derajat pengaruh antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja karyawan. Sebaliknya semakin tinggi tua usia karyawan, maka akan semakin rendah derajat pengaruh antara kecerdasan emosional dengan prestasi kerja karyawan. Dilihat dari tingkat pendidikan, pada pendidikan dasar umumnya menghasilkan lulusan yang cerdas dalam pengetahuan tetapi kurang cerdas dalam emosionalnya. Ini terlihat pada kurikulum pendidikan Sekolah Dasar yang mengutamakan perkembangan pengetahuan anak didiknya. Lulusan dari pendidikan dasar cenderung ditempatkan atau diposisikan pada tingkat rendah di sebuah organisasi atau perusahaan. Peran mereka seringkali dianggap biasa saja dan mereka cenderung tidak memikirkan prestasi kerjanya. Pada pendidikan menengah, menghasilkan lulusan yang memiliki karakter, kecakapan, dan keterampilan yang kuat untuk digunakan dalam hubungannya dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, serta mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Sementara pada lulusan tingkat pendidikan menengah sudah terlihat adanya peningkatan dalam kemampuan mengendalikan emosi, sehingga perannya dalam sebuah perusahaan dituntut untuk dikembangkan dan disini mereka mulai memikirkan prestasi kerjanya dan belum tentu mereka melakukannya. Sedangkan pada pendidikan tinggi yang merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah, diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian. Sedangkan pada tingkat pendidikan tinggi, lulusan umumnya sudah memiliki kematangan emosional, diposisikan pada tingkat tinggi yang dalam perusahaan. Selain mereka dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diserahkan kepadanya, mereka juga memiliki kepekaan dalam bersosialisasi dengan orang lain. Dari sinilah terlihat bahwa mereka cenderung berprestasi dalam bekerja. Maka pada tingkat pendidikan rendah dasar, derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja semakin rendah. Pada tingkat pendidikan sedang menengah, derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja cenderung sedang tidak rendah dan tidak tinggi. Selanjutnya, pada tingkat pendidikan tinggi, derajat pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi kerja semakin tinggi. Ditinjau dari sisi tingkat pengalaman kerja karyawan, keterampilan dari seorang karyawan dipengaruhi oleh lamanya bekerja dalam perusahaan. Karyawan yang sudah lama bekerja biasanya lebih terampil bila dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja. Keterampilan tertentu yang dimiliki seseorang jika tidak diterapkan dalam jangka waktu tertentu dapat menurun. Sebaliknya, jika keterampilan yang dimiliki diterapkan secara terus- menerus akan memiliki kecenderungan berkembang. Karyawan yang berpengalaman akan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan lebih efisien dan efektif. Dengan demikian pada karyawan yang pengalaman kerjanya sedikit, derajat pengaruh kecerdasan emosional dengan prestasi kerja karyawan semakin rendah. Sebaliknya pada karyawan yang pengalaman kerjanya tinggi maka derajat pengaruh kecerdasan emosional dengan prestasi kerja karyawan semakin tinggi. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Ditinjau dari Usia, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman Kerja Karyawan” . Penelitian ini menjadi studi kasus pada PT Industri Sandang II PERSERO PATAL CILACAP.

B. Batasan Masalah