1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan di era globalisasi ini masih menerapkan sistem pendidikan yang statis dan hanya mementingkan unsur kognitif yang dibangun dari
kemampuan siswa. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya lembaga- lembaga pendidikan yang berlomba-lomba menjadi juara pada perlombaan
akademik di tingkat nasional. Bukan hanya itu, sebuah pendidikan dikatakan berkualitas dan menjadi unggulan jika memiliki predikat sekolah bertaraf
internasional. Sebenarnya bukan masalah status sebuah lembaga pendidikan yang bertaraf internasional yang sukses memenuhi tujuan sebuah pendidikan,
melainkan sebuah iktikad baik dan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, cerdas secara lahiriah dan terutama secara batiniah yang pantas disebut
sekolah unggulan. Kecerdasan lahiriah sudah mampu dikembangkan dengan baik, namun kesadaran akan sebuah nilai hidup dari sebuah pelajaran di dalam
sekolah kurang diperhatikan dengan baik teruma oleh seorang pengajar. Metode pembelajaran merupakan sebuah alat pendukung sebuah
pembelajaran untuk membantu pengajar dalam melakukan proses mengajar di kelas. Terdapat banyak alat atau model pembelajaran yang mampu
memberikan jawaban dalam pemenuhan pembelajaran yang menanamkan sebuah nilai kehidupan. Salah satunya adalah model pembelajaran paradigma
pedagogi reflektif atau biasa disingkat dengan PPR. Model pembelajaran PPR
ini menekankan pentingnya proses pembelajaran refleksi yang dituangkan dalam sebuah tindakan nyata melalui kegiatan sehari-hari. PPR mengajak
siswa untuk melihat lebih dalam makna dari sebuah pembelajaran lewat pemahaman emosional yang terwujud dalam aksi yang diharapkan muncul
melalui tindakan siswa sebagai makhluk sosial. PPR merupakan model pembelajaran yang berlandaskan nilai-nilai
kehidupan. Model pembelajaran ini menekankan peningkatan ilmu pengetahuan yang berlandaskan kepedulian terhadap lingkungan hidup
manusia dalam hal penalaran, sikap dan kegiatan siswa sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Siswa diajak untuk memahami tahap pembelajaran
dengan PPR yang saling berurutan, yaitu konteks pengalaman refleksi aksi evaluasi. Paradigma ini mengarahkan siswa menjadi pribadi yang
berkarakter, yang menjunjung tinggi prestasi competence, mempertajam nurani conscience, dan pengalaman hidup sosial yang mumpuni
compassion. Pada pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas, penanaman sebuah
nilai kehidupan yang terangkum pada PPR sangat menunjang proses pendidikan. Pendidikan berpola PPR perlu diterapkan karena banyak siswa
SMA yang terjerumus dalam pemakaian narkoba. Selain itu banyak kejadian anarkis di kalangan pelajar yang merugikan masyarakat seperti keterlibatan
siswa dalam perkumpulan motor yang kebut-kebutan di jalan dan perkelahian antar sekolah yang marak dikabarkan di media massa. Hal ini terjadi karena
siswa SMA merupakan siswa yang mencari jati diri dan mencoba memahami
diri mereka masing-masing. Oleh sebab itu sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai kehidupan dalam proses pembelajaran.
Hal ini senada dengan keadaan yang terjadi di SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, siswa perlu
mengembangkan nilai-nilai kehidupan karena berdasarkan data yang diperoleh pada masa pra penelitian menunjukkan bahwa beberapa siswa tidak bersikap
jujur, seperti mencontek dan tidak mau mengembalikan barang yang ditemukan. Selain itu, siswa perlu diajak untuk belajar bekerja keras karena
beberapa siswa terlihat kurang memaknai nilai kerja keraspantang menyerah. SMA Kolese De Britto menerapkan proses pembelajaran PPR yang
mengajak siswa untuk menggali nilai-nilai kehidupan sembari mempelajari mata pelajaran di dalam kelas. Peneliti ingin melihat aktivitas akademik dalam
proses pembelajaran siswa competence. Selain itu peneliti juga ingin melihat sikap jujur dan kerja keras dalam proses pembelajaran berlangsung
conscience. Nilai lain yang ingin dilihat adalah semangat kerja sama dalam diskusi kelompok yang diterapkan siswa dalam pembelajaran compassion.
B. Identifikasi Masalah