Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu.

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR

ST.LOUIS IX SEDAYU

Robertus Prastya Jati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan

compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen utama dalam penerapan PPR tersebut terdiri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan tes. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata aspek

competence, pada awal siklus I sebesar 35,88 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 73,82. Demikian pula pada siklus II skor rata-rata pada awal siklus sebesar 47,65 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 74,71. Pada aspek

conscience, ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata, yaitu pada dari awal siklus I sebesar 3,31 kemudian terjadi peningkatan pada akhir siklus I menjadi sebesar 3,52 dan terjadi peningkatan kembali pada akhir siklus II menjadi sebesar 3,63. Pada aspek compassion, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor, dari awal siklus I sebesar 4,02 meningkat menjadi 4,04 pada akhir siklus I, dan terjadi peningkatan lagi menjadi sebesar 4,07 pada akhir siklus II.


(2)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM (RPP) IN THE LEARNING OF COMPSUMPTION AND SAVING TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION

OF THE X GRADE STUDENTS AT PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU

Robertus Prastya Jati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu by applying Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in Economic subject, especially for the topic consumptions and saving.

This research is a classroom action research which was conducted in two cycles, each cycles consists of the planning, action, observation, and reflection. The main components of the application of RPP are context, experience, reflection, action, and evaluation. The data collection methods were observation, interview, documentation, questionnaire, and test. The data tabulations were a descriptive analysis and comparative analysis.

The findings of the research indicate that implementation of the Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in economics can increase students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect, which shows in the beginning of the first cycle, the average score is 35,88 and in the end of cycle, the average score increase to become 73,82. In the second cycle the average score of competence aspect increase, in the beginning of the first cycle, it is 47,65 and in the end of the cycles increases 74,71. In the conscience aspect, it shows that the average score increases, in the beginning of the first cycle, the score is 3,31 and in the end of cycle is 3,52 and in the end of second cycle the average score increases 3,63. The result in the compassion aspect show that the average score increases. In the first cycle, the average score is 4,02 and becomes 4,04 in the end of the cycle. The score increases in the end of the second cycle which the average score becomes 4,07.

ix


(3)

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF

DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI

DAN TABUNGAN UNTUK MENINGKATKAN

COMPETENCE,

CONSCIENCE,

DAN

COMPASSION

SISWA KELAS X

SMA PANGUDI LUHUR ST.LOUIS IX

SEDAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

ROBERTUS PRASTYA JATI 08 1334 038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(4)

(5)

(6)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan Berkat dan RahmatNya,

Bapak dan Ibu, yang selalu memeberikan doa dan kasih sayangnya

Kakakku, yang selalu memberikan support,

Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan yang indah selama ini.

iv


(7)

v

MOTTO

JUST DO IT !


(8)

(9)

(10)

ABSTRAK

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN

UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X SMA PANGUDI LUHUR

ST.LOUIS IX SEDAYU

Robertus Prastya Jati Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan competence, conscience, dan

compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada mata pelajaran Ekonomi, khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun komponen utama dalam penerapan PPR tersebut terdiri dari konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, kuesioner, dan tes. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam mata pelajaran Ekonomi dapat meningkatkan competence,

conscience, dan compassion siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata aspek

competence, pada awal siklus I sebesar 35,88 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 73,82. Demikian pula pada siklus II skor rata-rata pada awal siklus sebesar 47,65 dan pada akhir siklus naik menjadi sebesar 74,71. Pada aspek

conscience, ditunjukkan dengan adanya peningkatan skor rata-rata, yaitu pada dari awal siklus I sebesar 3,31 kemudian terjadi peningkatan pada akhir siklus I menjadi sebesar 3,52 dan terjadi peningkatan kembali pada akhir siklus II menjadi sebesar 3,63. Pada aspek compassion, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan skor, dari awal siklus I sebesar 4,02 meningkat menjadi 4,04 pada akhir siklus I, dan terjadi peningkatan lagi menjadi sebesar 4,07 pada akhir siklus II.

viii


(11)

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF REFLEXTIVE PEDAGOGY PARADIGM (RPP) IN THE LEARNING OF COMPSUMPTION AND SAVING TO INCREASE THE COMPETENCE, CONSCIENCE, AND COMPASSION

OF THE X GRADE STUDENTS AT PANGUDI LUHUR ST. LOUIS IX SENIOR HIGH SCHOOL SEDAYU

Robertus Prastya Jati Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to increase the students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu by applying Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in Economic subject, especially for the topic consumptions and saving.

This research is a classroom action research which was conducted in two cycles, each cycles consists of the planning, action, observation, and reflection. The main components of the application of RPP are context, experience, reflection, action, and evaluation. The data collection methods were observation, interview, documentation, questionnaire, and test. The data tabulations were a descriptive analysis and comparative analysis.

The findings of the research indicate that implementation of the Reflextive Pedagogy Paradigm (RPP) in economics can increase students’ competence, conscience, and compassion of the XB grade students of Pangudi Luhur St. Louis IX Senior High School Sedayu. It is proved by the increase of the average score on the competence aspect, which shows in the beginning of the first cycle, the average score is 35,88 and in the end of cycle, the average score increase to become 73,82. In the second cycle the average score of competence aspect increase, in the beginning of the first cycle, it is 47,65 and in the end of the cycles increases 74,71. In the conscience aspect, it shows that the average score increases, in the beginning of the first cycle, the score is 3,31 and in the end of cycle is 3,52 and in the end of second cycle the average score increases 3,63. The result in the compassion aspect show that the average score increases. In the first cycle, the average score is 4,02 and becomes 4,04 in the end of the cycle. The score increases in the end of the second cycle which the average score becomes 4,07.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan untuk Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Akuntansi. Melalui kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., S.I.P., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.


(13)

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah... 3

D.Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

xii


(15)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 6

2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif ... 7

3. Pengertian Competence, Conscience,dan Compassion ... 7

4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR ... 8

B.Fungsi Konsumsi dan Tabungan ... 13

BAB III C.Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi ... 18

D.Penelitian Tindakan Kelas ... 19

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 20

2. Prinsip-prinsip Penelitian Tindakan Kelas ... 20

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 21

B.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 22

D.Prosedur Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 28

F. Metode Pengumpulan Data ... 29

G.Teknik Analisis Data ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A.Deskripsi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 35

B.Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 37


(16)

C.Kurikulum SMA Pangudi Luhur St Louis IX Sedayu ... 39

D.Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 43

BAB V ... 46

... 71

2) Pengalaman ... 75

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 46

1. Pra Penelitian ... a. Observasi Terhadap Guru ... 47

b. Observasi Terhadap Siswa ... 49

c. Observasi Kelas ... 53

2. Siklus Pertama ... 54

a. Perencanaan ... 54

b. Tindakan ... 58

1) Konteks ... 59

2) Pengalaman ... 59

3) Refleksi ... 61

4) Aksi ... 62

5) Evaluasi ... 62

c. Observasi ... 63

d. Refleksi ... 67

3. Siklus Kedua ... 70

a. Perencanaan ... b. Tindakan ... 74

1) Konteks ... 74

xiv


(17)

3) Refleksi ... 76

4) Aksi ... 77

ah 87 BAB VI A. C. DAFT LAMPIRAN 5) Evaluasi ... 77

c. Observasi ... 77

d. Refleksi ... 81

B. Hasil Analisis Komparasi Competence, Conscience, dan Compassion (3C) Siswa, Sebelum dan Sesud Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ... 85

1. Aspek Competence ... 86

2. Aspek Conscience ... 3. Aspek Compassion ... 91

KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Kesimpulan ... 95

B.Keterbatasan Penelitian ... 96

Saran ... 97

AR PUSTAKA ... 98


(18)

DAFTAR TABEL

: Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) ... 32

Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 53 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9 Tabel 5.10 Tabel 5.11 dan Model dengan Pembelajaran Paradigma Pedagogi : Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) ... 32

: Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience)... 33

: Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) .. 33

: Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif ... 35

: Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas ... 37

: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 48

: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 50

: Analisis conscience dan compassion Pra Penelitian ... : Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 63

: Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 66

: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus I ... 67

: Wawancara Siswa pada Siklus Pertama ... 69

: Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran ... 78

: Aktivitas siswa pada siklus kedua ... 80

: Instrumen Refleksi Guru Mitra Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran dengan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 81 : Instrumen Refleksi Siswa Terhadap Perangkat

xvi


(19)

Reflektif (PPR) pada Siklus II ... 83 : Analisis Komparasi Aspek Competence Siswa ... 86 Tabel 5.12

Tabel 5.13 Tabel 5.14 Tabel 5.15 Tabel 5.16

Tabel 5.17

Tabel 5.18

: Skor Rata-rata Sikap ... 87 : Skor Rata-rata Minat ... 88 : Skor Rata-rata Penilaian Hemat ... 89 : Perbandingan Skor Aspek Conscience antara Sebelum

dan Sesudah Penerapan PPR ... 90 : Perbandingan Skor Aspek Compassion antara Sebelum

dan Sesudah Penerapan PPR ... 91 : Perbandingan Skor Aspek Competence, Conscience, serta

Compassion antara Sebelum dan Sesudah Penerapan PPR ... 93


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 99

Lam Lam Lam 121 : Kuesioner Penilaian Minat ... 123

ampiran 10 : Kuesioner Penilaian Sikap... 124

ampiran 11 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 125

ampiran 12 : Lembar Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 126

ampiran 13 : Lembar Observasi Siswa ... 127

ampiran 14 : Lembar Refleksi Siswa ... 128

Lampiran 15 : Lembar Aksi S ... 129

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 106

piran 3 : Handout ... 113

Lampiran 4 : Games Teka-teki Silang ... 116

piran 5 : Lembar Kerja SiswaSiklus I ... 117

Lampiran 6 : Artikel ... 119

piran 7 : Kuesioner Penilaian Hemat ... Lampiran 8 : Kuesioner Penilaian Kerja Sama ... 122

Lampiran 9 L L L L L iswa ... Lampiran 16 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus I ... 130

Lampiran 17 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus I ... 131

Lampiran 18 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus I . 134 Lampiran 19 : Games Peta Konsep ... 135

Lampiran 20 : Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 137

Lampiran 21 : Lembar Observasi Kegiatan Guru ... 139

xviii


(21)

Lampiran 22 : Refleksi Setelah Penerapan PPR ... 140

Lampiran 23 : Soal Pre Test Siklus II ... 141

Lampiran 24 : Soal Post Test Siklus II ... 142

... 145

Lampiran 28 II.. 146

mpiran 2 153 Lampiran 34 ... 154

Lampiran 35 ... 157

Lampiran 37 ... 159

Lampiran 38 ... 165

Lampiran 42 Lampiran 25 : Lembar Refleksi Siswa ... 143

Lampiran 26 : Lembar Aksi Siswa ... 144

Lampiran 27 : Hasil Pre Test dan Post Test Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Siklus La 9 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Siklus II 149

Lampiran 30 : Soal Pre Test Siklus I ... 150

Lampiran 31 : Soal Post Test Siklus I ... 151

Lampiran 32 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Pra Penelitian ... 152

Lampiran 33 : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Pra Penelitian ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus I ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus I ... 156

Lampiran 36 : Catatan Anekdotal Kegiatan Guru Siklus II ... : Catatan Anekdotal Kegiatan Siswa Siklus II ... : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Conscience Pra Penelitian ... 160

Lampiran 39 : Hasil Pengolahan Data Kuesioner Compassion Pra Penelitian ... 163

Lampiran 40 :Surat Ijin Penelitian ... 164

Lampiran 41 : Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... : Perhitungan Rumus Konversi ... 166


(22)

xx

... 167 Lampiran 44

Lampiran 43 : Hasil Refleksi dan Aksi Siswa pada Siklus I ...

: Hasil Refleksi dan Aksi Siswa pada Siklus II ... 170


(23)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses belajar untuk menanamkan, dan mengembangkan siswa dalam mencapai proses pendewasaan diri. Pendidik harus berhadapan dengan siswa yang tumbuh dan berkembang serta memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Selain itu ada pula faktor-faktor lain yang mempengaruhi perkembangan karakteristik para siswa, misalnya perubahan struktur masyarakat, globalisasi, dan perkembangan teknologi-informasi. Di sisi lain fenomena pendidikan saat ini, sekolah terkesan mengejar target kelulusan agar tidak tertinggal dengan sekolah lain (Tim Redaksi Kanisius, 2008:8), sehingga hanya mengembangkan siswa dari segi kognitifnya saja, tidak menyangkut seluruh daya manusia yaitu pikiran, hati, dan kehendak. Dalam proses pendidikan sekarang yang cenderung mengejar target, menghasilkan produk pendidikan yang secara intelektual dan wawasan berkembang namun secara afektif, dan secara psikomotorik belum terbentuk. Para siswa diharapkan tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan yang didapat, tetapi juga harus peka terhadap kebutuhan masyarakat dan mampu menjadi pelaku perubahan sosial yang berguna bagi masyarakat (Tim Redaksi Kanisius, 2008:11)

Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi

1  


(24)

2   

kristiani/kemanusiaan (Tim Redaksi Kanisius, 2008:39). Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) menyatakan bahwa siswa diperlakukan sebagai subjek, hal ini merupakan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia yang utuh. Siswa memiliki hak untuk mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, moral, sosial. Paradigma ini merupakan fondasi dari pendidikan yang menyiapkan siswa untuk berhasil sebagai pribadi yang sukses dalam bidang kognitif, serta di lingkungan sosial dapat saling berinteraksi dan mendukung satu sama lain (makhluk sosial).

Penerapan PPR menjadi salah satu pilihan untuk melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki aspek competence, conscience, dan compassion

sehingga mampu mengaktualisasikan dirinya secara optimal dalam aspek kecerdasan intelektual, spiritual, sosial.

Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran ekonomi kelas X, ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut: masih ada siswa yang mendapat nilai ekonomi di bawah KKM, hal ini berkaitan dengan aspek

competence yang dimaknai sebagai kemampuan akademik. Dalam pembelajaran juga dilihat aspek conscience dan compassion siswa,

misalnya dalam kelas dijumpai ada beberapa siswa yang kurang jujur, kurang tanggung jawab, serta tidak bisa bekerja sama dengan baik atau kurang peduli dengan anggota yang lain dalam kelompok saat diskusi.

Berdasarkan masalah di atas, peneliti tertarik untuk menerapkan proses pembelajaran PPR yang mengajak siswa belajar sekaligus menggali


(25)

nilai kehidupan, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada Pembelajaran Materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan untuk Meningkatkan

Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas X SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”. 

B. Batasan Masalah

Penelitian tindakan dengan menerapkan PPR untuk meningkatkan

competence, compassion, dan conscience siswa ini dibatasi hanya pada materi Fungsi Konsumsi dan Tabungan. Materi tersebut termasuk dalam standar kompetensi “memahami konsumsi dan investasi”, dan kompetensi dasar “mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan”.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

2. Bagaimana meningkatkan coscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?


(26)

4   

3. Bagaimana meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?

4. Apakah penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan dapat meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan competence siswa kelas X IPS SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan? 2. Untuk meningkatkan conscience siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan? 3. Untuk meningkatkan compassion siswa kelas X IPS SMA Pangudi

Luhur St. Louis IX Sedayu melalui penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif dalam pembelajaran materi Konsumsi dan Tabungan?


(27)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Siswa dapat mengembangkan aspek competence, compassion, dan

conscience sehingga dapat memahami materi ekonomi dengan baik dan mengembangkan nilai kerja sama dan tanggung jawab bagi teman dan lingkungan di sekitar mereka.

2. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi, masukan, bahan pertimbangan dan alternatif dalam pemilihan model pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan dampak pada peningkatan mutu pembelajaran di sekolah serta dapat menjadi inspirasi bagi sekolah untuk menerapkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan pribadi siswa secara utuh.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman yang berguna, dan berharga serta dapat menjadi bekal bagi peneliti untuk terjun ke dunia pendidikan dan memperoleh wawasan dalam menganalisa suatu masalah kemudian mengambil suatu tindakan yang tepat.


(28)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR)

1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

Dari makna etimologisnya, kata pedagogi (paideia - Yunani)

mengandung makna metodologi atau cara mendampingi dan membantu pembelajar tumbuh dan berkembang dengan didasarkan pada pandangan hidup dan visi tentang pribadi manusia ideal. Dengan kata lain, pedagogi selalu mengandung cita-cita yang dituju sekaligus kriteria untuk memilih sarana yang digunakan dalam proses pendidikan(Supratiknya, 2007).

PPR merupakan pola pikir pendidikan yang bertolak dari keprihatinan akan masalah kemanusiaan yang mengintegrasikan aspek akademik dengan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dalam satu proses pembelajaran yang sama. Menurut Subagya (2010:22), Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pola pikir (paradigma=pola pikir) dalam menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kemanusiaan (pedagogi relektif = pendidikan kemanusiaan). Mekanisme dalam pembelajaran PPR adalah mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan dengan mekanisme pemberian pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi.

6  


(29)

2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Tujuan pendidikan berpola PPR adalah membina laki-laki dan perempuan agar menjadi pribadi yang utuh dan bermakna bagi sesama manusia (forming man and women for others). Paradigma Pedagogi Reflektif menggerakkan seorang pribadi “agar lebih memuliakan Allah”, dan “lebih membantu sesama” (Tim Kanisius,2010). Melalui PPR para siswa diharapkan memiliki kemampuan, tanggung jawab dan perhatian terhadap sesama untuk menjadi manusiawi. Pendidikan berpola PPR dipandang sebagai usaha menemukan dan meneliti pola-pola, hubungan-hubungan, fakta, pertanyaan-pertanyaan, pengertian-pengertian, kesimpulan-kesimpulan, masalah-masalah, pemecahan-pemecahan, dan implikasi-implikasi.

3. Pengertian Competence, Conscience, dan Compassion a. Competence

Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang memadukan unsur-unsur pengetahuan keterampilan, dan sikap. Unsur-unsur dasar competence: pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

b. Conscience

Conscience dimaknai sebagai kemampuan memahami alternatif dan menentukan pilihan (baik-buruk, benar-salah).


(30)

8  

c. Compassion dimaknai sebagai kemauan untuk berbela rasa pada sesama dan lingkungan (Man and women for and with others). Unsur-unsur compassion adalah : peduli, peka, rela, dan tanggap.

4. Tahap-tahap Pembelajaran dengan PPR

Secara praktis, penerapan model pendidikan dengan pola Paradigma Pedagogi Reflektif sama dengan Pedagogi Ignasian biasanya dirumuskan dalam sebuah sistem yang memiliki unsur-unsur pokok: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Dengan demikian, Paradigma Pedagogi Reflektif menekankan langkah-langkah beruntun yang terdiri dari: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, evaluasi, dan (kembali ke) konteks.

a. Konteks

Secara singkat konteks dapat diartikan sebagai proses penggalian pengalaman atau pengetahuan pada siswa untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami bahan ajar yang akan dipelajari. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mendukung kegiatan konteks. Salah satunya adalah tanya jawab dengan siswa. Melalui metode tanya jawab, siswa diajak untuk melihat kembali pengalaman belajar yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Selain itu konteks juga dapat mengajak siswa untuk mengetahui realita yang ada dalam kehidupan bermasyarakat (Modul Tim PPR, 2010).


(31)

Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pengalaman utuhnya selama belajar, bagi hidupnya sendiri dan orang lain. Menjadi tugas guru untuk memahami dan memilihkan pengalaman yang mengena dan selaras dengan pengalaman hidup siswa sebelumnya.

Dalam pola pikir PPR, pembelajaran harus diletakkan dalam konteks yang tepat. Konteks berarti keseluruhan iklim yang mempengaruhi siswa dalam belajar. Konteks harus diperhatikan mengingat pedagogi reflektif selalu bertitik tolak dari pengalaman manusiawi. Sebagai pembimbing, guru perlu berusaha memahami dan mengenal baik konteks latar belakang siswa dan pengembangan pendidikan nilai yang diperlukan bagi siswanya. Konteks yang perlu diperhatikan (Subagya, 2005), sebagai berikut: 1) Bahan pengajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa (juga

dengan minat dan bakat siswa)

2) Kurikulum/ silabus seharusnya merupakan suatu kebulatan, supaya pemahaman siswa menjadi utuh.

3) Nilai kemanusiaan yang diperjuangkan perlu juga disesuaikan dengan konteks siswa, misalnya apakah sesuai dengan taraf perkembangan pribadi, sesuai dengan agama, etnis, visi/misi sekolah.


(32)

10  

b. Pengalaman

Berdasarkan konteks yang telah dikenali pada tahap sebelumnya, guru menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa mengingat pengalamannya yang berkaitan dengan bidang ilmu yang dibahas. Siswa didorong untuk menyaring fakta, menimbang perasaannya, dan memilah nilai-nilai. Dengan demikian, siswa siap menyerap pengetahuan baru untuk menjalani pengalaman lebih lanjut. Pada tahap ini siswa diajak mencari pemahaman baru dengan melakukan perbandingan, kontras, evaluasi, analisis, dan sintesis atas semua kegiatan mental serta psikomotorik untuk memahami realitas secara lebih baik. Pengalaman yang diperoleh dari membaca dan mendengarkan (pengalaman tidak langsung) atau melalui pengembangan nilai kemanusiaan paling efektif dilakukan melalui pengalaman, yaitu siswa mengalami sendiri nilai yang diperjuangkan itu (Subagya, 2005a). Untuk mengembangkan nilai persaudaraan, siswa perlu mengalami rasa persaudaraan antar teman dan dengan guru dalam kegiatan belajar mengajar, misalnya membimbing teman sebaya dalam kegiatan belajar kelompok mengembangkan sikap solidaritas dengan korban bencana alam.

c. Refleksi

Refleksi adalah kegiatan siswa meninjau kembali pengalaman yang lalu. Refleksi menjadi penghubung antara


(33)

pengalaman dan tindakan. Refleksi juga merupakan proses perubahan pribadi yang mampu mempengaruhi perubahan lingkungan. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari. Melalui refleksi, pengalaman mahasiswa diharapkan menjadi bermakna sehingga mampu mendorong untuk melakukan aksi atau tindakan.

Menurut Subagya (2005a), refleksi merupakan tahapan dimana siswa menjadi sadar sendiri mengenai kebaikan, keenakan, manfaat dan makna nilai yang diperjuangkan. Tujuannya adalah agar nilai yang diperjuangkan menjadi menarik bagi siswa dan kemudian mereka terpikat untuk memiliki atau menghayati nilai yang diperjuangkan sampai pada keinginan untuk bertindak. Untuk membantu siswa menyadari nilai kemanusiaan yang terkandung di dalam pengalaman, guru memfasilitasi dengan berbagai cara, antara lain dengan mengajukan pertanyaan terbuka/divergen (Subagya, 2005a), memberi tugas kepada siswa untuk mengkomunikasikan pendapat, perasaan mereka dalam bentuk lisan, tulisan, gambar atau mengajak siswa berdiskusi.


(34)

12  

d. Aksi.

Dalam pola pikir PPR, perkembangan dalam nilai kemanusiaan tidak boleh hanya berhenti sampai kesadaran, tetapi harus berlanjut sampai pada bersikap dan berbuat dari kemauannya sendiri (Subagya, 2005). Pengolahan pengalaman melalui refleksi membentuk sikap dan nilai. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan dan bertindak dengan semangat magis (the power to do more, unggul). Dalam proses pembelajaran, yang dimaksud dengan tindakan adalah memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan pengetahuannya dalam praktik kehidupan nyata. Dengan demikian pembelajaran di sini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin atau niat untuk berbuat sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya. Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan mandul, melainkan terarah ke kehidupan konkrit (P3MP USD 2010:37).

Sikap dan niat adalah aksi batin, sedangkan perbuatan adalah aksi lahir. Tanpa perbuatan dan hanya membentuk sikap serta niat saja, maka perkembangan yang terjadi menjadi tidak berarti (P. Wiryono, 2008:28). Agar siswa berkembang dengan sikap dan perbuatan, ia perlu dibantu dengan pertanyaan-pertanyaan agar ia berniat untuk berbuat sesuai dengan nilai


(35)

kemanusiaan yang diperjuangkan. Aksi yang dilakukan bisa memperlihatkan ada atau tidaknya perbuatan cara pandang seseorang akan suatu kenyataan berdasar pilihan nilai yang mendasarinya (Tim Redaksi Kanisius, 2008:44).

e. Evaluasi

Menurut Subagya (2005), evaluasi adalah suatu tinjauan untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dalam proses pembelajaran, baik oleh siswa maupun oleh guru. Evaluasi yang diharapkan bagi para siswa yaitu dapat memperhatikan pertumbuhan pribadi siswa secara menyeluruh, yang mencakup pemahaman, sikap prioritas-prioritas, dan kegiatan yang selaras dengan “menjadi manusia demi orang lain”, sedang bagi guru, dapat mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan pola pikir, sikap, dan tindakan sosial.

B. Fungsi Konsumsi dan Tabungan 1. Pengertian Konsumsi

Konsumsi merupakan tindakan manusia untuk menghabiskan atau mengurangi kegunaan suatu benda. Konsumsi dalam cakupan makro ekonomi adalah konsumsi nasional yang mempunyai fungsi menghubungkan antara laju pengeluaran dengan pendapatan nasional.


(36)

14  

Namun harus diakui, bahwa tambahan laju pengeluaran konsumsi tidak berarti tambahan pendapatan. Sebab, tidak semua pendapatan digunakan untuk konsumsi. Sebagian lagi digunakan untuk tujuan investasi.

Pengeluaran konsumsi meliputi semua pengeluaran rumah-rumah tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga- lembaga swasta bukan perusahaan untuk membeli barang dan jasa-jasa yang yang langsung dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Pembelian barang-barang tahan lama yang baru, seperti mobil, televisi, dan sebagainya selain bangunan rumah, tergolong sebagai variabel ekonomi pengeluaran konsumsi. Pembelian atas barang-barang yang telah dimiliki oleh konsumen tidak dianggap sebagai pengeluaran konsumsi, sebab pengeluaran konsumen yang satu, yaitu konsumen pembeli, diimbangi oleh penerimaan konsumen penjual, sehingga netto nya sebesar nol. Bangunan rumah tinggal pada umumnya dikategorikan sebagian pengeluaran investasi (Yuli, 2009:149).

2. Fungsi Konsumsi

Konsumsi pemerintah dibedakan menjadi dua macam pengeluaran konsumsi, yaitu pengeluaran konsumsi rumah tangga yang dalam

ekonomi pada umumnya diberi simbol C sebagai singkatan dari

consumption expenditure, dan pengeluaran konsumsi pemerintah yang diberi simbol G yang berarti government expenditure. Dalam bentuk


(37)

yang umum, fungsi konsumsi yang berbentuk garis lurus mempunyai persamaan:

C = a + bY

Dalam ekonomi makro a menunjukkan besarnya konsumsi

pada pendapatan nasional sebesar nol, sedangkan b menunjukkan

besarnya MPC (Marginal Properity to Consumme) yaitu angka

perbandingan besarnya konsumsi dengan besarnya perubahan pendapatan nasional yang mengakibatkan adanya perubahan konsumsi.

Jika diubah dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut.

MPC = Δ ∆

Angka MPC lebih kecil daripada satu, menunjukkan bahwa

tambahan pendapatan diterima seseorang tidak seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi, melainkan sebagian dari tambahan pendapatan yang mereka peroleh mereka sisihkan sebagai saving (S).

Angka MPC lebih besar daripada setengah menunjukkan bahwa

penggunaan tambahan pendapatan sebagian besar digunakan untuk menambah besarnya konsumsi, sedangkan sisanya, yaitu yang jumlahnya lebih kecil, akan merupakan tambahan untuk saving (S). Besar kecilnya Konsumsi (C) dipengaruhi oleh:


(38)

16  

a. Faktor internal, yaitu:

1) komposisi rumah tangga (jumlah dan usia) 2) selera,

3) kebiasaan, dan

4) besarnya pendapatan.

b. Faktor eksternal, yaitu: 1) lingkungan tempat tinggal, 2) kebijakan pemerintah, 3) harga barang,

4) budaya masyarakat, dan

5) perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Tabungan

Tabungan ialah sisa dari pendapatan yang telah digunakan untuk pengeluaran pengeluaran konsumsi. Atau dengan kata lain saving ialah bagian daripada pendapatan yang tidak dikonsumsi. Dalam lingkup ekonomi makro, saving dapat didefinisikan sebagai bagian daripada pendapatan nasional per tahun yang tidak dikonsumsi.

4. Fungsi Tabungan

Saving apabila dituliskan dalam bentuk persamaan fungsional diperoleh:

S = Y - C


(39)

jika persamaan di atas dihubungkan dengan persamaan fungsi konsumsi maka kita akan menemukan persamaan umum dari fungsi saving, yaitu:

S = Y - C

C = a + bY Maka

S = Y - (a + bY) = Y - a - bY = (1 - b) Y – a

Keterangan:

a = konsumsi rumah tangga pada saat pendapatan nasional 0 c = tingkat konsumsi

b = kecondongan konsumsi marginal Y = pendapatan nasional

Dalam fungsi saving juga mengenal Marginal Propensity to Save (MPS), yaitu perbandingan antara bertambahnya saving dengan bertambahnya pendapatan nasional yang mengakibatkan bertambahnya saving termaksud.Faktor yang memengaruhi Tabungan (S), yaitu: a. Pendapatan yang diterima

Semakin banyak pendapatan yag diterima berarti semakin banyak pula pendapatan yang disisihkan untuk saving.


(40)

18  

Hal ini didorong dengan keinginan masing-masing individu dalam mengalokasikan pendapatannya untuk ditabung karena pertimbangan keamanan.

c. Tingkat suku bunga bank

Semakin tinggi tingkat suku bunga simpanan maka semakin banyak masyarakat untuk menabung (saving).

C. Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Competence, conscience, dan compassion tampak jelas bahwa ketiganya dianggap sebagai sebuah keterpaduan, hal tersebut serupa dengan keterpaduan ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif (KPA) seperti yang dikemukakan oleh para ahli seperti Bloom, Andersen, dan Popham. Akan tetapi, apabila masing-masing dari ketiganya dicermati secara parsial, akan tampak perbedaan pada penekanan-penekanan meskipun tetap beririsan satu dengan yang lain. Competence sangat kental bermuatan ranah kognitif dan psikomotorik. Namun demikian, di sana termuat juga sebagian afektif meskipun terbatas dalam kaitannya dengan keilmuan (akademik), misalnya sikap atau minat. Conscience dan compassion sangat jelas bermuatan ranah afektif. Dengan jelas, pemahaman nilai-nilai (kejujuran, integritas, keadilan, kebebasan) dan moral masuk dalam ranah conscience.

Penerapan PPR dalam pembelajaran ekonomi khususnya pada materi

fungsi konsumsi dan tabungan dalam hal mengembangkan conscience dan

compassion dilakukan dengan menyajikan contoh dalam kehidupan di


(41)

Indonesia yaitu konsumsi pada bulan Desember lebih tinggi dibanding bulan lainnya terutama dipicu oleh meningkatnya permintaan barang karena kepanikan masyarakat bertepatan dengan perayaan hari-hari besar seperti menyambut natal dan tahun baru. Dari kasus konsumsi tersebut nilai -nilai yang dapat dikembangkan melalui materi tersebut adalah mampu menemukan pilihan membuat skala prioritas, mengesampingkan ego dan gensi, tidak menjadi konsumerisme atau memiliki sikap hemat. Nilai lain yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah nilai bekerja sama yang dikembangkan melalui kegiatan diskusi kelompok.

D. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Dalam literatur berbahasa Inggris, penelitian tindakan kelas (PTK) disebut classroom action research. PTK dibentuk dari tiga kata, yang memiliki pengertian sebagai berikut (Kunandar, 2009:45):

a. Penelitian adalah suatu aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

b. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu masalah dalam proses belajar mengajar

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Dari ketiga kegiatan di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap proses belajar mengajar berupa suatu tindakan berbentuk siklus kegiatan yang sengaja dilakukan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Menurut Wijaya (2009:9)


(42)

20  

PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipasif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Prinsip –Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hopkins (1993:57-61) sebagaimana tersaji dalam buku yang berjudul Pedoman Penelitian Tindakan Kelas (Depdiknas, 2007:11), ada enam prinsip dasar yang melandasi PTK, yaitu:

a. Guru menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Jika dalam menerapkan tindakan/kegiatan pembelajaran kurang berhasil, maka guru dan dosen harus tetap berusaha memilih alternatif yang lain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Prinsip ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis terjadinya peningkatan, perbaikan, atau “kesembuhan” sistem proses, hasil dan sebagainya. b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak

menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan dalam penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil belajar (evaluation), dan refleksi dari proses pembelajaran (reflection).

c. Kegiatan meneliti harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data yang sesuai dengan masalah dan penyebabnya.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merupakan tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap perolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnostik masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam pembelajaran yang sesungguhnya. e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan

meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam.


(43)

f. Cakupan permasalahan penelitian tindakan harus dibatasi pada pembelajaran ruang kelas, tetapi juga melakukan pembelajaran di luar kelas.


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat mandiri. Penelitian ini merupakan satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam penelitian ini, PTK dilakukan pada mata pelajaran Ekonomi khususnya pada materi fungsi konsumsi dan tabungan di kelas X SMA Pangudi Luhur Saint Louis IX dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas XB, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang berlokasi di Jl. Wates Km 12 Sedayu Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012.

22  


(45)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan competence, conscience, dan

compassion pada diri siswa melalui penerapan PPR pada mata pelajaran

Ekonomi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus pertama dan siklus dua.

1. Pra Penelitian

a. Observasi terhadap guru

Instrumen observasi yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran. Instrumen ini digunakan untuk membandingkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan langkah-langkah yang digunakan dalam penerapan PPR. Instrumen digunakan pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Observasi terhadap siswa

Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi terhadap siswa meliputi


(46)

24  

kesiapan siswa, sikap siswa, aktivitas serta partisipasi dalam kelas. Pada kegiatan pra penelitian ini, peneliti juga akan membagi kuesioner. Kuesioner dimaksudkan untuk mengetahui conscience dan

compassion sebelum penerapan PPR.

c. Observasi terhadap kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas meliputi tata letak, lingkungan fisik, dan kondisi pembelajaran.

2. Siklus pertama a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran untuk materi fungsi konsumsi. Langkah-langkah persiapan dan perencanaan sebagai berikut:

1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP disusun sebagai gambaran pelaksanaan pembelajaran. RPP ini disusun dengan mengacu pola PPR yaitu perumusan indikator serta mencakup aspek competence, conscience, dan

compassion. Selain itu kegiatan pembelajaran mencakup tahap

konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. 2) Materi

Pada siklus pertama ini materi hanya mencakup fungsi konsumsi saja. Dengan standar kompetensi : memahami konsumsi dan


(47)

investasi, adapun kompetensi dasarnya : mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan.

3) Handout

Handout yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru mitra digunakan

dalam proses pembelajaran guna mempermudah siswa dalam memahami materi ajar, sehingga dapat membantu siswa pada saat mengerjakan teka-teki silang dengan materi konsumsi. Materi yang tersaji dalam handout adalah pengertian konsumsi, fungsi

konsumsi, konsumsi sebagai fungsi dari disposable income,

average propensity to consume, marginal propensity to consume,

fungsi konsumsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi. 4) Media Pembelajaran

Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan dalam siklus pertama. Berikut adalah uraian media pembelajaran yang digunakan:

a) Teka-teki silang

teki silang berisikan soal tentang fungsi konsumsi. Teka-teki silang dibuat untuk memodifikasi kotak dari word square

agar lebih menarik dan mempermudah siswa dalam mengerjakannya.


(48)

26  

b) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS ini berisi soal-soal yang akan dikerjakan siswa dalam kelompok.

c) Video

Dalam penelitian penerapan paradigma pedagogi refektif ini menggunakan dua video yang berisi tentang aksi stop belanja sebagai bentuk keprihatinan atas budaya konsumtif setiap menjelang lebaran, serta video yang berisi tentang seorang pemuda yang mendapatkan undian berhadiah namun karena pemuda itu berfoya-foya dan tidak mampu mengelola keuangan sehingga mengakibatkan jatuh miskin. Video digunakan untuk mengembangkan conscience para siswa.

d) Artikel

Artikel dengan judul “ tips agar lebih hemat di tahun 2012“ berisi tentang tips agar berhemat ini digunakan untuk mengembangkan conscience siswa.

e) Media pembelajaran lainnya

Media pembelajaran lainnya meliputi laptop, viewer, dan

speaker.

5) Peneliti bersama guru mitra membagi para siswa ke dalam kelompok secara acak.


(49)

6) Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data yang meliputi: a) Kuesioner untuk mengukur sikap, minat, dan nilai hemat

(conscience) serta kerja sama (compassion).

b) Instrumen observasi terhadap kegiatan guru dalam melaksanakan paradigma pedagogi reflektif.

c) Instrumen observasi, lembar refleksi, dan aksi siswa digunakan untuk merefeleksikan pengalaman serta mengungkapkan aksi para siswa yang diperoleh selama penerapan paradigma pedagogi reflektif.

d) Paduan wawancara terhadap siswa mengenai penerapan PPR setelah siklus pertama dilaksanakan.

b. Tindakan

Sebelum masuk tindakan siswa akan diberikan soal pre test untuk

mengetahui aspek competence siswa sebelum penerapan PPR.

Tindakan dalam penerapan paradigma pedagogi reflektif meliputi: 1) Konteks

Pengenalan siswa terhadap konteks membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman melalui pembelajaran agar siswa dapat menarik makna dari pengalaman utuhnya selama belajar


(50)

28  

2) Pengalaman

Pada tahap ini siswa diajak mencari pemahaman baru dengan memperoleh pengalaman dari membaca, melihat dan mendengarkan (pengalaman tidak langsung). Siswa diharapkan dapat menemukan makna dari pengalaman yang mereka dapatkan. 3) Refleksi

Pada tahap ini siswa diharapkan dengan menggunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang dipelajari.

4) Aksi

Pengolahan pengalaman melalui refleksi membentuk sikap dan nilai. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi tersebut dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan dan bertindak

5) Evaluasi

Tahap mengetahui sejauh mana proses belajar yang disampaikan membantu para siswa untuk memahami dan menilai pengalaman mereka, pembentukan nilai-nilai, dan menjadi pelaku perubahan pola pikir, sikap, dan tindakan sosial. Pada tahap ini akan di berikan soal post test.


(51)

3. Siklus kedua

Tahap-tahap yang dilakukan pada siklus kedua ini pada dasarnya sama dengan siklus pertama. Perbedaannya terletak pada materi dan beberapa media belajar yang digunakan.

E. Instrumen Penelitian

Ada beberapa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Instrumen pra penelitian

Instrumen yang digunakan pada saat pra penelitian adalah: a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran c. Lembar observasi kelas

d. Kuesioner 2. Instrumen tindakan

a. Lembar observasi kegiatan guru dalam proses pembelajaran. b. Lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. c. Kuesioner.

d. Lembar refleksi. e. Lembar aksi. f. Soal pre test.


(52)

30  

3. Instrumen refleksi

a. Instrumen refleksi kesan guru mitra terhadap perangkat dan model pembelajaran PPR.

b. Instrumen refleksi kesan siswa terhadap penerapan pembelajaran menggunakan pola PPR.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi dilakukan peneliti untuk melihat aktivitas guru serta siswa pada saat pembelajaran di kelas. Observasi dalam penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu pra penelitian, siklus I dan siklus II. Dalam setiap siklus terdapat dua aktivitas yang diamati, yaitu observasi aktivitas guru, dan observasi aktivitas siswa.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan menggunakan catatan atau dokumen yang sudah ada. Melalui cara ini dimaksudkan peneliti memperoleh data belajar siswa dan data tentang keadaan sekolah misalnya jumlah siswa, dan fasilitas yang dimiliki sekolah guna menunjang penelitian.


(53)

3. Tes

Metode tes digunakan untuk mengukur competence siswa. Tes ini

disusun dalam bentuk soal pilihan ganda sesuai dengan indikator materi, yang diberikan pada awal dan akhir siklus.

4. Kuesioner

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan item-item pertanyaan mengenai sesuatu masalah yang akan diteliti. Kuesioner digunakan untuk mengukur conscience dan compassion siswa. Kuesioner diberikan pada pra

penelitian, akhir siklus I, dan akhir siklus II.

Kuesioner yang digunakan secara keseluruhan berjumlah 40 buah pernyataan untuk mengukur aspek conscience yang meliputi penilaian sikap,

minat, dan nilai hemat. Kuesioner juga digunakan untuk mengukur aspek

compassion yang meliputi penilaian nilai kerja sama. Kuesioner disusun

berdasarkan skala Likert dengan lima alternatif jawaban yang diberi tanda (9) pada lembar yang telah disediakan yaitu sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Bobot yang diberikan untuk alternatif jawaban adalah sangat setuju (SS) diberi skor 5, setuju (S) diberi skor 4, ragu-ragu (R) diberi skor 3, tidak setuju (TS) diberi skor 2, dan sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1.


(54)

32  

a) Instrumen untuk Penilaian Sikap

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Sikap (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Sikap Pernyataan

Positif Negatif 1.Ada rasa senang dalam

pembelajaran

2.Tanggap terhadap situasi pembelajaran

3.Berpartisipasi aktif dalam pembelajaran 1,5,7,8,9 3,4,5 2,10 11 14

b) Instrumen untuk Penilaian Minat

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel Minat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Minat Pernyataan

Positif Negatif 1. Kesadaran dalam belajar

2. Keinginan untuk mencapai tujuan

3. Dorongan dan kebutuhan dalam belajar

4. Kedisiplinan dalam belajar

5. Ketertarikan terhadap pelajaran

3,6 1,10

8,9 5

2,4 7


(55)

c) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai hemat/conscience)

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Nilai Hemat (Conscience) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Moral (Nilai Hemat)

Pernyataan

Positif Negatif 1. Kesadaran untuk berhemat

2. Bertindak untuk berhemat 3. Manfaat bersikap hemat

1,5,9,10 2,3

6

4 7,8

d) Instrumen untuk Penilaian Moral (nilai kerjasama/compassion)

Tabel 3.4

Operasionalisasi Variabel Nilai Kerja Sama (Compassion) Pada Penerapan PPR dalam Pembelajaran Ekonomi

Indikator Penilaian Moral (Nilai Kerjasama)

Pernyataan

Positif Negatif 1. Kepedulian terhadap teman

2. Berpartisipasi aktif dalam diskusi 3. Manfaat dalam kerjasama

4. Memiliki sikap kerjasama

2,10 1 7 2,8,9 6 5. Wawancara

Wawancara merupakan suatu metode untuk mengungkapkan data responden yang bersifat historis yang diperoleh dari hasil mengajukan pertanyaan langsung secara lisan. Metode wawancara digunakan peneliti dengan melontarkan pertanyaan secara lisan kepada guru serta siswa guna mendapatkan informasi yang lebih luas dan mendalam mengenai

competence, conscience dan compassion sebelum penerapan PPR dan


(56)

34  

G. Teknik Analisis Data

Analisi data dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui peningkatan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA

Pangudi Luhur Saint Louis IX setelah proses pembelajaran dengan menerapkan PPR.

1. Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari penerapan PPR (Paradigma Pedagogi Reflektif) sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel. Analisis data dilakukan dengan cara:

a. Pengumpulan data b. Pemberian skor

c. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan skala lima menggunakan acuan konversi pada pendekatan PAP (Penilaian Acuan Patokan) (Sukardjo, 2005:53).

Berdasarkan perhitungan rumus konversi (lampiran 42) maka data kuantitatif dijadikan data kualitatif dengan skala lima. Kriteria konversi data dapat dilhat pada tabel berikut:


(57)

Tabel 3.4

Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif

Interval Skor Kriteria

X > 4,21 Sangat baik 3,40 < X ≤ 4,21 Baik 2, 60 < X ≤ 3,40 Cukup baik

1,79 < X ≤ 2,60 Kurang baik X ≤ 1,79 Sangat kurang baik

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan aspek

competence, conscience, dan compassion siswa dari waktu ke waktu

khususnya pada masa pra penelitian, siklus pertama, dan siklus kedua. Dari berbagai tahapan tersebut kemudian dibandingkan bagaimana perubahan

competence, conscience, dan compassion. Untuk mengukur peningkatan

competence, conscience, dan compassion siswa dalam penelitian tindakan

ini menggunakan pre test, post test, kuesioner didukung dengan lembar


(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Deskripsi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu merupakan SMA alih fungsi dari SPG Pangudi Luhur Sedayu sejak tahun 1989 bersama dengan SPG yang lain, sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 031/113/H/Kpts/1989 tanggal 25 Februari 1989. Oleh karena itu visi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu adalah sama dengan visi SPG Pangudi Luhur tetapi dengan penyesuaian dan beberapa perubahan, karena SMA tidak seperti SPG. Visi yang melandasi berdirinya sekolah adalah ingin mengentaskan kemiskinan masyarakat sekitar yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di kota Yogyakarta karena keadaan ekonomi yang kurang.

Melihat kenyataan bahwa banyak lulusan SMP yang tidak dapat melanjutkan sekolah, maka pada tahun 1967 Pastor Paroki Sedayu mendirikan SPG Santo Paulus yang mulai tahun 1968 dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur bersama SLTP Pangudi Luhur Sedayu dan SLTP Pangudi Luhur Moyudan. Sejak berdirinya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu merupakan salah satu SMA yang masih dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Terbukti bahwa sampai saat ini minat siswa masuk ke SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu masih tinggi.

Pada pembukaan tahun ajaran baru 2010-2011, SMA Pangudi Luhur Sedayu memutuskan untuk menjadikan St Louis IX sebagai Santo Pelindung

36  


(59)

SMA Pangudi Luhur Sedayu. Oleh karena itu pada tangal 25 Agustus 2010, SMA Pangudi Luhur Sedayu melakukan launching nama baru bagi sekolahnya dengan menambahkan ST. Louis IX. Sejak saat itu, nama SMA Pangudi Luhur Sedayu dikenal dengan nama SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Pendidikan yang dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX juga berdasarkan teladan kerendahan hati dan kerja keras St. Louis IX. Pada Kamis, 25 Agustus 2011, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu mengadakan Perayaan Ekaristi dan pentas seni dalam rangka merayakan Ulang Tahun kedua atas pemilihan nama St. Louis IX sebagai Santo Pelindung SMA Pangudi Luhur Sedayu.

Daftar Kepala Sekolah yang pernah bertugas di SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu :

Tabel 4.1

Daftar Kepala Sekolah yang Pernah Bertugas

No Nama Periode Tugas

1. 2. 3. 4.

Mukardi, B.A. Drs. Ag. Sadjad

Drs. Markoes Padmonegoro Br. Agustinus Mujiya, S.Pd., FIC.

1989 – 1999 1999 – 2003 2003 – 2010 2010 – sekarang

B. Tujuan, Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu

1. Tujuan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:

   


(60)

38  

a. Meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan siswa agar mampu melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.

b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan interakasi sosial, budaya dan alam sekitarnya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Peraturan Menteri No.22 tahun 2006). Dalam pelaksanaannya SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu memperkaya dan menambah dengan:

1) Pendidikan nilai

Pendidikan nilai sangat penting ditanamkan kepada siswa agar para siswa dapat berkembang secara harmonis antara jasmani, rohani dan sosialnya. Spiritualitas hidup, nilai moral, nilai persatuan, persaudaraan dan humaniora merupakan nilai pembentuk pribadi manusia yang amat besar artinya. Kurangnya pemahaman suatu nilai bagi suatu generasi akan menimbulkan kesulitan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2) Pembentukan pribadi

Pribadi yang tangguh merupakan bekal hidup dalam alam yang serba majemuk seperti sekarang ini. Melalui perenungan, kedisiplinan dalam latihan-latihan memperhatikan lingkungan sosial diharapkan dapat melahirkan pribadi yang kuat dalam menghadapi berbagai gejolak sosial.

   


(61)

3) Pendidikan keterampilan

Untuk menghadapi hal-hal yang praktis dalam kehidupan ini, diperlukan ketrampilan yang dibutuhkan masyarakat dewasa ini.

2. Visi dan Misi SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu a. Visi

Terbentuknya lulusan yang cerdas, berbudi pekerti luhur dan memiliki ketrampilan dengan semangat melayani yang miskin dan berkekurangan. Indikator pencapaian misi sekolah berupa lulusan yang dihasilkan mempunyai daya saing yang tinggi baik dalam melanjutkan ke pendidikan tinggi maupun terserap ke dunia kerja dengan bekal santun yang tampak dari sikap dan perilaku teladan. b. Misi

Misi merupakan penjabaran dari visi seperti pada butir-butir berikut:

1) Melakukan pembelajaran yang efektif, berkualitas dan profesional 2) Mengembangkan keterampilan komputer, akuntansi dan Bahasa

Inggris

3) Menciptakan suasana kondusif untuk menciptakan peserta didik yang berbudi pekerti luhur

4) Menyelenggarakan pelayanan prima, transparan dan akuntabel dengan semangat melayani yang miskin dan berkekurangan

5) Mengembangkan sekolah sebagai pusat budaya

   


(62)

40  

Dasar visi dan misi tersebut di atas memberi kesempatan kepada usaha untuk peningkatan mutu sekolah. Dasar tersebut merupakan acuan yang jelas dan tegas karena keluwesannya, maka tidak menutup kemungkinan atas usaha-usaha perbaikan pelaksanaan pendidikan.

C. Kurikulum Satuan Pendidikan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas : standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar

   


(63)

Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Untuk memenuhi amanat Undang-Undang tersebut di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah pada khususnya, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku kepentingan di lingkungan sekitar sekolah. Dalam dokumen ini dipaparkan tentang Kurikulum SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu, yang secara keseluruhan mencakup :

1. Struktur dan muatan kurikulum. 2. Beban belajar peserta didik. 3. Kalender pendidikan. 4. Silabus.

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Landasan kurikulum satuan pendidikan yang dipakai berdasarkan: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

   


(64)

42  

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan.

3. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007, tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

4. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan.

5. Permendiknas RI Nomor 22 Tahun 2006, tentang Standar Isi.

6. Permendiknas RI Nomor 23 Tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan.

7. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2006, tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 dan Permendinas RI Nomor 23 Tahun 2006.

8. Permendiknas RI Nomor 6 Tahun 2007, tentang Perubahan Permendinas RI Nomor 24 Tahun 2006.

9. Permendiknas RI Nomor 12 Tahun 2007, tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

10. Permendiknas RI Nomor 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah.

11. Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

12. Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007, tentang Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

   


(65)

13. Permendinas RI Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.

14. Permendiknas RI Nomor 20 Tahun 2007, tentang Standar Penilaian Pendidikan.

15. Permendiknas RI Nomor 24 Tahun 2007, tentang Standar Sarana Prasarana Pendidikan.

16. Permendiknas RI Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses.

17. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional No.33/MPN/SE/2007 tanggal 13 Februari 2007, perihal Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

D. Fasilitas Pendidikan dan Latihan

Tersedianya sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap tujuan pendidikan. Oleh sebab itu, SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu telah berupaya meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan yang memadai supaya tercipta lingkungan yang kondusif sehingga tercipta tujuan pendidikan secara optimal. Adapun fasilitas untuk menunjang proses pendidikan tersebut antara lain:

1. Perpustakaan

Tujuan didirikannya perpustakaan pada hakekatnya adalah untuk menyediakan sumber informasi bagi semua warga sekolah untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar. Demikian pula dengan perpustakaan SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu yang selalu memperbanyak perbendaharaan buku-bukunya dan meningkatknya

   


(66)

44  

kualitasnya agar senantiasa memperluas pengetahuan warga di sekolah di samping meningkatkan budaya membaca.

2. Laboratorium

SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu memiliki 3 unit laboratorium yaitu laboratorium komputer, fisika, kimia dan biologi. Laboratorium yang sangat memadai memungkinkan siswa untuk dapat menerapkan teori yang telah didapat dengan praktik yang sesungguhnya. Adapun laboran yang ditunjuk oleh pihak sekolah adalah Bapak P. Wawan Setiadi.

3. Ruang Media

Ruang media yang cukup luas dan memiliki berbagai fasilitas yang lengkap seperti: TV, VCD player, tape recorder, komputer, LCD dan

OHP. Berbagai fasilitas ini memudahkan guru dalam menyampaikan materi yang kontekstual. Siswa dapat melihat secara langsung contoh-contoh yang divisualisasikan lewat VCD ataupun televisi. Proses pembelajarannya pun bisa dibuat lebih bervariasi untuk menghindarkan siswa dari kebosanan.

4. Ruang Bimbingan dan Konseling

Salah satu tujuan diadakannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah untuk menyalaraskan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga perkembangan siswa dapat sejalan, yang pada akhirnya proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif.

   


(67)

   

5. UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)

UKS dimaksudkan untuk menjaga kesehatan dan memberikan pertolongan pertama bagi seluruh warga sekolah. Siswa dapat berpartisipasi dalam usaha menjaga kesehatan sekolah melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR).

6. Ruang Doa

Ruang doa berbentuk seperti kapel kecil. Ruangan ini terletak diantara Ruang Multimedia dan Ruang Guru. Seluruh warga sekolah bisa menggunakan Ruang Doa ini untuk berdoa ataupun hanya ingin sekedar memperoleh ketenangan batin dan menenangkan diri dari hiruk pikuk keadaan sekolah.

7. Ruang Fotokopi

Ruang fotokopi terletak di sebelah laboratorium Kimia. Ruangan ini berukuran 3x8m. Penjaga ruang fotokopi adalah Bapak Wawan Setiadi. Dengan adanya ruang fotokopi ini mempermudah bagi seluruh anggota sekolah untuk memperbanyak surat dan handout.


(68)

BAB V

HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) ini dilaksanakan pada kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu. Sebelum penelitian, peneliti melakukan observasi terhadap guru dan observasi terhadap siswa pada tanggal 31 Maret 2012. Selain observasi, peneliti juga melakukan diskusi dengan guru mitra untuk mengetahui kondisi proses belajar di kelas serta membicarakan materi yang akan diberikan. Berikut adalah uraian hasil pra penelitian dan penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif pada proses pembelajaran di kelas XB SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu :

1. Observasi Pra Penelitian

Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 31 Maret 2012 pukul 08.30 – 10.00 WIB, dengan jumlah siswa yang hadir saat pembelajaran sebanyak 34 siswa. Guru mitra dalam penelitian ini adalah Ibu P. Weni Triana, S.E. Materi pelajaran pada saat observasi adalah inflasi. Berikut adalah uraian hasil observasi terhadap guru dan siswa:

46   


(69)

a. Observasi Terhadap Guru

Kegiatan guru selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal kegiatan guru pra penelitian (lampiran 32), Pada awal proses pembelajaran, guru mengucapkan salam, dan memeriksa kesiapan para siswa. Guru memberikan kesempatan kepada peneliti untuk memperkenalkan diri. Setelah itu dilanjutkan dengan mengingatkan kembali tentang tugas pada pertemuan minggu yang lalu serta mengulas tentang materi tersebut. Dalam proses pembelajaran ini, guru menggunakan metode ceramah dengan media papan tulis serta tanya jawab. Dalam menyampaikan materi, guru tampak sudah menguasai materi, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Interaksi antara guru dengan siswa terbentuk terlihat dari tanggapan beberapa siswa terhadap pertanyaan pancingan yang dilontarkan oleh guru. Pada saat pembelajaran semua siswa yang duduk di depan memperhatikan guru, namun sebagian besar siswa yang duduk di belakang sibuk sendiri ketika guru sedang menjelaskan. Beberapa kali guru menegur beberapa siswa yang membuat kegaduhan dengan menyuruh siswa menjawab pertanyaan ataupun mengerjakan soal di depan.

Pada akhir proses pembelajaran guru mengingatkan kembali kepada para siswa untuk mempelajarinya lagi di rumah, namun guru tidak memberikan kesimpulan dan refleksi terhadap materi yang telah dipelajari pada hari itu. Berdasarkan hasil observasi dari awal hingga


(70)

48  

akhir pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dapat diidentifikasi bahwa guru tidak menyinggung mengenai masalah nilai-nilai kemanusiaan serta sikap belarasa. Dalam pembelajaran pada hari itu hanya terlihat aspek competence saja, sedangkan aspek conscience dan

compassion siswa belum tampak. Rangkaian kegiatan guru tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1

Hasil Observasi Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran

No Kegiatan yang diamati Ya Tidak

1 Guru menggali pengalaman siswa 9 2 Guru menggali pengetahuan siswa 9 3 Guru melihat sejauh mana siswa sudah

memahami materi yang akan diajarkan 9 4 Guru menjelaskan materi dengan baik 9 5 Guru memberikan latihan soal 9 6 Guru mengaitkan materi dengan realitas

kehidupan sehari-hari 9

7 Guru mengajak siswa untuk mencari nilai-nilai kemanusiaan yang terkait dengan materi pembelajaran

9 8 Guru memancing siswa melalui media untuk

lebih memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terkait

9 9 Guru berusaha meyakinkan siswa untuk

menumbuhkembangkan nilai-nilai kemanusiaan untuk dipetik

9


(71)

10 Guru menyatakan bahwa dalam setiap pembelajaran terdapat nilai-nilai kemanusiaan yang dapat di petik

9 11 Guru memberi kesempatan siswa untuk

berdiskusi dalam kelompok 9

12 Guru mengajak siswa untuk saling membantu

satu sama lain dalam pembelajaran 9

13 Guru berusaha meyakinkan siswa bahwa kerja sama itu memberikan banyak keuntungan

9 14 Guru mengajak siswa untuk sharing atas

pengalaman dalam diskusi 9

15 Guru menegaskan kepada siswa pentingnya

kerja sama 9

16 Guru mengajak siswa untuk berefleksi 9 17 Guru memeberikan pertanyaan refleksi

selama pembelajaran 9

18 Guru mengajak siswa untuk melakukan

tindakan melalui refleksi tersebut 9

19 Guru memberikan pertanyaan aksi (tindakan) 9 20 Guru mengingatkan kembali nilai-nilai

kemanusiaan yang sudah dipetik setelah pembelajaran berakhir

9

b. Observasi Terhadap Siswa

Kegiatan siswa selama proses pembelajaran tampak dalam catatan anekdotal kegiatan siswa pra penelitian (lampiran 33). Kegiatan siswa dalam proses pembelajaran tampak dalam lembar observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Sebelum dimulai proses


(72)

50  

pembelajaran siswa mempersiapkan diri dan alat tulis mereka, namun ada beberapa siswa yang kurang mempersiapkan diri dengan tidak mengeluarkan alat tulis. Ketika proses pembelajaran dimulai siswa yang duduk di depan dapat mengikuti pelajaran dengan baik, mereka menanggapi beberapa pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Pada pertengahan proses pembelajaran guru memberikan latihan soal. Siswa yang duduk di depan tampak mengerjakan soal tersebut, sebaliknya siswa di bagian belakang menunjukkan kurang antusias dalam menerima pembelajaran. Mereka mulai mengobrol sendiri, beberapa tidur-tiduran dan tidak mengerjakan soal latihan. Hal tersebut membuat guru memberikan pertanyaan terhadap beberapa siswa yang duduk di belakang agar lebih konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Kondisi tersebut mengganggu siswa lainnya yang serius dalam belajar. Peneliti menyimpulkan bahwa proses pembelajaran kurang menarik sehingga menyebabkan beberapa siswa kurang antusias. Rangkaian kegiatan siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.2

Hasil Observasi Kegiatan Siswa Dalam Proses Pembelajaran Pada Pra Penelitian

No Kegiatan yang

diamati

Ya Tidak Keterangan

1 Siswa siap mengikuti

pembelajaran 9

Hanya sebagian siswa saja yang siap mengikuti pelajaran,


(73)

yaitu siswa yang duduk di depan.

2 Siswa menanggapi setiap pertanyaan guru

9

Siswa menanggapi pertanyaan dari guru walaupun jawaban yang diberikan kurang tepat

3 Siswa aktif dalam diskusi

9

Tidak ada diskusi pada saat proses pembelajaran itu, namun ada tanya jawab antara guru dengan siswa.

4 Siswa memperhatikan penjelasan teman

9

Penjelasan dari beberapa siswa yang ditunjuk oleh guru tidak ditanggapi oleh siswa lain

5 Siswa mencatat hal-hal penting saat pembelajaran

berlangsung 9

Sebagian besar siswa mencatat hal-hal penting yang ditulis oleh guru, karena pada saat itu materi menggunakan rumus menghitung

6 Siswa mengemukakan atau menanggapi pendapat teman yang sedang menjelaskan

9

Tidak ada di antara

para siswa menanggapi pendapat

teman yang sedang menjelaskan.

7 Siswa memperhatikan guru yang mengajar

9

Sebagian besar siswa pada awal pelajaran memperhatikan, namun ketika masuk


(74)

52  

pertengahan

pelajaran ketika dibagi soal terdapat beberapa siswa mengobrol sendiri bahkan ada yang tidur-tiduran

8 Siswa menanggapi pembahasan

pembelajaran dengan

baik 9

Siswa menanggapi pembahasan,

walupun guru harus

beberapa kali menunjuk siswa agar

kembali ke topik pelajaran

9 Siswa mengajukan pertanyaan

9

Tidak ada siswa yang mengajukan

pertanyaan terhadap guru pada saat pembelajaran saat itu 10 Siswa mengerjakan

tugas yang diberikan

dengan baik 9

Tugas/latihan soal yang diberikan oleh tidak dikerjakan dengan baik oleh para siswa.

Selain melakukan observasi langsung terhadap siswa, peneliti juga membagikan kuesioner untuk mengukur aspek conscience dan

compassion. Data aspek conscience dan compassion yang diperoleh melalui kuesioner pada pra penelitian tampak dalam lampiran 38 dan 39. Berikut adalah rangkuman deskripsi data aspek conscience dan

compassion pada pra penelitian.


(75)

Tabel 5.3

Deskripsi Data Aspek Conscience dan Compassion Pada Pra Penelitian

Kategori Rata-Rata Skor Kriteria

Sikap 3,24 Cukup

Minat 3,28 Cukup

Hemat 3,41 Baik

Kerjasama 4,02 Baik

Tabel tersebut di atas menunjukkan data aspek conscience (sikap, minat, hemat) dan compassion (kerjasama) siswa pada pra penelitian. Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) yang kemudian dikonversikan ke data kualitatif menyatakan bahwa skor rata-rata “sikap” siswa sebesar 3,24 termasuk dalam kriteria “cukup”, skor rata “minat” sebesar 3,28 termasuk dalam kriteria “cukup”, skor rata-rata “nilai hemat” sebesar 3,41 termasuk dalam kriteria “baik”, dan skor rata-rata “kerja sama” sebesar 4,02 termasuk dalam kriteria “baik”.

c. Observasi Kelas

Kondisi kelas secara fisik sudah cukup memadai jika digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran. Di dalam kelas terdapat 2 papan tulis (1 blackboard dan 1 whiteboard), 1 meja dan kursi guru, 17 meja dengan 34 kursi siswa, papan presensi siswa untuk mencatat ketidakhadiran siswa, serta sirkulasi udara dan penerangan yang cukup sehingga sangat menunjang kegiatan belajar siswa.


(76)

54  

2. Siklus Pertama

Siklus pertama ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 28 April 2012 pada jam pelajaran ketiga sampai keempat (pukul 08.30-10.00 WIB). Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 1 Mei 2012 pada jam pelajaran kedua (pukul 07.45-08.30 WIB). Materi pembelajaran adalah fungsi konsumsi. Jumlah siswa kelas XB sebanyak 34 siswa. Pada siklus pertama ini menerapkan model pembelajaran word square dengan media berupa kotak berbentuk teka-teki silang. Berikut disajikan tahap-tahap penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif.

a. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan penyusunan rencana pembelajaran untuk materi fungsi konsumsi. Langkah-langkah persiapan dan perencanaan sebagai berikut:

1) Peneliti dan guru mitra membuat perangkat pembelajaaran yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pembelajaran, handout, dan media pembelajaran. Berikut disajikan uraian masing-masing:

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP disusun sebagai pedoman pelaksanaan/rencana pelaksanaan pembelajaran. RPP ini disusun dengan mengacu


(77)

pada pola pembelajaran dengan PPR yaitu perumusan indikator mencakup aspek competence, conscience, dan compassion serta menggunakan lima tahap dalam proses pembelajarannya, yaitu konteks, pengalaman rfleksi, aksi dan evaluasi. RPP tersaji pada lampiran 1.

b) Materi

Pada siklus pertama ini materi hanya mencakup fungsi konsumsi saja. Dengan standar kompetensi memahami konsumsi dan investasi, dan kompetensi dasar mendeskripsikan fungsi konsumsi dan fungsi tabungan. Materi pembelajaran termuat dalam RPP yang tersaji pada lampiran1.

c) Handout

Handout yang dipersiapkan oleh peneliti dan guru mitra digunakan dalam proses pembelajaran guna mempermudah siswa dalam memahami materi ajar sehingga dapat membantu siswa pada saat mengerjakan teka-teki silang materi konsumsi. Materi yang tersaji dalam handout adalah pengertian konsumsi, fungsi konsumsi, konsumsi sebagai fungsi dari disposable income, average propensity to consume, marginal propensity to

consume, fungsi konsumsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi. Handout tersaji pada lampiran 3.


(78)

56  

d) Media Pembelajaran

Ada beberapa media pembelajaran yang digunakan dalam siklus pertama. Berikut adalah uraian media pembelajaran yang digunakan:

(1) Teka-teki silang

Teka-teki silang berisikan soal tentang fungsi konsumsi. Teka-teki silang merupakan modifikasi kotak dari word square agar lebih menarik dan mempermudah siswa dalam mengerjakannya, sekaligus dibuat sebagai warming up

sebelum masuk ke latihan soal. Gambar teka-teki silang tersaji pada lampiran 4.

(2) Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS ini berisi soal-soal yang akan dikerjakan siswa dalam kelompok untuk mengembangkan nilai kerja sama siswa. LKS tersaji pada lampiran 5.

(3) Video

Video ini digunakan untuk mengembangkan aspek

conscience para siswa. Video ini berisi cuplikan berita liputan 6 siang tentang aksi stop belanja sebagai bentuk keprihatinan atas budaya konsumtif setiap menjelang lebaran.


(79)

(4) Artikel

Artikel dengan judul “tips agar lebih hemat di tahun 2012” berisi tentang tips agar berhemat ini digunakan untuk mengembangkan aspek conscience siswa. Artikel tersaji pada lampiran 6.

(5) Media pembelajaran lainnya

Media pembelajaran lainnya meliputi laptop, viewer, dan

speaker. Media tersebut digunakan untuk menunjang proses pembelajaran yaitu untuk menyajikan power point dan video yang digunakan dalam pembelajaran.

2) Peneliti bersama guru mitra membagi para siswa ke dalam kelompok secara acak. Para siswa masuk ke dalam kelompok kemudian setiap kelompok diberi latihan soal. Diharapkan para siswa dapat mengembangkan kerja sama dalam diskusi kelompok. 3) Peneliti menyiapkan instrumen pengumpulan data yang meliputi:

a) Kuesioner untuk mengukur aspek sikap, minat, dan nilai hemat (conscience) serta kerja sama (compassion). Kuesioner diberikan pada akhir pelajaran. Instrumen ini tersaji pada lampiran 7, 8, 9, 10.

b) Instrumen observasi terhadap kegiatan guru, dan lembar refleksi guru dalam melaksanakan Paradigma Pedagogi


(1)

167   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

168   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

169   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

170   

   

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

171   

   

   

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

172   

 

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Implementasi paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion mahasiswa.

1 1 11

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi uang untuk meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion (3C) siswa kelas X1 SMA Kolese De Britto Yogyakarta.

3 19 299

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

0 0 223

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi pendapatan nasional untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu.

0 15 256

Penerapan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran materi fungsi konsumsi dan tabungan untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur St.Louis IX Sedayu

0 4 194

Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran materi pendapatan nasional untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XC SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu - USD Repository

0 1 254

PENERAPAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA PEMBELAJARAN MATERI FUNGSI KONSUMSI DAN TABUNGAN UNTUK MENINGKATKAN COMPETENCE, CONSCIENCE, DAN COMPASSION SISWA KELAS X-2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA SKRIPSI

0 1 221

Penerapan paradigma pedagogi reflektif pada pembelajaran materi indeks harga dan inflasi untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas X SMA Pangudi Luhur Santo Louis IX Sedayu - USD Repository

0 0 204

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPA 2 SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu - USD Repository

0 17 271

Implementasi pembelajaran sejarah berbasis paradigma pedagogi reflektif melalui pemanfaatan multimedia untuk meningkatkan competence, conscience, dan compassion siswa kelas XI IPA 1 SMA Pangudi Luhur St. Louis Ix Sedayu - USD Repository

0 0 222