7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Paradigma Pedagogi Reflektif
1. Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma menurut KBBI merupakan kerangka berfikir atau model dari teori ilmu pengetahuan atau perubahan model. Jadi istilah paradigma
dapat diartikan sebagai sebuah model atau teori pembelajaran. Sedangkan, pedagogi tidak cukup diartikan sebagai sebuah metode mengajar
atau ilmu mendidik, namun istilah pedagogi mempunyai pengertian meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya
seorang siswa sehingga akan mencakup arah dan tujuan semua aspek pendidikan Modul Tim PPR, 2010.
Reflektif berarti melihat kembali kejadian yang sudah dilakukan. PPR menjadikan siswa memahami kejadian di masa lalu dan memulai
kegiatan ke depan dengan perubahan yang dilakukan. Dengan demikian refleksi akan membentuk suara hati seperti
keyakinan, nilai sikap, dan seluruh cara bernalar siswa sedemikian rupa sehingga siswa diantar dengan baik dalam
melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai dengan pengertian dan kemampuannya Modul Tim PPR, 2010.
Dengan melihat uraian tersebut PPR dapat diartikan sebagai sebuah model teori ilmu pengetahuan yang berisi tentang pandangan hidup yang
mencakup arah pendidikan yang mengantar siswa melewati tahap mengerti ke tahap berbuat sesuai dengan pengertian dan kemampuannya. PPR
merupakan sebuah paradigma yang diusung dari sebuah model pembelajaran Paradigma Pedagogi Ignatian PPI. Jadi PPR sendiri ingin
menanamkan ajaran Ignatius untuk menjadi pribadi kristiani yang mengedepankan nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.
Dalam paradigma ini diharapkan seorang siswa tidak hanya berbuat sesuatu atas dasar tuntutan sebuah pembelajaran, melainkan dilandasi atas
kemauan sendiri. Dorongan dari diri sendiri inilah yang ingin dicapai dalam PPR, agar siswa dapat melakukan perbuatan sesuai dengan nilai-
nilai kemanusiaan, sehingga siswa mampu merencanakan sebuah arah hidup yang utuh didasari dengan kemampuan tindakan yang bertanggung
jawab.
2. Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
a. Bagi Siswa
Pendidikan membuat
seorang siswa
berkembang, jika
pengetahuan yang diperoleh siswa dapat menjadi bekal dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menjadi siswa yang hidup
bermasyarakat, siswa harus belajar menjadi insan yang utuh dan unggul dalam segala bidang. Aspek kehidupan yang dapat diraih dalam
pembelajaran melalui paradigma pedagogi reflektif menjadikan siswa memiliki kesadaran diri untuk belajar bagaimana menggambarkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas dalam kehidupan nyata bermasyarakat Modul Tim PPR, 2010.
Pada dasarnya nilai kognitif yang diperoleh siswa dalam kelas sudah tidak diragukan lagi. Ranah PPR bertujuan untuk menjembatani
nilai kognitif yang diperoleh siswa dengan realitas yang dialami oleh siswa dalam menemukan jati diri sebagai sosok pribadi yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Dengan kata lain PPR ingin mendefinisikan sebuah ilmu pengetahuan dalam kehidupan nyata
lewat sikap, sifat yang sesuai dengan ketajaman ilmu yang dimiliki dengan berkomitmen menjadi siswa yang memiliki jiwa sosial yang
tinggi. b.
Bagi Pendidik Pendidik yang baik adalah pendidik yang mengerti dengan utuh
kebutuhan peserta didiknya. Kebutuhan siswa bukan hanya sekedar mendapatkan sebuah nilai yang bagus atau kenaikan kelas dengan
prestasi yang gemilang. Peserta didik membutuhkan bekal, yaitu sebuah karakter diri yang melekat dalam diri siswa. Melalui PPR
pendidik dapat mengarahkan siswa untuk menjadi manusia yang tidak hanya berfikir maju, namun juga bertindak sesuai dengan akhlak hidup
sehingga menjadi makhluk yang berkualitas dan sempurna dalam sifat dan sikap.
3. Definisi Competence, Conscience, dan Compassion
Penelitian ini menerapkan PPR yang bertujuan untuk meningkatkan aspek competence, conscience, dan compassion 3C.
a. Competence menurut P3MP USD 2010:31 merupakan pembelajaran
berbasis Ignasian yang terdiri dari unsur kognitf dan psikomotorik.
“Namun demikian di sana termuat juga sebagian afektif meskipun terbatas kaitannya dengan keilmuan akademik, misalnya sikap dan
minat” P3MP USD 2010:31. Jadi competence dalam hal ini dimaksudkan tingkat kecerdasan akan nilai dalam mengerjakan
evaluasi sehingga memperoleh skor yang tinggi kognitif, ketrampilan siswa yang ditunjukkan dalam proses pembelajaran psikomotorik,
dan tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran yang dilihat dari sikap dan minat siswa afektif.
b. Conscience adalah kemampuan dalam mengolah kepekaan afeksi dan
perasaan. Aspek conscience mengandung unsur-unsur moral yang membedakan antara benar dan salah. Aspek ini berhubungan erat
dengan nurani yang memberi informasi untuk mengambil nilai-nilai kehidupan
sebelum melakukan
sebuah niat
atau tindakan
http:en.wikipedia.orgwikiConscience. Kepekaan melihat nilai kehidupan dalam pembelajaran merupakan kunci terbentuknya
conscience yang mengandung makna sesuai dengan tatanan yang ada, misalnya kedisiplinan dan ketelitian. Aspek conscience yang
dikembangkan dalam penelitian ini adalah nilai kejujuran dan nilai kerja keraspantang menyerah.
c. Compassion merupakan niat atau tindakan langsung yang dilakukan
oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yang dapat diwujudkan dengan melihat nilai-nilai yang dapat dikembangkan pada conscience.
Compassion memiliki “...spirit bahwa peolehan pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik adalah dalam konteks pengabdian pada orang lain” P3MP USD 2010:31. Aspek compassion yang ingin
dikembangkan adalah nilai kerja sama.
4. Siklus Dinamika PPR
Rangkaian kegiatan PPR memiliki siklus yang kontinuitas dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pada umumnya siklus dinamika PPR di
bagi menjadi 5 tahapan sebagai berikut: a.
Konteks “Secara sederhana konteks dapat diartikan sebagai kesiapan
siswa untuk belajar” Modul Tim PPR, 2010. Konteks dalam hal ini berupa segala sesuatu yang dapat membantu dan menghambat proses
belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat membantu dan menghambat perkembangan proses pembelajaran tidak hanya sesuatu
yang ada dalam lingkungan sekolah seperti sarana dan prasarana sekolah, melainkan lingkungan dimana peserta didik mengalami
interaksi dengan semua orang dalam hidup bermasyarakat, yaitu keluarga, keadaan lingkungan tempat tinggal, teman sepermainan,
dengan segala sesuatu yang ada dalam memori siswa. Modul Tim PPR, 2010.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan PPR, dimulai dari pengalaman kehidupan sehari-hari siswa
yang menjadi dasar pengetahuan siswa untuk mengawali proses
pembelajaran. Dengan demikian siswa merasa lebih dekat dan mengenal proses pembelajaran yang disampaikan karena awal proses
pembelajaran dimulai dari kegiatan mereka sehari-hari yang secara langsung maupun tidak langsung di bawa ke dalam kelas.
b. Pengalaman
Siklus kedua dalam PPR adalah mengenai pengalaman siswa yang terjadi dari implementasi sebuah teori yang didapat di dalam
kelas. PPR tidak lepas dari pengaruh Ignatius dalam penerapannya. Belajar dari Ignatius, sebuah pengalaman pertobatan membuat dia
semakin menyadari arti sebuah kehidupan dan pilihan hidup yang sesuai dengan dirinya. Dalam pelaksanaan PPR seorang siswa harus
memiliki pengalaman pembelajaran secara nyata yang ada dalam masyarakat dengan hidup bermasyarakat dan terlibat langsung dalam
kejadian. c.
Refleksi Hal yang paling penting dalam PPR adalah refleksi, refleksi
merupakan tahapan untuk menilai pengalaman yang telah dirasakan oleh siswa di dalam lapangan, mengenai apa yang baik dan apa yag
buruk. Siswa diajak untuk selektif dengan meninjau kembali pengalaman yang dialami lewat sudut pandang siswa.
“Dari pengalaman pembelajaran, siswa diharapkan dapat menemukan makna yang terkandung dalam kegiatannya” Modul Tim
PPR, 2010. Dalam hal ini siswa berusaha untuk mencari kekurangan
dari pengalaman yang terjadi dan mencoba menemukan pemecahan masalah yang dihadapi. Refleksi ini akan memunculkan pilihan yang
tepat dalam pengambilan keputusan akan aksi yang akan dilakukan untuk memperbaiki kejadian atau pengalaman yang sudah dilakukan.
Agar siswa dapat menemukan secara tepat apa aksi yang akan dilakukan, diharapkan guru membantu peserta didik dalam
menemukannya Modul Tim PPR, 2010. d.
Aksi Aksi mencakup 2 hal sebagai berikut Modul Tim PPR, 2010:
1 Pilihan-pilihan batin
Pilihan batin yang dimaksud adalah pilihan yang berupa sikap, kemauan, perasaan, dan sebagainya. Siswa akan
tergerak untuk melihat pengalamannya dan memahami perasaan-perasaan akan pengalamannya secara afektif.
Kemudian dari pertimbangan siswa itu akan muncul pilihan- pilihan yang dilandasi akan kebenaran.
2 Pilihan yang Dinyatakan secara Lahir
Siswa memiliki sebuah keyakinan untuk memilih sesuatu yang dianggap benar. Dengan keyakinannya itu siswa
terdorong untuk berbuat sesuatu yang konsisten dengan keyakinannya. Proses inilah yang membentuk karakter siswa
sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan yang bersifat positif.
e. Evaluasi
Tahap terakhir dalam PPR adalah evaluasi. Tahap ini bertujuan untuk mengetahui kemajuan yang telah digapai oleh siswa dalam
pembelajaran Modul Tim PPR, 2010. Kemampuan yang dievaluasi tidak hanya terletak pada kemampuan kognitif melalui soal-soal saja,
melainkan kemampuan non akademik lewat pengukuran nilai-nilai kehidupan dengan mengajak siswa melihat keputusan-keputusan yang
diambil dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya evaluasi ini, siswa mampu melihat perkembangan dirinya dalam pemahaman akan
pola pikir, sikap dan tindakan sosial Modul Tim PPR, 2010.
5. Kekuatan Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif menurut pembelajaran yang diterapkan tim PPR kelompok Ignatius memiliki kekuatan dalam
pembelajaran. Kekuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut Modul Tim PPR, 2010:
a. Membantu siswa menyadari sejauh mana usaha yang telah
dilakukan dapat efektif dalam membantu mengembangkan dirinya. b.
Membantu siswa berlatih mempertimbangkan dan memilih cara- cara yang paling baik dan benar.
c. Membantu siswa dalam melewati tahap mengerti ke tahap berbuat
sesuai pengertian dan kemampuannya. d.
Menumbuhkembangkan pribadi siswa menjadi pribadi kristiani yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
6. Kelemahan Paradigma Pedagogi Reflektif
Selain kekuatan, Paradigma Pedagogi Reflektif memiliki kelemahan sebagai berikut Modul Tim PPR, 2010:
a. Membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaan pembelajaran.
b. Kesulitan dalam memunculkan nilai kemanusiaan secara lebih
menonjol. c.
Kesulitan menilai bagaimana aksi telah dilakukan siswa.
B. Deskripsi Materi