Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa, “Pendekatan PMRI dapat meningkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa dalam belajar matematika pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana pada siswa kelas V di SDN Nyamplung” ternyata terbukti kebenarannya. Peningkatan tersebut tampak pada meningkatnya persentase ketuntasan hasil belajar siswa dan skor rata- rata kerjasama, serta presentase kerjasama yang terjalin diantara para siswa kelas V di SDN Nyamplung. Peningkatan tersebut dipaparkan pada di bawah ini: Tabel 4.8: Kondisi Awal, Target Keberhasilan dan Capaian No Variabel Indikator Kondisi Awal Target Keberh asilan Capaian Siklus I Capaian Siklus II Keputusan Instrumen 1 Prestasi Presentase nilai siswa yang mencapai KKM 57, 14 70 57, 14 78, 57 Melampaui kriteria keberhasilan Soal Tes 2 Kerjasama Rata-rata skor kerjasama antar siswa 167 66,6 175 70 179 71,6 192 76,8 Melampaui kriteria keberhasilan Kuesioner dan wawancara Presentase kerjasama antar siswa 66, 8 70 71, 6 76, 8 1 Penerapan Pendekatan PMRI dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Sebelum penelitian terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan PMRI, siswa di SDN Nyamplung belajar matematika dengan menggunakan metode tradisional dengan menempatkan guru sebagai sumber belajar, sedangkan para siswa menerima ilmu yang diberikan oleh guru dengan cara mencatat hasil yang dikerjakan oleh guru tanpa terlebih dahulu mengolahnya dengan cara siswa sendiri. Dengan kata lain, konsep matematika yang terdapat pada siswa keas V berasal dari konsep yang diturunkan langsung oleh guru kelas tanpa diolah lagi oleh siswa. Oleh karena itu, nilai matematika siswa kelas V mengalami kesenjangan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya sehingga mempengaruhi capaian KKM siswa di kelas, dimana 42, 85 nilai matematika siswa kelas V tidak mencapai KKM. Bertolak dari kesenjangan nilai siswa tersebut, maka peneliti menerapkan metode PMRI pada pembelajaran matematika di kelas dengan harapan nilai siswa yang mencapai KKM lebih banyak. Sehingga kesenjangan kemampuan siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada KD 6.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar dan bangun ruang sederhana, tidak terpaut jauh. 1. Penggunaan PMRI dalam pembelajaran siklus I a. Pertemuan pertama Penggunaan pendekatan PMRI pada mata pelajaran matematika dalam penelitian dimulai pada tanggal 18 April 2013 pukul 07.00-08.10 wib, materi yang dipelajari ialah menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan bangun datar. Pada awal pembelajaran, banyak siswa yang malu-malu untuk ikut belajar bersama-sama secara berkelompok dikarenakan siswa belum terbiasa belajar dalam kelompok-kelompok. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti dan guru mengajak siswa untuk membuat sebuah yel-yel kelompok dengan memberi stimulus bahwa kelompok yang mempunyai yel-yel yang menarik akan disebut kelompok kreatif. Dengan pembuatan yel-yel siswa tampak mulai bisa berkomunikasi dengan teman-teman di dalam kelompok sehingga muncullah karakteristik interaktivitas di dalam kelompok belajar siswa. Akan tetapi, ketika pembelajaran siswa tampak pasif dan tidak saling membantu anggota kelompoknya dalam mengerjakan LKS yang disediakan oleh guru, dimana siswa yang bisa pada mata pelajaran matematika lebih banyak mengerjakan LKS, sedangkan siswa yang merasa tidak bisa lebih asik untuk menggambar di kertas. Namun guru kelas berusaha untuk mengaktifkan siswa dengan cara menghampiri siswa dan meminta ketua kelompok untuk memmembagi tugas kepada anggotanya. Dengan kurangnya koordinasi antar anggota kelompok, karakteristi PMRI pada hari pertama belum muncul seluruhnya. Gambar 4.6: siswa mengerjakan LKS sendiri-sendiri b. Pertemuan ke dua Penelitian hari ke dua berlangsung pada 19 April 2013 pukul 07.00-08.10 wib. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa secara mandiri langsung bergabung dengan teman-teman kelompoknya tanpa diminta oleh guru. Pada pertemuan ke dua guru menunjukkan muniatur banguan kelas lalu kemudian membuat cerita yang berhubungan dengan bangunan tersebut. Dengan penggunaan miniatur bangun dan ceritanya, guru telah memunculkan karakteristik PMRI yaitu penggunaan konteks dan penggunaan model pada pembelajaran di kelas. Adanya miniatur dan cerita membuat siswa antusis untuk belajar, hal tersebut tampak dari banyaknya siswa yang bertanya tentang bentuk dan kegunaan miniatur bangun dan membuat jawaban atas pertanyaan dari teman kelasnya. Dengan ketertarikan siswa tersebut guru memberikan LKS berupa cerita yang diselesaikan secara bersama-sama secara berkelompok. Ketika mengerjakan LKS, pengerjaan perhitungan-perhitungan matematika masih didominasi oleh siswa yang memiliki kemampian lebih pada pelajaran matematika, namun pada pertemuan ke dua ketua kelompok memberikan tugas kepada anggota kelomponya untuk membantu menghitung maupun mencari cara mengerjakannya dengan cara berdiskusi. Dengan demikian, pada pertemuan ke dua, pembelajaran di kelas V telah memunculkan beberapa karakteristik PMRI, diantaranya penggunaan konteks, penggunaan model, interaktivitas dan pemanfaatan hasil kontruksi siswa serta keterkaitan melalui LKS- LKS yang dikerjakan oleh siswa di kelas secara berkelompok. Gambar 4.7: Suasana kelompok “segitiga” mengerjakan LKS c. Pertemuan ke tiga Penelitian hari ke tiga digunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa pada pelajaran matematika setelah menggunakan pendekatan PMRI, pertemuan dilakukan pada 24 April 2013 pukul 07.00-08.10 wib. Pada hari ke tiga ada satu orang siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit, oleh karena itu evaluasi dilakukan pada 13 orang siswa kelas V. Ketika pengambilan nilai dilakukan, guru menempatkan diri duduk di meja guru dan tidak melakukan keliling untuk memantau siswa, guru memposisikan diri duduk diam di tempatnya. Karena itu, selama pengambilan nilai ada beberapa siswa yang masih berkomunikasi dan meminjam peralatan tulis dari teman lainnya. Ketika hasil evaluasi diperoleh, nilai siswa banyak yang belum mencapai KKM. Sehingga target ketuntasan KKM siswa yang ditetapkan peneliti mencapai 70 belum berhasil dicapai, hal tersebut diduga dikarenakan kurangnya komunikasi diantara para siswa khususnya siswa yang belum memahami pelajaran kurang berinisiatif untuk bertanya kepada siswa yang paham terhadap pelajaran. Capaian prestasi belajar matematika siswa kelas V pada siklus II di gambarkan pada diagram di bawah ini. Diagram 4.1: Capaian prestasi matematika siklus I 70 57.14 30 42.86 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Target Siklus I Nilai tidak mencapai KKM Nilai mencapai KKM Dikarenakan tidak tercapainya target presentase ketuntasan nilai siswa dalam mencapai KKM yang ditetapkan oleh peneliti, maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. 2. Penggunaan PMRI dalam pembelajaran siklus II a. Pertemuan pertama Pertemuan pertama pada siklus II dilakukan pada 25 April 2013 pukul 07.00-08.10wib, materi yang dipelajari ialah menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan bangun ruang. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka pada penelitian siklus II maka siswa diminta untuk lebih aktif bertanya kepada teman ketika mengalami kesilitan dan meminta ketua kelompok untuk aktif berperan dalam pembagian tugas dan pendampingan terhadap anggota kelompok yang mengalami kesulitan pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu, guru menyediakan alat-alat peraga yang pada siklus I karakteristik konteks dan penggunan model membuat siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran, kemudian setiap kelompok dibebaskan untuk mengerjakan LKS dengan cara yang ditemukan oleh kelompok masing-masing dan didampingi oleh guru. Dari pelaksanaan siklus II tampak masing-masing kelompok tidak mengalami kesulitan terhadap pendekatan PMRI yang digunakan dimana masing-masing anggota kelompok sudah bisa saling beradaptasi karakteristik interaktivitas dan berlomba- lomba untuk menemukan cara-cara baru dalam pengerjaan LKS karakteristik pemanfaatan hasil dan keterkaitan. Siswa di dalam kelompok juga saling membantu teman yang mengalami kesulitan serta ketua kelompok memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anggotanya masing-masing. Gambar 4.8: Sua sana pengerjaan LKS kelompok “persegi” b. Pertemuan ke dua Pertemuan ke dua digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa pada siklus II, pertemuan dilakukan pada 26 April 2013 pukul 07.00-08.10 wib. Ketika pengmbilan nilai, siswa diminta untuk merapikan mejanya dan menyisakan perlengkapan untuk mengisi soal di atas meja. Kemudian guru membacakan tata tertip yang berlaku selama evaluasi dilakukan diantaranya siswa dilarang untuk berkomunikasi dan saling meminjam peralatan tulis orang lain. Ketika siswa mengerjakan soal evaluasi, guru menempatkan diri berada di meja paling belakang siswa. Hal tersebut terbukti efektif untuk menghilangkan kebiasaan siswa berkomunikasi dengan orang yang berada di dekatnya. Setelah hasil evaluasi di peroleh, nilai siswa banyak yang mencapai KKM atau bahkan melebihi KKM dan meningkat dibandingkan sebelum penggunaan pendekatan PMRI pada pembelajaran matematika di SDN Nyamplung, seperti tampak pada diagram peningkatan prestasi belajar matematika siswa berikut ini. Diagram 4.2: Peningkatan prestasi belajar matematika siswa Berdasarkan diagram di atas, tingkat presentase prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika setelah menggunakan pendekatan PMRI naik menjadi 21, 43 yaitu dari sebelum menggunakan pendekatan PMRI presentase nilai siswa yang mencapai KKM adalah 57, 14 menjadi 78, 57 setelah menggunakan pendekatan PMRI. Dengan demikian berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian menunjukkan pendekatan 57.14 70 78.57 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Sebelum tindakan Target Siklus II Nilai tidak mencapai KKM Nilai mencapai KKM 21, 43 PMRI mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V di SDN Nyamaplung.Dengan tercapainya target yang ditetapkan oleh peneliti, maka penelitian dihentikan pada siklus II. 2 Penerapan Pendekatan PMRI dapat Meningkatkan Kerjasama antar Siswa Sebelum dilakukan penelitian terhadap pelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI, siswa kelas V SDN Nyamplung jarang melakukan pembelajaran secara berkelompok. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada guru kelas diketahui bahwa pembelajaran berkelompok di kelas V diatur oleh guru berdasarkan susunan baris meja yang ditempati oleh siswa. Ukuran satu kelompok dihitung berdasarkan meja siswa yang paling depan, kemudian ke arah belakang, dimana siswa tetap menempati tempat duduknya masing- masing dan terpisah dari kelompoknya. Karena itu, pembelajaran secara berkelompok yang dilakukan oleh siswa kelas V sebelum diadakan penelitin belum tampak memuaskan. Setelah dilakukan penelitian, hubungan kerjasama diantara para siswa menjadi lebih baik dibandingkan sebelum diadakan penelitian. Seperti dijabarkan berikut ini. 1. Penggunaan PMRI dalam pembelajaran siklus I a. Pertemuan pertama Pada pertemuan pertama yang dilakukan pada 18 April 2013 pukul 07.00-08.10 wib, banyak siswa yang tampak enggan untuk belajar secara bersama-sama di dalam kelompok. Hal tersebut tampak pada waktu yang digunakan oleh siswa untuk bergabung bersama dengan kelompoknya cukup memakan waktu yang lama. Selama pembelajaran, siswa mengerjakan LKS secara sendiri-sendiri tanpa ada komunikasi dengan sesama anggota kelompok, ketua kelompok juga belum menunjukkan kemampuan untuk mengkoordinasi para anggotanya. Ketika mempresentasikan hasil pekerjaan kelompoknya, tidak semua siswa dilibatkan oleh kelompok. Hal tersebut menunjukkan karakteristik interaktivitas belum berjalan dengan baik pada pertemuan pertama, seperti tampak pada gambar di bawah ini. Gambar 4.9: Kelompok “persegi panjang” ketika presentasi b. Pertemuan ke dua Pertemuan ke dua dilakukan pada 19 April 2013, pukul 07.00-08.10 wib. Berdasarkan pengalaman yang peneliti amati selama proses pembelajaran pada pertemuan ke dua, maka peneliti meminta guru untuk lebih mengaktifkan siswa di kelas dan meminta ketua kelompok untuk membagi tugas kepada masing- masing anggota kelompoknya berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh anggotanya. Dengan demikian setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggungjawab yang sama dalam mengerjakan LKS. Ketika pembelajaran berlangsung, siswa semakin antusias terhadap pembelajaran, terlebih ketika guru memunculkan miniatur bangunan dan membuat cerita yang berhubungan dengan miniatur tersebut. Banyak siswa yang terarik untuk bertanya dan berkomunikasi dengan teman-teman kelompoknya tentang proses pembelajaran. Setelah menjelaskan proses pembelajaran, guru membuat cerita tersebut menjadi sebuah LKS, pada saat tersebutlah tampak kemajuan yang ditunjukkan oleh masing- masing kelompok dalam bekerjasama. Dimana setiap kelompok bisa membagi anggotanya untuk mengerjakan tugas yang telah dibagikan oleh ketua kelompoknya, seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 4.10: Siswa mengukur Sisi bangun yang berbentuk persegi c. Pertemuan ke tiga Pertemuan ke tiga dilakukan pada 24 April 2013, pukul 07.00-08.10 wib guna mengevaluasi hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan pendekatan PMRI, serta dilakukan penyebaran kuesioner kepada siswa untuk mengetahui tingkat kerjasama yang terjadi diantara para siswa. Namun pada pertemuan ke tiga, ada satu orang siswa yang tidak hadir. Oleh karena itu kuesioner diisi oleh 13 orang siswa kelas V, dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4.9: Hasil Kuesioner Kerjasama Siswa Kelas V No Variabel Indikator Target Siklus I Pengumpulan Instrumen 1 Kerjasama Rata-rata skor kerjasama antar siswa Presentase kerjasama antar siswa 175 70 70 179 71,6 71,6 Kuesioner dan wawancara siswa Lembar Kuesioner dan Lembar wawancara siswa Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada siswa kelas V pada siklus I, tampak bahwa kerjasama diantara para siswa telah melebihi target dari peneliti. Akan tetapi kuesioner tersebut diisi oleh 13 orang siswa kelas V serta dalam pelaksanaannya peneliti menemukan dua orang siswa yang terlihat pasif selama pertemuan pertama dan ke dua. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara kepada kedua orang tersebut guna mengetahui tingkat kerjasama yang dilakukan dalam pembelajaran selama siklus I. Dari hasil wawancara kedua orang siswa tersebut, diperoleh data bahwa hubungan kerjasama diantara para siswa belum berjalan dengan baik pada seluruh siswa kelas V. Dengan demikian maka penelitian terhadap kerjasama antar siswa dilanjutkan pada siklus II. 2. Penggunaan PMRI dalam pembelajaran siklus II a. Pertemuan pertama Peremuan pertama siklus II dilakukan pada 25 April 2013, pukul 07.00-08.10 wib. Hubungan kerjasama yang terjalin diantara siswa kelas V pada pertemuan pertama siklus II menunjukkan perbaikan yang signifikan, dimana siswa sudah mengetahui tata cara dan pembagian tugas dalam belajar bersama secara berkelompok. Oleh karena itu selama pembelajaran guru kelihatan lebih mudah dalam mengkoordinasi kelompok karena ketua kelompok telah menjalankan tugasnya dengan baik. Siswa dalam belajar saling berbagi dalam pengetahuan dan membantu teman yang mengalami kesulitan ketika mengerjakan LKS. Hubungan kerjasama antar siswa di dalam kelompok pada siswa kelas V diantaranya tampak pada gambar berikut. Gambar 4.11: Kerjasama kelompok mengerjakan LKS Dengan demikian, pelaksanaan kerjasama diantara siswa kelas V telah memunculkan salah satu karakteristi PMRI yaitu interaktivitas, yaitu dengan terciptanya hubungan komunikasi dan kebersamaan yang baik diantara siswa dalam kelompok. b. Pertemuan ke dua Pertemuan ke dua pada siklus II dilakukan pada 26 April 2013, pukul 07.00-08.10 wib. Pertemuan dilakukan untuk mengevaluasi siswa serta mengukur tingkat kerjasama yang terjalin diantara siswa melalui penyebaran kuesioner dan wawancara terhadap siswa yang dipilih secara acak. Berdasarkan kuesioner yang disebarka, terdapat perubahan yang signifikan terhadap hubungan kerjasama yang terjadi diantara para siswa kelas V, yaitu meningkatnya tingkat rata-rata kerjasama diantara para siswa, dimana sebelum tindakan penelitian dilakukan rata-rata kerjasama antar siswa adalah 167 66,8, setelah dilakukan penelitian pada siklus II menjadi 192 76,8. Serta terjadi peningkatan terhadap presentase kerjasama diantara para siswa seperti yang tampak pada diagram di bawah ini. Diagram 4.3: Peningkatan Persentase Hubungan Kerjasama antar siswa Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada siswa kelas V pada siklus II, tampak bahwa kerjasama diantara para siswa telah mengalami peningkatan dari sebelum tindakan dilakuka, yaitu naik menjadi 10 . Oleh karena itu, guna mengetahui pelaksanaan kerjasama di dalam kelompok, maka peneliti melakukan wawancara kepada tiga orang siswa yang dipilih secara acak. Hasil wawancara menunjukkan bahwa hubungan 66.8 70 76,8 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Sebelum tindakan Target Siklus II siswa yang kurangtidak bisa bekerjasama Siswa yang dapat bekerja sama 10 kerjasama yang terjalin diantara para siswa kelas V berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan. Dengan demikian, berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, menunjukkan bahwa penggunaan penggunaan pendekatan PMRI dengan belajar secara berkelompok pada mata pelajaran matematika mampu meningkatkan prestasi dan kerjasama antar siswa kelas V. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Allport dalam Miftahul Huda 2011: 5 yang menyebutkan adanya perbedaan yang menonjol dalam hal kualitas dan kuantitas kerja individu-individu ketika mereka mau membuka diri untuk saling mendengarkan dan peduli pada hasil kerja satu sama lain, dimana kelompok yang bekerjasama cendrung berfikir lebih efisien daripada satu anggota terbaik yang berada di dalam kelompok tersebut bekerja secara sendirian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap pelajaran matematika pada siswa kelas V di SDN Nyamplung dengan jumlah 14 orang siswa tahun ajaran 20122013 dengan menggunakan pendekatan PMRI,dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Pendekatan PMRI meningkatkan prestasi belajar para siswa kelas V melalui proses pembelajaran yang menggunakan permasalahan kontekstual, penggunaan model untuk matematisasi progresif, pemanfaatan hasil konstruksi siswa, adanya interaktifitas dan keterkaitan.Setelah dilakukan penelitian terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan PMRI, telah terjadi peningkatan terhadap nilai siswa yang mencapai KKM, yaitu sebanyak 21,43 dari 57,14 8 siswa dari 14 siswakelas V sebelum penelitian, menjadi 78, 57 11 siswa dari 14 siswakelas V setelah dilakukan penelitian menggunakan pendekatan PMRI terhadap pelajaran matematika. 2. Pendekatan PMRI meningkatkan kerjasama diantara para siswa kelas V melalui proses interaktifitas diantara siswa dalam kelompok, serta pemanfaatan hasil konstrksi siswa yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pendapat dan pengetahuan baru dalam belajar. Dengan penerapan pendekatan PMRI pada pelajaran 123