Sedangkan untuk menguji signifikansinya dapat dilihat dari kolom Sig. Probabilitas ditunjukkan dengan nilai 0,000 yang berarti nilai ini
berada di bawah taraf signifikan 5 0,05, oleh karena Sig ≤ 0,05 0,000
≤ 0,05 maka dapat dikatakan Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja secara bersama-
sama berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Dari hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan
terhadap loyalitas karyawan.
D. Pembahasan
1. Kontribusi Gaya Kepemimpinan Terhadap Loyalitas Karyawan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan.
Kesimpulan ini didukung hasil perhitungan yang menunjukkan nilai sig probabilitas sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya gaya kepemimpinan berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Kontribusi variabel gaya kepemimpinan
terhadap loyalitas karyawan merujuk pada nilai Beta β pada variabel gaya
kepemimpinan sebesar 0,211 yang artinya bahwa gaya kepemimpinan berkontribusi terhadap loyalitas sebesar 22,3.
Berdasarkan analisis deskripsi data responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar jawaban responden mengenai gaya kepemimpinan
adalah mendukung. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mendukung berjumlah 33
responden atau sebesar 94,3 dari total keseluruhan 35 responden, sedangkan analisis deskripsi data tentang loyalitas karyawan yang menunjukkan bahwa
sebagian besar responden termasuk dalam kategori loyalitasnya tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang loyalitasnya tinggi berjumlah 32
responden atau sebesar 91,4. Responden menjawab tinggi yang artinya gaya kepemimpinan
mendukung dikarenakan responden merasa bahwa pemimpin melakukan tugasnya dengan baik sehingga responden mau bekerja sesuai dengan tujuan
perusahaan. Yang meliputi: cara atasan memberi tugas, cara atasan menetapkan standar dan prosedur kerja, cara atasan memperlakukan
karyawan, cara atasan memperhatikan karyawan hal ini menjadikan karyawan termotivasi dan lebih bersemangat dalam bekerja sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai dengan baik. Responden yang menjawab netral dan tidak mendukung tentang gaya kepemimpinan dikarenakan adanya beberapa
responden yang memiliki sifat pribadi, hubunga responden dengan pemimpin biasa-biasa saja.
Gaya kepemimpinan yang dianggap mendukung harus dipertahankan oleh pemimpin di HS Silver, salah satunya dilakukan dengan cara pemimpin
yang selalu memperhatikan respondennya dalam bekerja, memantau setiap kegiatan responden, pemimpin memperlakukan responden dengan baik
sehingga responden merasa bersemangat dalam bekerja dan terjalin hubungan kekeluargaan.
Sedangkan gaya kepemimpinan yang tidak mendukung tentunya akan menjadi penghambat dalam responden dalam bekerja yang nantinya akan
mengakibatkan responden tidak betah dan kurang bersemangan dalam bekerja diperusahaan. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas hubungan antara
pemimpin dengan responden. Peran seorang pemimpin dalam suatu perusahaan sangatlah penting,
pemimpin yang menjalankan tugasnya dengan baik sesuai prosedur perusahaan akan membawa perusahaan dalam keberhasilan, pemimpin yang
dapat memberikan motivasi kepada karyawannya untuk melakukan pekerjaannya dengan baik dirasa akan membuat seorang karyawan dapat
lebih bersemangat dalam bekerja, hal ini akan menjadi timbal balik yaitu hubungan yang baik antara pemimpin dan karyawan.
Dari hasil analisis data dan pengamatan penelitin diketahui bahwa variabel gaya kepemimpinan merupakan perilaku pemimpin dalam
menggerakkan karyawannya sehingga mau bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan. Perilaku tersebut meliputi, cara pemimpin dalam memberikan
tugas, cara pemimpin memberi pengarahan ketika ia memberikan tugas kepada karyawan, cara pemimpin memperlakukan karyawan. Sebelum
karyawan bekerja, pemimpin memberi pengarahan kepada karyawannya tugas apa yang akan diselesaikan untuk satu hari, misalnya dalam
memproduksi perhiasan perak, setelah dilakukan arahan, pemimpin juga
menetapkan target yang harus dicapai karyawannya. Menurut pengamatan peneliti, pemimpin dapat berkomunikasi dengan baik sehingga karyawan
merasa tidak ada tekanan dalam melaksanakan tugas dari pemimpin. Dalam memproduksi perhiasan perak, tentunya dalam proses
pembuatan perak memerlukan kerjasama antara karyawan satu dengan yang lainnya, untuk itu dibutuhkan adanya solidaritas antar sesama karyawan
sehingga proses produksi perak dapat berjalan dengan lancar. Peran pemimpin disini menjelaskan dan mengarahkan tanggung jawab pekerjaan
yang harus karyawan selesaikan. Tugas seorang pemimpin tidak hanya itu saja, namun juga harus menunjukkan moral yang baik kepada karyawannya,
misalnya dengan berbicara dengan kata-kata yang baik dan membangun dalam menjelaskan ataupun menegur karyawan jika karyawan melakukan
suatu kesalahan, tidak hanya itu saja jika karyawan dituntut untuk mematuhi peraturan yang ada, pemimpin disini juga harus melakukan hal yang sama.
Seorang pemimpin yang sudah mencerminkan sikap yang baik misalnya saja dengan memberikan kesempatan kepada karyawannya untuk menyampaikan
pendapat mereka, akan lebih mudah untuk menggerakkan karyawannya untuk melakukan pekerjaannya dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab.
Oleh karena gaya pemimpin yang diciptakan pemimpin HS Silver Kotagede sesuai dengan harapan karyawannya, maka karyawan merasa
bahwa senang bekerja di HS Silver Kotagede dan tanpa sengaja ketika karyawan berada diluar jam kerja, mereka juga membicarakan hal yang baik
tentang HS Silver Kotagede. Para karyawan bangga menjadi bagian dari
perusahaan tersebut karena mereka merasa diperhatikan dan dipedulikan. Jika diamati, sebagian besar karyawan yang bekerja adalah lebih dari 15 tahun, hal
ini menunjukkan bahwa adanya loyalitas yang ditunjukkan karyawan terhadap perusahaan.
2. Kontribusi Motivasi Kerja Terhadap Loyalitas Karyawan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Kesimpulan ini
didukung hasil perhitungan yang menunjukkan nilai sig probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya
motivasi kerja berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Kontribusi variabel motivasi kerja terhdap loyalitas karyawan merujuk pada
nilai Beta β pada variabel motivasi kerja sebesar 0,405 yang artinya bahwa
motivasi kerja berkontribusi terhadap loyalitas sebesar 42,8. Berdasarkan analisis deskripsi data responden yang menunjukkan
bahwa sebagian besar jawaban responden mengenai motivasi kerja adalah tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang menunjukkan bahwa
motivasi kerja tinggi berjumlah 34 responden atau sebesar 97,1 dari total keseluruhan 35 responden, sedangkan analisis deskripsi data tentang loyalitas
karyawan yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam kategori loyalitasnya tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden
yang loyalitasnya tinggi berjumlah 32 responden atau sebesar 91,4. Responden menjawab tinggi dikarenakan responden merasa bahwa ada
faktor-faktor yang mendorong karyawan untuk melakukan kegiatan yang
menunjang proses produksi perusahaan. Faktor-faktor tersebut ditunjukkan dengan keinginan karyawan untuk mengembangkan ketrampilan. Misalnya
saja, jika seorang karyawan membuat perak seperti menyepuh, mencetak, akan lebih cepat selesai karyawan yang terampil daripada yang belum
trampil, hal ini akan membuat proses produksi perak selesai sesuai target yang diharapkan.
Motivasi yang timbul dari karyawan bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu dalam diri karyawan sendiri ataupun dari luar. Menurut pengamatan peneliti,
karyawan di HS Silver Kotagede memiliki semangat kerja tinggi untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab mereka yaitu memproduksi perak,
hal ini nampak dalam kehadiran karyawan untuk bekerja. Karyawan merasa sangat bertanggung jawab atas setiap penyelesaian pengerjaan perak setiap
harinya untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai dengan target yang telah ditetapkan setiap harinya. Hal tersebut juga tidak luput dari
perhatian dan pantauan seorang pemimpin yang selalu mengawasi dan mengontrol jalannya proses produksi perak, sehingga jika ada karyawan yang
merasa mengalami kesulitan ataupun kendala lain seperti masalah pribadi ataupun masih belum terampil dalam mengerjakan produksi perak, pemimpin
dapat memberi motivasi agar karyawannya merasa mereka diperhatikan. Karyawan yang telah menyelesaikan proses produksinya dengan baik juga
mendapat pujian dari pemimpin, agar tercipta hubungan yang baik antara karyawan dengan pemimpin sehingga dapat menjadi motivasi untuk
karyawan lain agar dapat bekerja dengan lebih giat lagi.
Karyawan yang merasa belum terampil dalam mengerjakan produksi perak seperti menyepuh, menyetak akan diberi pelatihan terlebih dahulu, hal
ini dimaksudkan supaya mereka dapat setara dengan karyawan lain yang sudah mahir dalam proses pembuatan perhiasan perak. Pelatihan ini tidak
hanya untuk karyawan yang belum terampil, tetapi juga untuk karyawan yang sudah terampil agar bisa lebih terampil. Hal ini menunjukkan bahwa
karyawan merasa bahwa pengetahuan dan kemampuan mereka berkembang. Motivasi positif yang timbul dari diri karyawan sehingga dapat
menyelasaikan tugas dan tanggung jawab dengan baik menunjukkan bahwa karyawan mempunyai keterikan dengan perusahaan sehingga karyawan
merasa yakin bahwa HS Sliver Kotagede akan terus berkembang. Dengan adanya motivasi yang timbul dari dalam diri karyawan untuk menjadi
karyawan yang disiplin dalam bekerja, dan adanya keterikatan dengan perusahaan, karyawan merasa betah dan tidak menerima tawaran perusahaan
pesaing. Kesetiaan dan semangat kerja inilah yang menunjukkan loyalitas
karyawan di HS Silver Kotagede. 3.
Kontribusi Lingkungan Kerja Terhadap Loyalitas Karyawan
Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa lingkungan kerja berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan.
Kesimpulan ini didukung hasil perhitungan yang menunjukkan nilai sig probabilitas sebesar 0,018 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima yang artinya lingkungan kerja berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Kontribusi variabel lingkungan kerja terhadap
loyalitas karyawan merujuk pada nilai Beta β pada variabel lingkungan
kerja sebesar 0,329 yang artinya bahwa lingkungan kerja berkontribusi terhadap loyalitas sebesar 34,8.
Berdasarkan analisis deskripsi data responden yang menunjukkan bahwa sebagian besar jawaban responden mengenai lingkungan kerja adalah
mendukung. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang menunjukkan bahwa lingkungan kerja mendukung berjumlah 33 responden atau sebesar
94,3 dari total keseluruhan 35 responden, sedangkan analisis deskripsi data tentang loyalitas karyawan yang menunjukkan bahwa sebagian besar
responden termasuk dalam kategori loyalitasnya tinggi. Hal ini ditunjukkan dari jumlah responden yang loyalitasnya tinggi berjumlah 32 responden atau
sebesar 91,4. Responden menjawab lingkungan kerja tinggi yang artinya mendukung
dikarenakan responden merasa bahwa lingkungan ditempat ia bekerja menciptakan suasana kekeluargaan dengan antara pemimpin dengan
karyawan, karyawan dengan karyawan, karyawan merasa nyaman bekerja di HS Silver, dan HS Silver memberikan rasa aman terhadap karyawan.
Lingkungan yang mendukung akan memudahkan jalannya kegiatan suatu organisasi yaitu perusahaan dalam proses pengerjaan produksi perak
karena lingkungan kerja yang kondusif akan meningkatkan kinerja yang baik yang nantinya akan menciptakan loyalitas dalam diri karyawan. Peneliti
mengamati dua hal dalam lingkungan kerja di HS Silver Kotagede, yaitu kondisi fisik dan non fisiknya. Terlihat bahwa fasilitas yang diperoleh
karyawan sudah layak, seperti tempat kerja yang nyaman dengan adanya perawatan alat kerja yang mereka gunakan dalam memproduksi perak
sehingga keamanan dalam keselamat kerja dapat terjamin, tempat karyawan pengrajin perak nampak bahwa terlihat nyaman dengan ventilasi yang cukup
dan penerangan yang baik yang sehingga tidak meruka mata sewaktu mereka bekerja. Adanya hubungan yang baik antara karyawan dengan karyawan dan
karyawan dengan pemimpin, hal ini terlihat dalam kekompakan dalam setiap menyelesaikan perhiasan perak. Jika salah satu mengalami kesulitan,
karyawan yang lain akan membantu sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Adanya hubungan yang baik juga tercipta karena karyawan
sebagian besar sudah bekerja selama puluhan tahun sehingga mereka merasa mengenal satu sama lainnya. Hal tersebut juga membuat karyawan merasa
mereka adalah bagian dari HS Silver Kotagede karena hubungan yang baik tercipta dengan pemimpin mereka.
Lingkungan yang baik dan kondusif yang telah diciptakan pemimpin HS Silver baik fisik maupun non fisik membuat karyawan merasa betah
bekerja. Mereka merasa dipedulikan sehingga merasa senang bekerja di HS Silver, hal ini nampak bahwa sebagian besar karyawan sudah puluhan tahun
bekerja disana, oleh karena hal diatas membuat karyawan merasa mempunyai tanggung jawab dan kesetiaan dalam bekerja yang menunjukkan loyalitas
mereka terhadap perusahaan.
4. Kontribusi Gaya Kepemimpinan, Motivasi Kerja, dan Lingkungan
Kerja Terhadap Loyalitas Karyawan
Hasil pengujian hipotesis keempat menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja secara bersama-sama
berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Kesimpulan ini didukung hasil perhitungan yang menunjukkan nilai sig probabilitas sebesar
0,000 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya gaya kepemimpinan, motivasi kerja dan lingkungan kerja secara bersama-
sama berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Gaya
kepemimpinan, motivasi
kerja, dan
lingkungan kerja
berkontribusi terhadap loyalitas karyawan merujuk pada nilai adjusted R square sebesar 0,604. Hal ini gaya kepemimpinan, motivasi kerja, dan
lingkungan kerja secara bersama-sama berkontribusi sebesar 60,4 terhadap loyalitas karyawan, sedangkan variabel lain di luar model berpengaruh
sebesar 39,6. Variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini misalnya adalah
pemberian kompensasi. Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa variabel gaya
kepemimpinan, motivasi kerja, dan lingkungan kerja secara bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap loyalitas karyawan. Loyalitas yang
tinggi yang disumbangkan karyawan untuk perusahaan tentunya didukung dengan gaya kepemimpinan yang baik yang sudah dilakukan oleh pemimpin
di HS Silver, bisa dikatakan berhasil membuat karyawan merasa bahwa bekerja bukan sebuah tekanan. Pentingnya komunikasi yang baik antara
pemimpin dengan karyawan dapat memperlancar proses produksi, hal ini disertai dengan pengarahan dengan jelas oleh pemimpin sebelum karyawan
melakukan tugasnya atau memproduksi perhiasan perak apa yang akan dikerjakan. Cara pemimpin memperlakukan karyawannya dengan baik, dapat
membuat karyawan betah sehingga karyawan dapat bekerja tidak dengan beban atau bekerja dalam sebuah tekanan. Oleh karena gaya pemimpin yang
diciptakan pemimpin HS Silver Kotagede sesuai dengan harapan karyawannya, maka karyawan merasa bahwa senang bekerja di HS Silver
Kotagede dan tanpa sengaja ketika karyawan berada diluar jam kerja, mereka juga membicarakan hal yang baik tentang HS Silver Kotagede. Para
karyawan bangga menjadi bagian dari perusahaan tersebut karena mereka merasa diperhatikan dan dipedulikan. Jika diamati, sebagian besar karyawan
yang bekerja adalah lebih dari 15 tahun, hal ini menunjukkan bahwa adanya loyalitas yang ditunjukkan karyawan terhadap perusahaan.
Motivasi yang timbul dalam diri karyawan untuk mengembangkan diri menjadi lebih trampil dalam melakukan proses produksi juga akan membantu
memperlancar jalannya produksi perusahaan. Dorongan dalam diri yang dimiliki karyawan untuk mencapai target maksimal setiap melaksanakan
proses produksi menjadi kekuatan perusahaan karena memiliki karyawan yang mampu dan mau bekerja tanpa adanya paksaan dari pemimpin. Motivasi
positif yang timbul dari diri karyawan sehingga dapat menyelasaikan tugas dan tanggung jawab dengan baik menunjukkan bahwa karyawan mempunyai
keterikan dengan perusahaan sehingga karyawan merasa yakin bahwa HS
Sliver Kotagede akan terus berkembang. Dengan adanya motivasi yang timbul dari dalam diri karyawan untuk menjadi karyawan yang disiplin dalam
bekerja, dan adanya keterikatan dengan perusahaan, karyawan merasa betah dan tidak menerima tawaran perusahaan pesaing. Kesetiaan dan semangat
kerja inilah yang menunjukkan loyalitas karyawan di HS Silver Kotagede.
Lingkungan yang baik dan kondusif yang telah diciptakan pemimpin HS Silver baik fisik maupun non fisik membuat karyawan merasa betah
bekerja. Hal tersebut juga didukung dengan adanya fasilitas yang diperoleh karyawan yang sudah layak, seperti tempat kerja yang nyaman dengan adanya
perawatan alat kerja yang mereka gunakan dalam memproduksi perak sehingga keamanan dalam keselamat kerja dapat terjamin, tempat karyawan
pengrajin perak nampak bahwa terlihat nyaman dengan ventilasi yang cukup dan penerangan yang baik yang sehingga tidak meruka mata sewaktu mereka
bekerja. Adanya hubungan yang baik antara karyawan dengan karyawan dan karyawan dengan pemimpin, hal ini terlihat dalam kekompakan dalam setiap
menyelesaikan perhiasan perak. Loyalitas karyawan tidak tercipta dalam sekejap, namun melalui proses
yang panjang. HS Silver Kotagede yang telah berdiri lama dapat membuktikan bahwa mereka mempunyai karyawan yang loyal kepada
perusahaannya. Hal ini terjadi karena faktor-faktor yang berkontribusi positif seperti ketiga variabel yang telah diteliti yaitu gaya kepemimpinan, motivasi
kerja, dan lingkungan kerja yang telah dijabarkan diatas.
117
BAB VI SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan masing-masing masalah penelitian yang telah diuraikan pada
bab V, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
berkontribusi paling besar yaitu sebesar 42,8, hal ini karena adanya dorongan dalam diri karyawan sehingga mau bekerja dengan
maksimal. Karyawan yang mempunyai motivasi yang tinggi dilansir akan menentukan sikap karyawan terhadap suatu pekerjaan. Motivasi
tinggi yang membuat karyawan akan bersemangat dalam bekerja, semangat inilah yang nantinya mengarah pada kemauan karyawan
untuk mengembangkan ketrampilannya. 2. Berdasarkan analisis deskripsi data responden menunjukkan bahwa
sebagian besar jawaban responden mengenai gaya kepemimpinan adalah mendukung yaitu sebesar 33 responden 94,3 dari
keseluruhan 35 responden. Sebagian besar jawaban dari responden adalah mendukung dikarenakan responden merasa bahwa cara
pemimpin memperlakukan karyawan, cara pemimpin memperhatikan karyawan sesuai dengan keinginan karyawan sehingga karyawan mau
bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan. Kesimpulan ini dengan nilai Sig 0,009 lebih kecil dari 0,05. Kontribusi variabel gaya
kepemimpinan merujuk pada nilai β sebesar 0,211 yang artinya bahwa