27
C. PERBEDAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM HAL
PROKRASTINASI AKADEMIK
Rueda menjelaskan bahwa masyarakat yang menganut sistem patriarki meletakkan laki-laki pada posisi dan kekuasaan yang dominan dibandingkan
perempuan. Laki-laki dianggap memiliki kekuatan lebih dibandingkan perempuan. Di semua lini kehidupan, masyarakat memandang perempuan
sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya dalam Wardani, 2009. Menurut Masudi seperti yang dikutip dalam Wardani 2009, sejarah
masyarakat patriarki sejak awal membentuk peradaban manusia yang menganggap bahwa laki-laki lebih kuat superior dibandingkan perempuan
baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun bernegara. Kultur patriarki ini secara turun-temurun membentuk perbedaan perilaku,
status, dan otoritas antara laki-laki dan perempuan di masyarakat yang kemudian menjadi hirarki gender.
Kata gender dalam istilah bahasa Indonesia sebenarnya berasal dari bahasa Inggris, yaitu gender. Jika dilihat dalam kamus bahasa Inggris, tidak
secara jelas dibedakan pengertian antara sex dan gender. Sering kali gender dipersamakan dengan seks dalam Nugroho, 2011.
Nugroho 2011 dalam bukunya menjelaskan bahwa untuk memahami konsep gender, maka harus dibedakan antara kata gender dengan seks jenis
kelamin. Seks jenis kelamin merupakan pembagian dua jenis kelamin penyifatan manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis
28
kelamin tertentu. Misalnya bahwa laki-laki memiliki penis, jakala kala menjing
, dan memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi, seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi sel
telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat untuk menyusui. Hal tersebut secara biologis melekat pada manusia yang berjenis kelamin perempuan
maupun laki-laki. Artinya bahwa secara biologis alat-alat tersebut tidak dapat dipertukarkan antara alat biologis yang melekat pada laki-laki dan perempuan.
Secara permanen tidak berubah dan merupakan ketentuan biologis atau sering dikatakan sebagai kodrat ketentuan Tuhan.
Istilah gender pertama kali diperkenalkan oleh Robert Stoller 1968 untuk memisahkan pencirian manusia yang didasarkan pada pendefinisian
yang bersifat sosial budaya dengan pendefinisian yang berasal dari ciri-ciri fisik biologis. Sedangkan Ann Oakley mengartikan gender sebagai konstruksi
sosial atau atribut yang dikenakan pada manusia yang dibangun oleh kebudayaan manusia. Oakley juga menuturkan bahwa gender berarti
perbedaan yang bukan biologis dan bukan kodrat Tuhan. Perbedaan biologis merupakan perbedaan jenis kelamin sex adalah kodrat Tuhan maka secara
permanen berbeda dengan pengertian gender. Sedangkan gender merupakan behavioral differences
perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan ketentuan Tuhan
melainkan diciptakan oleh manusia bukan kodrat melalui proses sosial dan kultural yang panjang dalam Nugroho, 2011.
29
Sementara itu, Kantor Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, mengartikan gender sebagai peran-peran sosial yang
dikonstruksikan oleh masyarakat, serta tanggung jawab dan kesempatan laki- laki dan perempuan yang diharapkan masyarakat agar peran-peran sosial
tersebut dapat dilakukan oleh keduanya. Sedangkan dalam Women’s Studies
Encyclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang
berupaya membuat pembedaan distinction dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang
berkembang dalam masyarakat dalam Nugroho, 2011. Selain itu, konsep lain mengenai gender yaitu sifat yang melekat pada
kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut,
cantik, emosional, atau keibuan. Sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat itu merupakan sifat yang dapat
dipertukarkan. Artinya, ada laki-laki yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara juga ada perempuan yang kuat, rasional, dan perkasa Mansour
Fakih dalam Nugroho, 2011. Dari beberapa pengertian yang telah disebutkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa gender adalah suatu konstruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah
tergantung dari tempat, waktu zaman, suku ras bangsa, budaya, status sosial, pemahaman agama, negara, ideologi, politik, hukum, dan ekonomi.