Uji Homogenitas Uji Asumsi
61
; ME perempuan= 93,1125 dan Mean Teoritis MT=100, terlihat bahwa keduanya memiliki tingkat prokrastinasi yang sama-sama rendah.
Burka dan Yuen dalam Adi, 2012 menyebutkan bahwa budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya
perilaku prokrastinasi. Oleh karena itu, pada bagian latar belakang, peneliti beranggapan bahwa akan ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tuntutan sosial masyarakat sesuai budaya yang melatarbelakanginya, dalam
hal ini adalah budaya patriarki. Pada umumnya, sistem patriarki yang berkembang dalam masyarakat memunculkan atau membentuk sikap peran
gender tradisional pada masyarakat Lianawati, 2008. Peneliti memilih budaya patriarki karena budaya ini masih cukup berpengaruh di tengah
masyarakat, termasuk mempengaruhi perbedaan tuntutan sosial antara laki- laki dan perempuan dalam masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Retnowulandari
2010 dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa budaya patriarki merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan masih mengakar di
masyarakat hingga saat ini. Berbicara mengenai budaya patriarki, tentu saja akan berkaitan dengan
peran gender. Hal ini karena dalam budaya patriarki masih terasa perbedaan peran yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang
dianggap sebagai sosok superior memiliki tuntutan sosial yang lebih tinggi dan berbeda dibandingkan dengan perempuan sebagai sosok inferior.
62
Berangkat dari konsep tersebut, maka peneliti melihat masih adanya stereotype
mengenai pekerjaan yang dirasa pantas dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Sebagai contoh, sejauh ini masih ada anggapan bahwa laki-laki
memiliki peran sebagai pencari nafkah, sedangkan perempuan memiliki peran gender sebagai perawat, pengasuh, dan pendidik anak Nugroho, 2011.
Nugroho 2011 juga menjelaskan bahwa dalam setiap budaya muncul stereotype
tertentu mengenai sesuatu yang pantas bagi perempuan maupun laki-laki. Isi stereotype juga dapat berubah-ubah tergantung dalam kurun
waktu tertentu, meskipun selalu ada stereotype tertentu yang muncul dalam membedakan peran antara laki-laki maupun perempuan. Hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara mahasiswa laki-laki dan perempuan memperlihatkan bahwa hasil
penelitian cukup sejalan dengan pendapat diatas yang menyebutkan bahwa isi stereotype
dapat berubah-ubah tergantung kurun waktu tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa seiring kemajuan jaman, tuntutan sosial
yang menyebabkan perbedaan stereotype peran laki-laki dan perempuan dalam masyarakat sudah tidak memberikan pengaruh yang begitu kuat
terhadap prokrastinasi akademik. Seiring dengan semakin majunya perkembangan jaman, terlihat bahwa
pandangan masyarakat yang menyebutkan apa yang seharusnya perlu dan pantas dilakukan oleh laki-laki dan perempuan dalam masyarakat terlihat
mulai melunak. Dewasa ini semakin terasa bahwa laki-laki dan perempuan