Uji Normalitas Uji Asumsi

60 Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh taraf signifikansi atau nilai p sebesar 0,434. Karena hipotesis peneliti bersifat one-tailed , maka pengujian hipotesis dilakukan dengan p2 atau membagi dua nilai signifikansi atau p-value two-tailed Uyanto, 2009. Oleh karena itu, peneliti melakukan penghitungan taraf signifikansi atau nilai p one- tailed dengan cara 0,4342 sehingga diperoleh nilai p sebesar 0,217 p0,05. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dikatakan bahwa hipotesis dalam penelitian ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan p:0,217 0,05 tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa laki-laki n=80 ; M= 94,6375; SD= 11,78606 dan mahasiswa perempuan n=80 ; M= 93,1125; SD= 12,77977.

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis Independent Sampe T-test dalam program SPSS 19 for Windows diperoleh nilai p sebesar 0,217 p 0,05 yang berarti hipotesis dalam penelitian ini ditolak dan Ho diterima. Dengan demikian, berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa ternyata tidak ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Berdasarkan perbandingan Mean Empiris ME laki-laki= 94,6375 61 ; ME perempuan= 93,1125 dan Mean Teoritis MT=100, terlihat bahwa keduanya memiliki tingkat prokrastinasi yang sama-sama rendah. Burka dan Yuen dalam Adi, 2012 menyebutkan bahwa budaya merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya perilaku prokrastinasi. Oleh karena itu, pada bagian latar belakang, peneliti beranggapan bahwa akan ada perbedaan tingkat prokrastinasi akademik antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan tuntutan sosial masyarakat sesuai budaya yang melatarbelakanginya, dalam hal ini adalah budaya patriarki. Pada umumnya, sistem patriarki yang berkembang dalam masyarakat memunculkan atau membentuk sikap peran gender tradisional pada masyarakat Lianawati, 2008. Peneliti memilih budaya patriarki karena budaya ini masih cukup berpengaruh di tengah masyarakat, termasuk mempengaruhi perbedaan tuntutan sosial antara laki- laki dan perempuan dalam masyarakat. Hal ini diperkuat oleh Retnowulandari 2010 dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa budaya patriarki merupakan salah satu budaya yang cukup berpengaruh dan masih mengakar di masyarakat hingga saat ini. Berbicara mengenai budaya patriarki, tentu saja akan berkaitan dengan peran gender. Hal ini karena dalam budaya patriarki masih terasa perbedaan peran yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan. Laki-laki yang dianggap sebagai sosok superior memiliki tuntutan sosial yang lebih tinggi dan berbeda dibandingkan dengan perempuan sebagai sosok inferior.