58
D. Pembahasan Hasil Penelitian Pelaksanaan Katekese di Lingkungan
Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.
Pada bagian ini, penulis akan membahas hasil penelitian berdasarkan angket dan wawancara terhadap umat serta tokoh umat Lingkungan Santo Longinus
Naisau B. Peneliti menggabungkan pembahasan hasil penelitian menurut sudut pandang masing-masing yaitu sudut pandang dari umat dan sudut pandang dari
tokoh umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B. Setelah diketahui hasilnya, maka hasil tersebut akan dibahas oleh peneliti. Pembahasan hasil penelitian
menyangkut aspek yang diteliti yakni identitas responden, gambaran pelaksanaan katekese dan tanggapan umat.
a. Identitas Responden
Gambaran yang diungkap mengenai identitas responden yaitu nama, jenis kelamin, usia dan pekerjaan. Dari 50 responden yang diteliti, responden yang
paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan dan sebagian besar responden yang mengisi kuesioner berusia 37 tahun ke atas. Artinya umat yang selalu aktif
mengikuti kegiatan katekese ialah orang tua. Dengan latar belakang pendidikan SD, SMP dan bahkan ada yang tidak sekolah. Pekerjaan mereka pada umumnya
sebagai petani dan lain-lain misalnya ibu rumah tangga dan PNS.
b. Gambaran Pelaksanaan Katekese Di Lingkungan Santo Longinus Naisau
B
Berdasarkan hasil penelitian responden yang paling banyak menyatakan bahwa katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B kadang-kadang
dilaksanakan. Misalnya 2 bulan sekali baru dilaksanakan katekese atau pada saat bulan Kitab Suci. Namun, pada masa adven tahun 2014 mereka melaksanakan
59
katekese secara rutin. Tema yang selama ini digunakan dalam katekese biasanya sesuai dengan buku panduan yang diberikan oleh paroki. Karena tema yang
digunakan hanya bertolak dari buku panduan maka bahan dan Kitab Suci yang dikomunikasikan kurang mengena atau belum menyentuh pengalaman hidup
umat. Dengan demikian, iman umat menjadi kurang berkembang baik di keluarga, lingkungan maupun masyarakat sekitarnya. Padahal tujuan utama katekese adalah
untuk membantu umat beriman agar semakin bersatu dengan hidup Yesus Kristus. Artinya umat menjalin hubungan yang personal dengan pribadi Yesus sehingga
mereka dapat meneladani dan menemukan Yesus Kristus dalam setiap pengalaman hidup sehari-hari.
Menurut penulis, hal tersebut dikarenakan pendamping katekese kurang memiliki pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang katekese maupun
proses pelaksanaan katekese sehingga mereka mengalami kesulitan untuk merumuskan tema yang sesuai dengan situasi umat setempat. Supaya tema yang
digunakan bertitik tolak dari pengalaman umat maka diharapkan seorang pendamping harus memiliki ketrampilan yang memadai serta mengenal situasi
umat misalnya latar belakang, budaya hidup umat sehingga pemilihan tema, media dan metode sesuai dengan kebutuhan umat.
Dalam berkatekese media merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung
kelancaran proses
katekese dalam
membantu umat
mengkomunikasikan imannya. Karena dengan menggunakan media membuat suasana semakin hidup, umat merasa terinspirasi setelah melihat dan
mendengarkan cerita atau lagu-lagu. Media yang digunakan juga harus menarik dan bervariasi sehingga umat tidak merasa bosan. Namun, kenyataannya di
60
Lingkungan Santo Longinus Naisau B belum menggunakan media dan metode yang bervariasi sehingga masih terkesan kaku dan kurang menarik. Media yang
digunakan dalam pelaksanaan katekese hanya sebatas lagu-lagu. Ketika penulis mewawancarai beberapa responden RP
1
, RP
2
dan RL
6
mereka mengatakan memang selama ini media yang digunakan hanya lagu-lagu. Itu pun tidak
mendalami lagu tersebut karena bingung mau dikemas seperti apa. Selain penggunaan media dalam pelaksanaan katekese, metode juga sangat
penting dalam
pelaksanaan katekese
guna mendukung
kelancaran pelaksanaannya. Metode yang digunakan di Lingkungan Santo Longinus Naisau
B ialah metode ceramah. Di sini pendamping berperan penuh sehingga umat hanya mendengarkan selama proses katekese berlangsung. Selain itu, umat juga
merasa tegang, kaku dan terlalu serius dalam mengikuti katekese. Dari kenyataan ini, dapat dimengerti bahwa para pendamping kurang memahami mengenai
keunggulan katekese umat. Oleh karena pengenalan mereka sangat terbatas maka dalam proses pelaksanaan katekese mereka menggunakan metode ceramah.
Penggunaan metode ceramah dalam pelaksanaan katekese membuat umat menjadi pasif dan tidak terbiasa sharing. Namun, ada pendamping RL
8
yang sudah menerapkan metode sharing pengalaman. Oleh sebab itu, umat Lingkungan Santo
Longinus Naisau B mengharapkan seorang pendamping yang memiliki ketrampilan dalam hal berkomunikasi. Misalnya seorang pendamping yang
memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan umat dalam hal penggunaan bahasa sehingga umat memahami materi atau pesan yang
disampaikan. Berkaitan dengan ketrampilan dalam berkomunikasi, pendamping tidak merasa kesulitan dan sebaliknya umat juga tidak mengalami kesulitan dalam
61
memahami bahasa yang disampaikan oleh pendamping karena penyampaiannya jelas dan sederhana. Artinya sesuai dengan bahasa setempat.
c. Tanggapan Umat atau Partisipasi Umat dalam Mengikuti Pelaksanaan
Katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B
Hasil penelitian terhadap 50 responden menunjukkan bahwa partisipasi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B dalam mengikuti katekese sangat
minim. Misalnya hanya sebagian umat yang terlibat mengikuti pelaksanaan katekese di lingkungan. Banyak faktor yang mempengaruhi umat tidak mengikuti
kegiatan di lingkungan antara lain relasi antar anggota keluarga kurang harmonis, tidak ada dukungan satu sama lain merupakan salah satu dampak dari kurangnya
keterbukaan antar anggota keluarga. Selain itu, umat sendiri kurang menyadari akan pentingnya mengikuti pelaksanaan katekese.
Partisipasi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B tidak hanya dilihat dari kehadiran umat dalam mengikuti kegiatan katekese tetapi dilihat dari
keaktifan umat dalam mensharingkan pengalamannya selama proses katekese berlangsung. Sesuai pengamatan penulis selama mengikuti pendalaman adven
2014, sebagian besar umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B masih pasif untuk mensharingkan pengalamannya. Mereka merasa kurang percaya diri dan
sulit membahasakan pengalaman yang akan diungkapkan. Hal tersebut memang secara umum terjadi di lingkungan-lingkungan lainnya. Dari situasi ini, penulis
memahami bahwa wajar saja umat kurang percaya diri dan sulit mengungkapkan pengalamannya karena selama pelaksanaan katekese, para pendamping kurang
menerapkan metode sharing pengalaman iman. Hanya sebagian kecil umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B aktif mensharingkan pengalamannya.
62
Mereka tidak mengalami kesulitan dalam mensharingkan pengalamannya karena sesuai dengan pengalaman nyata.
Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B mengatakan bahwa setelah mengikuti pelaksanaan katekese, mereka semakin mengalami nilai-nilai Kerajaan
Allah dalam kehidupan sehari-hari. Responden lain mengatakan dengan mengikuti pelaksanaan katekese mereka merasa semakin dekat dengan Tuhan. Hal
ini berarti sebagian besar umat mengalami manfaat setelah mengikuti katekese. Katekese
yang menjadi
harapan umat
Lingkungan Santo
longinus Naisau B ialah: katekese yang bermakna bagi umat artinya semakin memperkembangkan iman umat, waktu pelaksanaan katekese tidak terlalu lama
sehingga umat tidak merasa bosan, mengantuk dan kaku. Umat mengharapkan agar pendamping lebih kreatif dalam memilih tema dan menerapkan metode
sharing pengalaman iman supaya semakin banyak umat yang terlibat. Selain itu, seorang pendamping RL
8
yang diwawancarai penulis, mengharapkan bahwa umat juga harus memperkembangkan kesadaran mereka untuk terlibat aktif
dalam mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan tersebut dengan tujuan untuk mengembangkan iman dan mewujudkannya baik di tengah keluarga, lingkungan
maupun masyarakat sekitarnya.
E. Kesimpulan Hasil Penelitian