xvii
DAFTAR SINGKATAN A.
SINGKATAN KITAB SUCI
Gal : Galatia
Kis : Kisah Para Rasul
Mrk : Markus
Rm : Roma
Yak : Yakobus
B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA
AA : Apostolicam Actuositatem: Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Kerasulan Awan, 18 November 1965 CT
: Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979 DV
: Dei Verbum: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Wahyu Ilahi 18 November 1965
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang
Gereja, 21 November 1964 PUK
: Petunjuk Umum Katekese: Departemen Dokumentasi dan Penerangan KWI, Juli 2000
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
xviii
C. SINGKATAN LAIN
Art : Artikel
KK : Kepala Keluarga
PNS : Pegawai Negeri Sipil
SD : Sekolah Dasar
SMP : Sekolah Menengah Pertama
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Katekese merupakan bagian utuh dari kegiatan pastoral dan misioner Gereja secara keseluruhan yang mencakup seluruh komponen yang ada di paroki
atau tempat tertentu antara lain seperti keluarga, komunitas paroki, sekolah- sekolah dan organisasi-organisasi Katolik lainnya. Komunitas yang ada itu saling
bekerjasama untuk menyusun sebuah program pembinaan iman yang secara matang-matang dipersiapkan dan dilaksanakan dengan sepenuh hati demi
pengembangan iman umat yang berlangsung secara berkelanjutan. Katekese sesungguhnya merupakan kegiatan mewartakan Yesus Kristus
atau kabar gembira bagi umat secara berkelanjutan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka merasa terbantu untuk semakin mengenal,
mencintai, dan mengimani Yesus Kristus. Hal ini ditegaskan oleh Paus Yohanes Paulus II dalam Catechesi Tradendae,
art. 20 bahwa “yang menjadi tujuan katekese ialah “mengembangkan iman yang bertumbuh dari hari ke-hari menuju
kepenuhan yang semakin memantapkan hidup beriman bagi kaum muda maupun kaum dewasa yang merangsang pengetahuan maupun penghayatan iman”. Artinya
katekese mencakup seluruh proses pengajaran, pendalaman, dan pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang dewasa dalam iman, dalam konteks
kultural tertentu. Telaumbanua 1999: 87 mengemukakan gagasan katekese umat sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antar anggota jemaat atau
1
2
kelompok. Para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga iman masing- masing diteguhkan dan dihayati secara sempurna.
Katekese sebagai salah satu usaha mengkomunikasikan nilai-nilai Kristiani, tidak boleh lepas dari situasi komunitas karena katekese berasal dari
hidup umat, menjadi tanggungjawab seluruh umat, dan demi pengembangan iman setiap umat. Komunitas merupakan tempat pokok umat menghayati dan
mengembangkan imannya. Meskipun demikian, perlu ditegaskan bahwa yang menjadi pusat utama dalam katekese adalah Yesus Kristus sendiri. Kristus
menjadi tujuan, pelaku, sumber dan pola katekse. Dalam membantu mengembangkan iman umat diperlukan sebuah metode
katekese yang baik, yaitu metode yang cocok dengan situasi umat sehingga membantu umat untuk mampu mengungkapkan imannya serta mampu
mewujudkan iman tersebut dalam tindakan konkret dalam keluarga, lingkungan, maupun dalam bermasyarakat sesuai tuntutan zaman modern ini. Misalnya,
katekese yang dikenal dengan model pengalaman hidup. Model ini menekankan pentingnya partisipasi aktif para peserta dalam katekese. Artinya, partisipasi itu
berdasarkan pengalaman hidup peserta yang diungkapkan dan direfleksikan secara kritis sehingga ditemukan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup
mereka Heryatno, 2008:70. Oleh karena itu, semua umat harus bekerjasama dengan melibatkan seluruh kegiatan inti dari seluruh komponen dan daya yang
ada dalam komunitas paroki secara menyeluruh.
Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B adalah salah satu medan pastoral kaum awam, khususnya para katekis dalam membina iman anak-anak,
3
kaum muda, dan orang dewasa demi perkembangan iman umat setempat. Kegiatana pembinaan iman yang dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus
Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua hanya berbentuk ibadat sabda, rosario dan ziarah. Sedangkan katekese sama sekali tidak diprioritaskan karena
katekis tidak memiliki kemampuan mengorganisir atau tidak mengetahui metode katekese yang bisa digunakan sesuai dengan realita yang terjadi dalam kehidupan
umat. Hal ini juga menjadi sulit bagi umat untuk merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang sudah mereka hayati, seperti persaudaraan, kepedulian, gotong
royong yang bisa diinterpretasikan dengan nilai-nilai Injil. Artinya, mereka menghayati tetapi tidak mengetahui makna yang secara mendalam karena
kurangnya komunikasi iman. Karena itu, pemahaman mengenai katekese harus mendapat prioritas bagi para pewarta iman, khususnya katekis. Seorang katekis
harus memiliki kemampuan memimpin dengan metode yang variatif sehingga dapat membantu umat untuk bisa menggali pengalaman hidupnya. Dengan
demikian, tujuan membantu umat mengembangkan penghayatan iman mereka melalui ketekese dapat tercapai. Iman perlu dihidupkan secara terus menerus
melalui perjumpaan dan pengungkapan yang terlaksana lewat komunikasi iman. Oleh karena itu, penulis ingin menawarkan pemikiran dalam bentuk
skripsi, yakni pembahasan tentang katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa
Sesilia Kotafoun-Atambua. Artinya, penulis ingin memberikan gambaran umum mengenai katekese dan metode-metode yang perlu diketahui oleh para
pendamping katekese. Melalui katekese seluruh umat dapat didorong untuk
4
semakin menghayati imannya dan berjuang demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka. Penulis merumuskan judul skripsi sebagai
berikut:
“Katekese Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun
Atambua”. Penulis meyakini bahwa pastoral katekese sesungguhnya menjadi alat
untuk mengkomunikasikan seluruh pengalaman hidup umat dan membantu meningkatkan penghayatan iman mereka.
B. Rumusan Masalah