4
semakin menghayati imannya dan berjuang demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka. Penulis merumuskan judul skripsi sebagai
berikut:
“Katekese Sebagai Usaha untuk Meningkatkan Penghayatan Iman Umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun
Atambua”. Penulis meyakini bahwa pastoral katekese sesungguhnya menjadi alat
untuk mengkomunikasikan seluruh pengalaman hidup umat dan membantu meningkatkan penghayatan iman mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penulisan ini, sebagai berikut:
1. Apa itu pokok-pokok katekese dan penghayatan iman?
2. Sejauhmana kegiatan katekese dilaksanakan di Lingkungan Santo Longinus
Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua telah berhasil untuk meningkatkan penghayatan iman umat?
3. Katekese macam apa yang cocok digunakan untuk meningkatkan penghayatan
iman umat.
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini, sebagai berikut:
1. Menjelaskan tentang pokok-pokok katekese dan penghayatan iman
2. Mengetahui sejauhmana kegiatan katekese dilaksanakan di Lingkungan Santo
Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua telah berhasil
5
untuk meningkatkan penghayatan iman umat. 3.
Membantu umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua untuk meningkatkan penghayatan iman mereka dengan
adanya program baru.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini antara lain: 1.
Bagi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua menjadi acuan bagi umat dalam memahami katekese serta
membantu mereka untuk meningkatkan imannya. 2.
Sebagai inspirasi dan refleksi bagi umat Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua yang membutuhkan sosok seorang
katekis yang mampu membantu mengembangkan iman umat akan Yesus Kristus.
3. Bagi Penulis
Semakin menambah pengetahuan mengenai katekese
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif analisis, dimana penulis akan berusaha untuk menggambarkan suatu masalah berdasarkan
penelitian kualitatif, kemudian menganalisisnya. Penulis juga memanfaatkan studi pustaka dari berbagai macam buku dan literatur yang relevan serta mendukung
bahan penulis.
6
F. Sistematika Penulisan
Judul skiripsi yang penulis pilih adalah katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat di Lingkungan Santo Longinus Naisau B
Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Penulis menguraikannya menjadi lima
bab sebagai berikut:
bab I yaitu Pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II penulis menguraikan pokok-pokok katekese antara lain arti katekese, tujuan katekese, konteks katekese, isi katekese, model-model katekese
dan pelaku katekese. Bab III berisi Pelaksanaan katekese, gambaran pembinaan iman umat di
Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua antara lain letak geografis, jumlah umat dan keadaan umat Lingkungan Santo
Longinus Naisau B, gambaran kegiatan katekese di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua dan persoalan-persoalan yang
dihadapi oleh umat Lingkungan Santo Longinus Paroki Santa Sesilia Kotafoun Atambua.
Bab IV penulis menguraikan usulan program katekese untuk meningkatkan penghayatan iman umat.
Bab V berisi kesimpulan yang merangkum bab I sampai bab IV dan saran untuk paroki, para pendamping katekese, ketua lingkungan dan, seluruh umat di
Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua.
7
BAB II KATEKESE DEMI MENINGKATKAN PENGHAYATAN IMAN UMAT
Pada bab sebelumnya penulis sudah membahas alasan penulis memilih tema skripsi katekese sebagai usaha untuk meningkatkan penghayatan iman umat
di Lingkungan Santo Longinus Naisau B Paroki Santa Sesilia Kotafoun-Atambua. Selain itu tujuan, manfaat dan metode penulisan skripsi ini juga sudah
diungkapkan. Dalam bab yang kedua penulis akan membahas pokok-pokok katekese.
Bila dilihat dari situasi konkret hidup umat katekese sangat berperan sebagai jalan bagi umat untuk saling memperkembangkan imannya. Supaya iman
umat sungguh hidup, menggerakkan, dan memberi daya hidup maka umat harus menghayati iman dalam hidup sehari-hari karena iman berkembang sepanjang
hidup. Oleh karena itu, kita memerlukan pembinaan iman yang dihidupi secara terus menerus sepanjang hayat melalui sarana pendidikan berkelanjutan dalam
iman homili, katekese, sakramen-sakramen. Katekese merupakan bagian utuh dari kegiatan pastoral Gereja secara keseluruhan yang mencakup seluruh unsur
yang ada di paroki atau tempat tertentu antara lain seperti koinonia, liturgia, kerygma dan diakonia demi pengembangan iman yang berlangsung secara
berkelanjutan. Semua unsur ini dapat dilaksanakan oleh seluruh umat dengan cara yang sepenuh hati serta saling bekerjasama sehingga perkembangan iman umat
semakin dewasa dan mencapai pada kepenuhan hidup yakni bersatu dengan Yesus Kristus.
7
8
Dalam bab dua ini penulis akan menguraikan tentang pokok-pokok katekese dengan menggunakan Dokumen-dokumen Gereja antara lain Petunjuk
Umum Katekese dan Katekese Umat. Penulis juga menggunakan pandangan dari para ahli. Selain itu penulis juga membahas tentang penghayatan iman dalam
kehidupan sehari-hari. Uraian pokok-pokok katekese meliputi: arti katekese, tujuan katekese, konteks katekese, isi katekese, model-model katekese dan pelaku
katekese
A. Pokok-pokok katekese
1. Arti Katekese
Pengertian katekese mengalami perkembangan sesuai dengan situasi dan keadaan umat. Ini tentu dikarenakan seluruh umat sebagai subyek katekese tidak
dapat dipisahkan dari lingkungan tempat mereka tinggal yang mengalami perubahan terus menerus. Supaya lebih jelas di bawah ini akan dipaparkan
beberapa rumusan katekese menurut Dokumen-dokomen katekese, Petunjuk Umum Katekese dan pandangan menurut para ahli.
Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik tentang katekese masa kini Catechesi Tradendae mendefinisikan katekese sebagai:
Pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang umumnya diberikan
secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen CT, art. 18.
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa katekese merupakan pembinaan iman bagi semua orang antara lain anak-anak, kaum muda dan orang dewasa.
Pembinaan iman yang diberikan khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang umumnya diberikan secara organis dan sistematis. Pembinaan iman yang
9
dilaksanakan secara bertahap dan terus menerus dapat membantu mereka untuk semakin berkembang dalam iman, mampu merefleksikan pengalaman imannya
dalam kehidupannya serta mampu menjadi saksi Kristus dalam kehidupannya. Melalui kesaksiannya, mereka saling membantu, terbuka dan saling
mendengarkan sehingga iman mereka semakin diteguhkan dan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Petunjuk Umum Katekese mengemukakan: Katekese sebagai komunikasi Wahyu Ilahi, pada akarnya diinspirasikan oleh
pedagogi Allah, sebagaimana diperlihatkan dalam Kristus dan dalam Gereja. Oleh sebab itu, ia mendapat karakteristiknya yang menentukan dan di bawah
bimbingan Roh Kudus, dia menyusun sebuah sintesis untuk memberi semangat agar memiliki pengalaman iman yang benar, dan karena itu suatu
perjumpaan seorang anak dengan Allah PUK, art 143.
Rumusan ini dapat diartikan katekese sebagai pedagogi Ilahi dan Allah adalah pendidiknya. Pedagogi Ilahi juga disebut sebagai pendidikan Yesus Kristus.
Yesus sendirilah yang menjadi pusat dan jantung hati katekese. Pendidikan Ilahi merupakan pendidikan iman yang sungguh otentik yang akan membantu umat
mengembangkan imannya sepanjang hidup. Jadi melalui katekese umat dibantu untuk memahami karya Allah dan semakin mengenal, mengasihi dan bersatu
dengan hidup-Nya PUK 138 140. Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II menyajikan suatu
rumusan sebagai berikut: Katekese merupakan komunikasi iman atau tukar pengalaman iman antara
anggota jemaat. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikan rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin
sempurna Komkat KWI, 1995: 14.
Rumusan tersebut menggambarkan katekese sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman penghayatan iman antara anggota jemaat. Melalui komunikasi
10
atau tukar pengalaman iman, umat saling bersaksi tentang iman mereka sehingga mereka saling memperkaya, menguatkan dan memotivasi satu sama lain. Supaya
komunikasi iman dapat berjalan dengan baik maka pendamping katekese harus menciptakan suasana yang kondusif artinya berdialog dalam suasana terbuka,
santai, ditandai sikap saling menghargai dan mendengarkan sehingga iman mereka masing-masing diteguhkan dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dari beberapa rumusan katekese di atas dapat dilihat bahwa inti pokoknya sama yakni mewartakan Yesus Kristus.
Groome sebagaimana dikutip oleh Heryatno 2003: 7 menegaskan bahwa
katekese total adalah katekese yang mencakup semua unsur hidup dan kegiatan umat yang dilakukan oleh semua umat dengan sepenuh hati. Artinya seluruh
kegiatan misalnya koinonia persekutuan umat, liturgia perayaan iman, diakonia pelayanan, dan kerygma pewartaan harus dilaksanakan dengan total
berarti tidak setengah-setengah melainkan dilaksanakan dengan sepenuh hati. Seluruh umat secara bersama-sama melaksanakan semua unsur tersebut dengan
sepenuh hati dan bertanggung jawab maka mereka semakin menemukan dan mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah hidup mereka.
Setyakarjana 1976: 38 menyajikan suatu rumusan katekese yaitu: Usaha saling tolong menolong terus-menerus dari setiap orang untuk
mengartikan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristiani yang dewasa.
Rumusan di atas dapat diartikan bahwa katekese merupakan usaha saling tolong menolong antara semua umat beriman yang secara bebas memilih Kristus menjadi
pola hidupnya. Dalam kegiatan ini semua umat memiliki peran dalam pengembangan iman dengan harapan seluruh umat mempunyai tugas yang sama
11
yakni pengembangan iman umat. Karena perkembangan iman berlangsung sepanjang hidup, maka dibutuhkan pembinaan iman yang permanen. Oleh karena
itu umat harus saling bekerjasama dalam mengartikan, memaknai dan menjalani hidup sehari-hari menurut pola Kristus atau sesuai dengan ajaran-Nya. Dengan
saling bekerjasama maka iman umat semakin dewasa dan mampu mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut penulis katekese dimengerti sebagai komunikasi iman antara peserta satu dengan yang lain secara terus-menerus dalam rangka mendewasakan
iman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kehidupan mereka. Katekese merupakan usaha bersama-sama seluruh umat yang ikut bekerjasama
dalam mengembangkan imannya sehingga iman mereka sungguh dihayati dalam hidupnya baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan maupun masyarakat.
2. Tujuan Katekese
Tujuan utama katekese adalah untuk membantu umat beriman agar semakin bersatu dengan hidup Yesus Kristus. Artinya umat menjalin hubungan yang
personal dengan pribadi Yesus Kristus sehingga mereka dapat meneladani dan menemukan Yesus Kristus dalam setiap pengalaman hidup.
Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae memaparkan bahwa tujuan katekese ialah :
Bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengund angnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra degan-
Nya. Hanya Dialah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Trituggal Kudus
CT, art. 5.
12
Rumusan di atas dapat diartikan bahwa tujuan katekese tidak hanya menghubungkan umat dengan Yesus Kristus melainkan mengundang mereka
untuk bersatu dengan Yesus Kristus, menjadikan Yesus sebagai yang utama dalam hidup mereka. Menjadikan Yesus dalam hidup kita berarti selalu
mengandalkan kekuatan-Nya dalam pengalaman hidup sehari-hari. Bersatu dengan Yesus Kristus berarti pula bersatu dengan Bapa yang
mengutus-Nya, dengan bantuan Roh Kudus yang mendorong perutusan-Nya, dengan Gereja yang adalah tubuh-Nya dan dengan seluruh umat manusia yang
diselamatkan-Nya. Dengan demikian umat pun akan terbantu agar semakin bersatu kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan terdorong
untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga terjadi pembaharuan hidup atau perubahan dalam hidupnya Telaumbanua, 2005: 9.
Berkat karya rahmat Allah, manusia diubah menjadi ciptaan baru. Menjadi ciptaan baru juga berarti pertobatan hati yang jujur sehingga umat semakin mencintai,
mengenal dan mengandalkan pribadi Yesus sebagai pedoman hidupnya. Menjadikan Yesus dalam hidup kita berarti bersikap dan bertindak sesuai dengan
apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus. Kita sebagai pengikut-Nya diharapkan berani menyatakan “ya” kepada Kristus, setia mengikuti-Nya dan mengandalkan-
Nya dalam kehidupan kita. Hasil Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia II menjelaskan
bahwa tujuan komunikasi iman ialah: Supaya dengan terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-
pengalaman kita sehari-hari; Bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam
kenyataan hidup sehari-hari;
13 Dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap,
mengamalkan cinta kasih dan makin dikukuhkan hidup kristiani kita; Pula kita makin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas
mewujudkan tugas Gereja setempat dan mengokohkan Gereja semesta; Sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup
kita di tengah masyarakat Komkat KWI, 1995: 15. Maksud dari rumusan di atas bahwa dengan bantuan Roh Kudus kita dapat
memaknai setiap pengalaman dimana itu merupakan sebuah anugerah dari Tuhan. Dengan memaknai pengalaman-pengalaman yang terjadi maka kita mengalami
perubahan dalam hidup, bertobat terus-menerus, membuka diri makin peka pada kehadiran-Nya dan makin peduli pada hidup sesama serta semakin terlibat aktif
menggerja maupun di tengah masayarakat. Dan akhirnya sampai pada kedewasaan iman dengan mencintai, mengimani dan mengandalkan-Nya sebagai
pedoman hidup sehingga kita semakin mantap, mampu menjadi saksi Kristus melalui pengalaman iman dalam kehidupan sehari-hari.
Katekese sebagai salah satu bentuk karya pewartaan Gereja, yang bertujuan membantu umat beriman agar makin mengenal, mengasihi dan mengikuti Yesus
Kristus di dalam hidup mereka. Melalui katekese umat mengalami dan menyadari bahwa seluruh pengalaman hidup kita ditebus oleh Kristus dan dipakai oleh Roh
Kudus untuk mengantar kita kepada Allah Bapa. Tujuan katekese menurut Heryatno 2003: 7 dalam Groome:
Merupakan gerakan mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja supaya dapat membentuk dan membantu jemaat memperkembangkan imannya pada
Yesus Kristus baik secara personal maupun kelompok demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah kenyataan dunia.
Rumusan tujuan katekese di atas dapat dipahami sebagai usaha untuk
mengkomunikasikan harta kekayaan iman Gereja yakni Sabda Allah yang hidup. Umat merindukan dan membutuhkan Sabda Allah yang hidup dalam dirinya
14
sebagai penggerak sehingga umat mampu untuk memaknai pengalaman pergulatan mereka dan memperkembangkan kerohanian mereka. Pendamping
harus menciptakan susana kekeluargaan agar tercipta suasana yang nyaman dan terbuka sehingga setiap pribadi jiwa dapat merasa teduh dan bebas
mengkomunikasikan pengalaman imannya dengan berpedoman pada harta kekayaan iman Kristiani dalam berefleksi.
Melalui katekese diharapkan umat saling berefleksi dan berkomunikasi tentang Sabda Allah dan pengalaman hidup sehari-hari. Dengan berefleksi secara
terus-menerus maka imannya akan Yesus Kristus semakin hidup dalam diri masing-masing maupun dalam kelompok demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan
Allah. Amalorpavadas 1972: 8 merumuskan tujuan katekese sebagai berikut:
membangun, memelihara, dan memperkembangkan iman, sambil membaharui, memperdalam dan membuatnya semakin bersifat pribadi dan berbuah dalam
tindakan. Katekese diharapkan dapat membantu umat beriman dalam memperkembangkan imannya terus-menerus dan diharapkan iman umat berbuah
pada tindakan nyata dalam setiap pengalaman hidup.
3. Konteks Katekese
Dilihat dari perkembangan zaman yang terus berkembang saat ini, konteks pelaksanaan katekese dapat dimulai dari dua hal yang mendasar yaitu hidup umat
sebagai konteks, arah dan dasar wilayah setempat. Berikut penulis akan membahas secara rinci mengenai dua komponen dasar tersebut sebagai berikut:
a. Hidup Umat
15
Dalam katekese yang menjadi konteks katekese adalah hidup umat atau kondisi historis hidup mereka. Hidup umat inilah yang menjadi tempat utama
untuk menghayati iman dan untuk mencari dan menemukan kehendak Allah. Dengan penuh kasih setia Allah hadir berkarya di tengah-tengah hidup manusia.
Maka dari itu, kenyataan historis hidup umat menjadi bagian pokok katekese. Dengan demikian seorang pendamping katekese harus terlebih dahulu mengetahui
dan mengenal situasi umat setempat. Dengan mengenal situasi umat di sekitarnya maka ketika memberikan
pendalaman iman pun sesuai dengan kebutuhan umat karena tujuan katekese sendiri adalah membantu umat untuk memahami dan menyadari realitas hidupnya
dan mendorong mereka untuk mengembangkan imannya dalam kehidupan sehari- hari serta mengambil bagian secara aktif di dalam pergumulan hidup sesama
supaya semakin banyak orang mengalami cinta kasih Allah. Situasi umat setempat menjadi proses katekese itu sendiri dan umat adalah pusatnya. Karena
katekese berasal dari umat, oleh umat dan untuk pembangunan hidup umat. Dengan demikian katekese harus berhubungan dengan kenyataan hidup umat
sehingga umat sungguh menghayati imannya di dalam seluruh segi kehidupannya.
b. Arah dan Dasar Keuskupan Setempat
Di dalam arah dasar setiap keuskupan tentu mempunyai visi-misi dan cita- cita tertentu yang memberi arah pelayanan dan pembangunan bagi umat setempat.
Misalnya gambaran Gereja yang hendak dibangun, cita-cita untuk beriman di tengah masyarakat. Artinya Gereja keuskupan setempat ingin membangun dan
mengembangkan diri menjadi Gereja umat Allah yang dibangun. Dengan harapan agar umat memiliki iman yang dewasa, mendalam dan memasyarakat serta
16
menghayati imannya sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan sehari-hari. Melalui penghayatan dan perwujudan iman dalam kehidupan sehari-hari, umat
diharapkan saling bekerjasama dalam mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah seperti yang diwartakan dan dilaksanakan oleh Yesus Kristus. Dengan mengenal
situasi umat maka katekese berperan sebagai salah satu usaha untuk mewujudkan cita-cita yang telah dibangun oleh keuskupanparoki setempat tersebut.
Dari uraian konteks katekese di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan katekse harus benar-benar bertolak dari
situasi hidup umat sehingga isi katekese yang akan diwartakan dapat menjawab kebutuhan umat.
4. Isi Katekese
Secara singkat Paus Yohanes Paulus II mengemukakan isi katekese adalah sebagai berikut:
Karena katekese merupakan suatu momen atau aspek dalam pewartaan Injil, isinya juga tidak dapat lain kecuali isi pewartaan Injil sendiri secara
menyeluruh. Satu-satunya amanat, yakni Warta Gembira Keselamatan, yang telah didengar sekali atau ratusan kali, dan telah diterima setulus hati, dalam
katekese terus menerus didalami melalui refleksi dan studi sitematis, melalui kesadaran akan gema-pantulannya dalam kehidupan pribadi
seseorang, suatu kesadaran yang meminta komitmen yang semakin penuh dan dengan mengintegrasikannya dalam keseluruhan yang organis dan
selaras, yakni perihidup Kristen dalam masyarakat dan dunia CT, art. 26.
Rumusan di atas dapat dijelaskan bahwa isi katekese adalah warta gembira penyelamatan Yesus Kristus yang telah didengar dalam katekese melalui sharing
pengalaman dan refleksi kritis yang didalami dan melalui studi sistematik. Kabar gembira yang diterima harus didalami dan dihayati terus-menerus dalam
kehidupan setiap orang sepanjang hidupnya. Karena dengan menghayati secara
17
terus-menerus maka ia semakin mantap, total mengimani Yesus Kristus dengan mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah masyarakat sekitarnya.
Isi katekese tidak lain adalah hidup Yesus Kristus. Artinya yang dialami dalam proses katekese adalah seluruh ajaran dan tindakan pribadi Yesus Kristus.
Pesan yang disampaikan dalam katekese berpusat pada pribadi Yesus Kristus dengan dinamika batinnya memperkenalkan dimensi Tritunggal dari pesan yang
sama. Di sini pendamping katekese dan umat bukan menyampaikan ajarannya sendiri, melainkan kebenaran dan ajaran tentang Yesus Kristus CT, 6 dan dalam
katekese yang ditekankan adalah Kristus sebagai cahaya bagi hidup manusia dan merupakan jawaban atas masalah-masalah mendasar hidup manusia Adisusanto,
2012: 61-62. Kristus adalah inti hidup orang Kristiani dan inti pewartaan itu sendiri.
Jantung hati katekese adalah Yesus Kristus. Iman umat yang kokoh akan Yesus menjadi penggerak untuk menyelenggarakan katekese. Menyadari bahwa yang
disampaikan dalam katekese adalah kabar gembira Sabda Allah, maka umat diundang untuk bertobat dengan tulus dan menghayati imannya secara terus-
menerus, serta memberikan kesaksian konkret di tengah kehidupan bersama. Petunjuk Umum Katekese menegaskan bahwa:
Katekese akan selalu menarik intinya dari Sabda Allah yang hidup yang diteruskan dalam Tradisi dan Kitab Suci, karena Tradisi dan Kitab Suci
membentuk suatu harta Sabda Allah yang tunggal dan kudus, yang dipercayakan kepada Gereja PUK, 94 95.
Dari keterangan di atas dapat diartikan bahwa yang menjadi isi katekese adalah Sabda Allah yang hidup. Sabda Allah itu adalah Yesus sendiri yang diteruskan
atau diwariskan dalam Tradisi dan Kitab Suci. Melalui Tradisi dan Kitab Suci
18
sabda itu diungkapkan, direnungkan dan dihayati dalam pribadi setiap orang. Dengan menghayati Sabda Allah secara terus-menerus maka sabda itu akan selalu
bersinar, hidup dalam pribadi setiap orang baik personal maupun kelompok. Pelaku katekese diharapkan dapat meneruskan pesan Yesus Kristus kepada semua
orang yang telah mengambil keputusan untuk mengikuti-Nya. Groome sebagaimana dikutip oleh Heryatno 2003: 7 mengungkapkan
bahwa isi katekese bersumber dari pedagogi Ilahi yang disebut sebagai pendidikan Yesus Kristus. Artinya Yesus sendirilah yang menjadi pusat dan jantung hati
katekese. Yesus jugalah yang menjadi pendidik utamanya. Jadi dalam katekese, yang dikomunikasikan adalah pribadi Yesus Kristus. Cara Yesus mengajar,
membina dan memperkembangkan iman para murid-Nya. Dengan harapan umat semakin meneladani Yesus Kristus dan menjadikan-Nya sebagai pedoman hidup
mereka. Sedangkan menurut Huber 1981: 19 isi katekese juga tidak lain adalah Yesus Kristus sendiri. Kita berkumpul untuk bersaksi tentang iman kita akan
Yesus Kristus, pengantara Allah yang bersabda kepada manusia dan pengantara manusia dalam menanggapi Sabda Allah. Berbicara mengenai katekese berarti
berbicara tentang Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berkumpul untuk berkatekese akan mengkomunikasikan pengalaman imannya
akan Yesus Kristus.
5. Model-model Katekese
Dalam kegiatan katekese banyak model yang ditawarkan sesuai dengan situasinya. Metode, media katekese yang digunakan pun harus sesuai dengan
19
keadaan setempat. Di bawah ini penulis akan menjelaskan secara rinci mengenai model-model katekese, metode katekese, dan media katekese:
a. Model-model Katekese
1 Model Pengalaman Hidup
Katekese model pengalaman hidup adalah model katekese yang bertitik tolak dari pengalaman hidup umat yang mereka alami dalam kehidupan sehari-
hari, baik di dalam keluarga, pekerjaan maupun dalam hidup bermasyarakat. Katekese model pengalaman hidup bertujuan membantu umat untuk memahami,
menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya dan mampu untuk tampil menjadi saksi Allah bagi sesama. Untuk mencapai semua itu, katekese model
pengalaman hidup mempunyai langkah-langkah: introduksi, penyajian pengalaman umat, pendalaman pengalaman umat, pembacaan Kitab Suci atau
Tradisi Gereja, pendalaman Kitab Suci, rangkuman pendalaman Kitab Suci, penerapan dalam hidup konkret dan penutup Sumarno, 2012: 12.
Proses pelaksanaan katekese model pengalaman hidup ini langkah awalnya diambil dari peristiwa konkret dicocokkan dengan tema pertemuan
yang sedang digunakan. Peristiwa yang digunakan bisa pengalaman hidup umat bisa juga mengambil seluruh peristiwa dari koran atau surat kabar, lagu, cerita
rakyat dll. Kemudian pengalaman itu diungkapkan atau disharingkan dalam kelompok kecil maupun kelompok besar.
Pembagian kelompok ini sesuai dengan banyaknya umat yang ada. Supaya pengalaman umat dapat diungkapkan dengan jelas maka pemandu
katekese harus menciptakan suasana yang komunikatif. Ia membangkitkan gairah
20
supaya umat berani berbicara secara terbuka, dan santai untuk mensharingkan pengalaman imannya Lalu, 2007: 12. Selama proses pendalaman pengalaman
hidup, pendamping katekese mengajak umat untuk mengaktualisasikan pengalaman-pengalaman yang dibahas pada saat itu dengan pengalaman konkret
umat. Kemudian pendamping katekese merangkum semua hasil yang disharingkan oleh umat. Tugas seorang pendamping katekese adalah sebagai
pengarah dan pemudah. Langkah berikutnya pendamping katekese membagikan pesan Kitab Suci
kepada umat. Dalam membaca teks Kitab Suci ini bisa satu orang atau bergantian. Kemudian umat diberi kesempatan untuk merenungkan kembali
ayat-ayat yang ada dalam Kitab Suci dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pendalaman. Pendamping membantu umat untuk mengungkapkan pesan inti
menurut mereka sendiri sehubungan dengan tema. Setelah itu pendamping membuat rangkuman sesuai dengan apa yang sudah disharingkan oleh umat lalu
menghubungkannya dengan pesan inti yang telah dipersiapkannya berdasarkan sumber-sumber yang sudah diolah sehubungan dengan tema sehingga umat
semakin diperkaya dengan informasi baru demi perkembangan imannya. Setelah mereka mendalami teks Kitab Suci, pendamping menuntun
mereka untuk mengolah pengalaman hidup yang mereka alami dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat sesuai dengan pesan Kitab Suci. Setelah
merefleksikan pesan Kitab Suci dan menghubungkan dengan pengalaman hidup, kemudian dalam saat hening umat diajak merenungkan serta membuat niat-niat
pribadi maupun bersama dari katekese ini untuk diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
21
2 Model Biblis
Katekese model biblis merupakan katekese yang bertitik tolak dari Kitab Suci yang dipilih oleh pendamping pada saat melaksanakan pertemuan katekese
atau sesuai panduan yang sudah ada berdasarkan kebutuhan umat setempat. Dalam pelaksanaan katekese model biblis ini umat diajak untuk merenungkan
Sabda Tuhan kemudian dihubungkan dengan pengalaman umat. Dengan demikian umat dapat merenungkan dan mensharingkan dalam kelompok kecil
atau kelompok besar. Setelah umat mensharingkan pengalamannya pendamping membuat
rangkuman dari jawaban mereka terutama inti pesan teks yang berhubungan dengan tema dan menghubungkannya dengan hasil persiapan pribadi dan
memberikan kesempatan kepada umat untuk menghubungkan pesan Kitab Suci dengan pengalaman hidup sesuai dengan tema entah masa lalu atau sekarang.
Kemudian pendamping mengajak umat untuk merefleksikan serta memikirkan niat-niat pribadi maupun kelompok untuk dilaksanakan dalam kehidupan
konkret sehari-hari. Akhirnya, pendamping menutup kegiatan katekese dengan doa penutup yang merangkum keseluruhan proses dengan tema dan tujuan serta
doa bersama atau nyanyian bersama sesuai dengan tema Kitab Suci yang diambil.
Dalam diktat PPL PAK Paroki dikatakan bahwa langkah-langkah katekese model biblis sebagai berikut: pembukaan, pembacaan teks Kitab Suci,
pendalaman teks Kitab Suci, pendalaman pengalaman hidup, penerapan dalam hidup peserta dan penutup Sumarno, 2012: 13.
22
3 Model Campuran: Biblis dan Pengalaman Hidup
Model katekese ini merupakan gabungan dari model biblis dan model pengalaman hidup. Karena katekese model campuran ini bertitik tolak dari
pengalaman hidup umat sekaligus pengalaman Kitab Suci. Model ini pada umumnya berlangsung dalam langkah-langkah pokok sebagai berikut: pembacaan
Kitab Suci oleh salah satu umat atau bergiliran kemudian pendamping memberikan kesempatan kepada umat untuk merenungkan bacaan Kitab Suci.
Setelah mereka merenungkan pesan Kitab Suci pendamping mengajak umat untuk melihat video atau cerita sebagai sarana untuk membangkitkan umat untuk
menanggapinya baik dalam kelompok kecil maupun dalam kelompok besar. Pendamping memberikan kesempatan kepada umat untuk membuat niat-niat yang
akan ditindaklanjuti dalam kehidupan sehari-hari. Setelah umat mensharingkan niatnya pendamping dapat merangkum keseluruhan isi yang telah tercapai selama
katekese ini dan diakhiri dengan doa penutup dan lagu penutup Sumarno 2012: 24.
b. Metode Katekese
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan katekese harus sesuai dengan situasi umat setempat. Maka seorang pendamping harus terlebih dahulu
mengetahui keadaan umat sehingga tema yang digunakan dalam katekse dapat mengena, menarik minat umat dan menjawab persoalan umat.
Macam-macam metode katekese yang digunakan oleh umat antara lain: tanya jawab, sharing pengalaman, informasi, refleksi pribadi, diskusi kelompok
dan komunikasi. Dari semua metode katekese yang ada ini bisa digunakan dalam
23
katekese asalkan sesuai dengan keadaan peserta katekese. Dalam situasi katekese sekarang ini alasan penggunaan metode atau pendidikan menyarankan agar
penyaluran kekayaan katekese lebih baik diatur dengan cara tertentu sesuai dengan keadaan umat. Bahasa yang digunakan sebaiknya sesuai kebutuhan umat
anak-anak, kaum muda, orang dewasa dll untuk menyampaikan isi ajaran Kristiani CT, art. 31.
c. Media katekese
Metode yang digunakan dalam katekese akan berguna apabila didukung oleh media yang digunakan. Sekarang ini dunia memasuki zaman baru yaitu
zaman media komunikasi dan informasi. Sesuai dengan perkembangan zaman manusia juga ikut berkembang dalam hal budaya yakni budaya bermedia.
Dalam berkatekese media merupakan hal yang sangat penting yang mendukung kelancaran katekese dalam membantu umat mengkomunikasikan
imannya. Dengan demikian seorang pemandu harus kreatif menggunakan sarana yang menarik untuk mewartakan kabar gembira bagi semua orang. Berikut adalah
macam-macam media yang bisa digunakan dalam katekese antara lain: Cerita bergambar, video, slide, cergam, boneka. Media-media ini sungguh menarik
minat umat karena selain terbantu untuk mengungkapkan pengalaman iman umat dalam hidupnya, iman umat juga seamakin diteguhkan lewat video-video, cergam
atau slide-slide yang sangat memotivatif dan inspiratif. Umat juga tidak bosan dan tidak mengantuk bahkan rajin untuk menghadiri kegiatan katekese. Selain itu
umat dapat dibantu untuk sampai pada pengalaman konkretnya, umat merasa terinspirasi setelah melihat video tersebut. Oleh karena itu seorang pendamping
24
dituntut untuk kreatif dalam mencari media katekese yang menarik agar umat pun aktif dan terlibat dalam kegiatan katekese dan semakin menemukan nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah arus zaman yang semakin berkembang ini.
6. Pelaku Katekese
Pelaku katekese tidak hanya menjadi tanggungjawab para katekis atau kaum religius semata melainkan merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman
uskup, para imam, orang tua, biarawan-biarawati, dan katekis awam sebagai konsekuensi menerima sakramen baptis. Melalui baptisan semua orang Katolik
dipanggil dan dimampukan untuk menjadi murid-murid Yesus yang aktif mengambil bagian dalam misi Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Setiap umat
juga dipenuhi Roh Kudus Kis 2:3-4 dan diutus oleh Yesus Mrk 16:15-16. Katekese menjadi jalan bagi umat untuk saling memperkembangkan
imannya. Dengan semakin menghayati imannya dan memupuk semangat persaudaraan, seluruh hidup umat diharapkan bersifat kateketis dan setiap anggota
juga diharapkan dapat menjadi “katekis”. Artinya di dalam hidupnya yang sungguh beriman, umat dapat saling membantu memperkembangkan iman
mereka. Yang satu dengan yang lain saling mengkomunikasikan iman mereka pada Yesus Kristus.
Hal ini juga ditegaskan oleh Groome sebagaimana dikutip Heryatno 2003: 8 bahwa yang menjadi pelaku katekese adalah seluruh umat yang
sekaligus juga menjadi peserta katekese, semua umat belajar dan mengajar, tidak lagi dipisahkan secara kaku antara pihak yang belajar dan lainnya hanya
mengajar. Oleh karena itu semua umat diharapkan tidak hanya mendengarkan saja
25
dari katekis atau mendengarkan Sabda Allah tetapi mampu memberikan kesaksian imannya dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga, sekolah, lingkungan
dan masyarakat. Petunjuk Umum Katekese memaparkan bahwa:
Katekese adalah tanggung jawab seluruh komunitas Kristiani. Sesungguhnya, inisiasi Kristen, “hendaknya tidak menjadi karya para katekis dan imam
semata, melaink an karya seluruh komunitas beriman”. Penerusan pendidikan
iman merupakan persoalan yang menyentuh seluruh komunitas oleh karena itu katekese merupakan suatu kegiatan mendidik yang timbul dari tanggung
jawab khusus setiap anggota komunitas,dalam sebuah konteks hubungan yang kaya, sehingga para katekumen dan menerima katekese dimasukkan
secara aktif dalam kehidupan komunitas PUK, art. 220.
Rumusan di atas dapat dimengerti bahwa katekese adalah tanggungjawab seluruh komunitas. Sesungguhnya katekese tidak hanya menjadi tanggungjawab para
katekis atau kaum religius semata melainkan merupakan tanggungjawab seluruh umat beriman lewat partisipasi dan komunikasinya sehingga iman setiap individu
semakin berkembang. Menyangkut pelaku katekese umat PKKI II mencatat:
Yang berkatekese ialah umat, artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami
Kristus; Kristus menjadi pola hidup pribadi maupun kelompok; jadi seluruh umat baik yang berkumpul dalam kelompok basis, maupun di sekolah atau
perguruan tinggi Lalu, 2007: 92.
Maksud dari beberapa rumusan tersebut tidak jauh berbeda dengan rumusan
sebelumnya. Apabila dibandingkan antara satu dengan yang lain mempunyai ciri khas atau penekanan tersendiri namun intinya tetap sama yaitu yang bertanggung
jawab atau menjadi pelaku katekese adalah tidak hanya para imam dan katekis semata melainkan seluruh umat mengambil bagian untuk menghayati imannya
dengan tetap berpegang teguh kepada Kristus sebagai pola hidup mereka baik
26
dalam hidup pribadi maupun kelompok. Meskipun pelaksanaan katekese menekankan peranan umat tetapi kehadiran
katekis atau pemandu tidak dapat dikesampingkan. Karena di dalam katekese, katekis berperan sebagai fasilitator, sahabat umat dalam peziarahan hidup dan
sekaligus sebagai pengarah. Katekis diharapkan membantu jemaat dalam memaknai pergulatan hidup di dalam terang iman agar mereka mendapat inspirasi
yang selalu segar demi terwujudnya perkembangan iman secara terus-menerus.
B. Penghayatan Iman