3,033 menit, dan pada Gambar 8 kromatogram sampel terdapat puncak pada 3,033 menit pula. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam sampel injeksi pemutih
kulit merek “X” terdapat asam askorbat, sesuai yang tertera pada label produk tersebut.
E. Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis perlu dilakukan untuk menjamin bahwa hasil aplikasi
metode yang
telah dioptimasi
dapat dipercaya
dan dipertanggungjawabkan. Validasi metode analisis yang peneliti lakukan termasuk
dalam kategori 1, sehingga parameter validasi yang diuji meliputi selektivitas, linieritas, akurasi, presisi, dan rentang.
1. Selektivitas
Selektivitas adalah kemampuan suatu metode untuk mengukur dengan akurat respon analit di antara seluruh komponen sampel Harmita, 2004. Menurut
Gandjar dan Rohman 2007, puncak analit telah terpisah sempurna satu sama lain jika nilai Rs 1,5.
Hasil penelitian dengan menggunakan metode KCKT fase terbalik dengan fase diam Phenomenex® C
18
dan fase gerak metanol : 0,01 M bufer fosfat dengan penambahan larutan 0,1 M asam fosfat hingga pH 3 40 : 60 pada
panjang gelombang 244 nm didapatkan nilai Rs hasil pemisahan asam askorbat terhadap puncak di sebelahnya dalam sampel pada waktu retensi 3,095 menit
sebesar 11,443 Gambar 9 yang menunjukkan bahwa analit terpisah sempurna dengan puncak di sebelahnya.
Gambar 9. Kromatogram asam askorbat yang terpisah dengan puncak di sebelahnya
Parameter KCKT = Gambar 7
Kelemahan pada penelitian ini yaitu tidak dilakukan penginjekan larutan plasebo dan pembanding asam dehidroaskorbat degradan utama dari asam
askorbat. Menurut Deutsch dalam Nováková, Solichová, and Solich 2008, larutan asam dehidroaskorbat memberikan nilai absorbansi kecil pada panjang
gelombang di atas 220 nm, senyawa asam dehidroaskorbat Gambar 10 memiliki kepolaran yang mirip dengan asam askorbat. Asam dehidroaskorbat memiliki
gugus kromofor yang lebih pendek daripada asam askorbat, sehingga senyawa ini memiliki nilai panjang gelombang yang lebih pendek pula daripada nilai panjang
gelombang asam askorbat. Panjang gelombang yang digunakan pada penelitian ini pada 244 nm dengan konsentrasi asam askorbat yang tinggi, sehingga berdasarkan
teori dapat disimpulkan bahwa asam dehidroaskorbat tidak memberikan gangguan yang bermakna pada puncak asam askorbat.
Gambar 10. Asam askorbat dan produk degradasinya Nováková et al., 2008
Di dalam sampel terdapat metil paraben, propil paraben, dan NaOH. Jika plasebo diinjekkan dalam sistem KCKT fase terbalik pada panjang gelombang
244 nm ini, maka NaOH tidak terdeteksi, puncak metil paraben dan propil paraben memiliki waktu retensi yang lebih lama daripada puncak asam askorbat.
Hal tersebut disebabkan karena NaOH tidak memiliki kromofor, adanya perbedaan kepolaran antara asam askorbat, metil paraben, dan propil paraben.
Metil paraben Gambar 11 dan propil paraben Gambar 12 yang masing-masing memiliki nilai log P 2,0 dan 3,0, memiliki index lipofilisitas yang besar
dibandingkan dengan asam askorbat yang memiliki nilai log P -1,8. Berdasarkan teori tersebut, peneliti dapat menyatakan bahwa puncak asam askorbat terpisah
dari puncak matrik sampel.
Gambar 11. Metil paraben Moffat et al., 2011 Gambar 12. Propil paraben Moffat et al., 2011
2. Linieritas