Di dalam sampel terdapat metil paraben, propil paraben, dan NaOH. Jika plasebo diinjekkan dalam sistem KCKT fase terbalik pada panjang gelombang
244 nm ini, maka NaOH tidak terdeteksi, puncak metil paraben dan propil paraben memiliki waktu retensi yang lebih lama daripada puncak asam askorbat.
Hal tersebut disebabkan karena NaOH tidak memiliki kromofor, adanya perbedaan kepolaran antara asam askorbat, metil paraben, dan propil paraben.
Metil paraben Gambar 11 dan propil paraben Gambar 12 yang masing-masing memiliki nilai log P 2,0 dan 3,0, memiliki index lipofilisitas yang besar
dibandingkan dengan asam askorbat yang memiliki nilai log P -1,8. Berdasarkan teori tersebut, peneliti dapat menyatakan bahwa puncak asam askorbat terpisah
dari puncak matrik sampel.
Gambar 11. Metil paraben Moffat et al., 2011 Gambar 12. Propil paraben Moffat et al., 2011
2. Linieritas
Linieritas dalam suatu prosedur analisis menunjukkan korelasi yang proporsional antara respon detektor yang terukur dan konsentrasi analit.
Penentuan linieritas menggunakan persamaan regresi linier pada kurva baku. Pada penelitian ini, pembuatan kurva baku menggunakan lima seri konsentrasi ICH,
2005 baku asam askorbat yang terdiri dari konsentrasi 50; 75; 100; 125 dan 150 µgmL.
Koefisien korelasi r dapat menunjukkan linieritas kurva baku. Nilai r semakin mendekati satu menunjukkan linieritas yang semakin baik, sehingga
dapat digunakan untuk perhitungan kadar analit dalam sampel. Terdapat pertimbangan lain yang harus diperhatikan dalam pemilihan kurva baku, yaitu
nilai intersept A dan slope B. Nilai A dari persamaan y = Bx+A merupakan baseline error
yang seharusnya pada konsentrasi nol respon yang dihasilkan juga nol, tetapi jika pada konsentrasi nol terdapat respon maka hal ini dapat
mengacaukan data yang ada, sedangkan nilai B yang diharapkan adalah yang semakin besar atau mendekati sudut 45
o
. Pada pemilihan kurva baku digunakan persamaan kurva baku replikasi I karena nilai A replikasi I yang paling kecil di
antara nilai A dari ketiga replikasi. Kurva baku pada penelitian ini dengan nilai r = 0,9989 telah memenuhi syarat linieritas kurva baku menurut Kazakevich dan
Lobrutto 2007.
Persamaan kurva
baku yang
digunakan adalah
y = 70202x – 296485 dengan rentang konsentrasi dari 50 µgmL sampai dengan
150 µgmL.
3. Akurasi
Akurasi prosedur analisis menunjukkan kedekatan hasil analisis analit dengan nilai konsentrasi analit sebenarnya yang diterima. Parameter akurasi dapat
dinyatakan dalam recovery. Jika asam askorbat yang tertera pada label kemasan merupakan zat aktif dari sediaan injeksi tersebut dan kadar asam askorbat yang
tertera pada label kemasan berada dalam rentang kadar analit 10-100, maka metode ini dapat dikatakan akurat jika memiliki recovery sebesar 98,0-102,0.
Pada penelitian ini, recovery diperoleh dengan menggunakan metode standar adisi atau metode penambahan baku. Pengukuran dilakukan dengan
menambahkan tiga level konsentrasi baku yang kadarnya diketahui, ke dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sejumlah sampel yang kadarnya tidak diketahui secara pasti sehingga diukur sebagai sampel adisi, dilakukan pula pengukuran pada sampel tanpa baku,
sehingga dari kedua pengukuran tersebut didapatkan konsetrasi baku yang terukur dalam sampel adisi tersebut. Hal ini mengikuti aturan dari ICH bahwa akurasi
sebaiknya dilakukan pada tiga level konsentrasi 80, 100, dan 120 dan setiap level konsentrasi dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali, sehingga dapat
diperoleh sembilan data recovery. Selisih antara konsentrasi sampel adisi dan sampel tanpa adisi, dibandingkan dengan konsentrasi baku secara teoritis untuk
mendapatkan recovery. Level konsentrasi rendah, tengah, dan tinggi yang digunakan pada penelitian ini berturut-turut adalah 80; 100; dan 120 µgmL.
Tabel VI. Hasil perhitungan recovery dan RSD baku asam askorbat yang terukur
Level konsentrasi
Replikasi Konsentrasi asam askorbat µgmL
RSD baku yang terukur
Recovery Sampel
yang terukur Sampel adisi
yang terukur Baku
yang terukur Rendah
I 70,99
82,32 11,32
7,94 114,73
II 72,46
83,47 11,01
111,51 III
77,00 86,73
9,72 98,49
Sedang I
70,99 99,84
28,84 5,05
97,41 II
72,46 99,97
27,51 92,89
III 77,00
107,43 30,42
102,75 Tinggi
I 70,99
120,83 49,83
0,28 100,97
II 72,46
122,05 49,59
100,50 III
77,00 126,85
49,85 101,01
Dalam penelitian ini, nilai recovery pada konsentrasi rendah adalah 98,49-114,73, pada konsentrasi sedang adalah 92,89-102,75, pada konsentrasi
tinggi adalah 100,50-101,01 dapat dilihat pada Tabel VI. Pada level konsetrasi rendah, konsentrasi yang digunakan lebih kecil daripada level konsentrasi tinggi,
sehingga perubahan sedikit saja memberikan nilai recovery dalam rentang yang lebih luas daripada recovery level konsentrasi tinggi. Parameter akurasi
terpenuhi pada level konsentrasi tinggi, sehingga disarankan untuk melakukan pengukuran di atas level konsentrasi tinggi 120 µgmL.
4. Presisi