11. Uji kestabilan larutan baku
Larutan baku asam askorbat dengan konsentrasi 50; 100 dan 150 µgmL yang telah disaring dengan millipore dan didegassing dengan ultrasonicator
selama 15 menit, diinjek ke sistem KCKT fase terbalik hasil optimasi Jeversoon 2016 dalam jam yang berbeda untuk dilihat seberapa besar perubahan
konsentrasi yang dihasilkan dari masing-masing larutan baku. Konsentrasi diukur dalam pengukuran selama 4 jam. Dihitung nilai persen perubahan yang diperoleh.
G. Analisis Hasil 1.
Selektivitas
Selektivitas ditentukan dari kemampuan metode KCKT fase terbalik yang telah dioptimasi untuk memisahkan asam askorbat dalam larutan injeksi
pemutih kulit. Selektivitas ditentukan dengan parameter resolusi Rs dengan rumus:
2
Keterangan: Rs = resolusi tR1 = waktu retensi puncak analit pertama
tR2 = waktu retensi puncak analit kedua W1 = lebar dasar puncak pertama
W2 = lebar dasar puncak kedua
Nilai Rs 1,5 menunjukkan puncak analit telah tepisah sempurna satu sama lain Gandjar dan Rohman, 2007.
2. Linieritas
Linieritas dinyatakan dengan koefisien korelasi r. Konsentrasi larutan baku asam askorbat yang diperoleh diplotkan terhadap luas puncak pada
kromatogram sehingga diperoleh nilai r dari persamaan y = bx + a. Persyaratan linieritas yang dapat diterima adalah jika memenuhi nilai r
≥ 0,998 Kazakevich and
Lobrutto, 2007.
3. Akurasi
Akurasi metode dinyatakan dengan nilai recovery adisi baku yang dihitung dengan rumus:
3
Keterangan: Xn = Konsentrasi larutan n setelah adisi
Xo = Konsentrasi tanpa adisi blanko X’ = Konsentrasi adisi perhitungan manual
Akurasi dikatakan baik bila memiliki nilai recovery antara 98,0-102,0 untuk kadar analit 10-100 Gonzalez dan Herrador, 2007.
4. Presisi
Presisi dihitung sebagai standar deviasi relatif RSD atau koefisien variasi RSD, dengan rumus perhitungan:
4
Keterangan: RSD = standar deviasi relatif
SD = standar deviasi
Suatu metode dikatakan memiliki keterulanganpresisi yang baik jika memiliki nilai RSD
≤ 2,0 untuk kadar analit 100 Gonzalez dan Herrador, 2007.
5. Rentang
Rentang konsentrasi sampel uji yang memenuhi persyaratan linieritas, akurasi, dan presisi USP, 2007.
6. Uji Kestabilan Larutan Baku
Uji kestabilan larutan baku asam askorbat dihitung dari nilai persen perubahan, dengan rumus perhitungan:
perubahan = |
| x 100 5
Keterangan: Xn = konsentrasi akhir
Xo = konsentrasi awal
Suatu larutan baku dikatakan stabil apabila persen perubahan yang dihasilkan tidak lebih dari 2 Ahuja dan Dong, 2005.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pembuatan Fase Gerak
Fase gerak yang digunakan dalam sistem KCKT fase terbalik adalah campuran metanol dan 0,01 M bufer fosfat pH 3 dengan perbandingan 40 : 60 dan
kecepatan alir 0,9 mLmenit. Campuran metanol dan bufer fosfat bersifat polar sedangkan kolom Phenomenex® C
18
yang digunakan sebagai fase diam bersifat lebih nonpolar, sehingga metode KCKT ini merupakan metode KCKT fase
terbalik. Sistem elusi fase gerak yang digunakan dalam penelitian adalah isokratik karena pada sistem ini tidak dilakukan perubahan perbandingan selama proses
elusi. Prinsip kerja KCKT adalah memisahkan solut karena adanya perbedaan kecepatan elusi saat melewati kolom KCKT. Pemisahan ini terjadi karena adanya
interaksi antara analit, fase diam, dan fase gerak Rohman, 2009. Interaksi yang terjadi diantara fase diam dan asam askorbat adalah interaksi gaya London, yang
ditunjukkan pada Gambar 3. Interaksi gaya London ini merupakan gaya tarikan lemah yang disebabkan oleh dipol induksi sesaat pada suatu atom yang terjadi
karena pergerakan elektron dalam suatu orbital Levita dan Mustarichie, 2012. Interaksi asam askorbat dan fase gerak metanol dan bufer fosfat merupakan
interaksi hidrogen yang ditunjukkan pada Gambar 4. Interaksi hidrogen merupakan interaksi dipol-dipol yang terbentuk antara suatu hidrogen yang terikat
pada gugus yang memiliki atom elektronegatif dengan suatu atom elektronegatif lain yang memiliki pasangan elektron bebas.