dapat menyalurkan sebesar 60 dari seluruh dana yang berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi perantara
antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit Ratio FDR 60 berarti 40
dari seluruh dana yang dihimpun tidak tersalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak
menjalankan fungsinya dengan baik. Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio FDR bank mencapai lebih dari 110 berarti total
pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank
dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak intermediasi perantara dengan baik. Semakin tinggi Financing to
Deposit Ratio FDR menunjukkan semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio FDR
menunjukkan kurangnya
efektivitas bank
dalam menyalurkan
pembiayaan. Jika rasio Financing to Deposit Ratio FDR bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba yang
diperoleh bank tersebut akan meningkat dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif.
16
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
16
Suryani, “Analisis pengaruh Financing to Deposit Ratio FDR terhadap Profitabilitas
FDR = Total Pembiayaan yang diberikan Bank x 100 Dana Pihak Ketiga
E. Rasio Profitabilitas
1. Pengertian Rasio Profitabilitas Kinerja suatu bank merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengobankan berbagai sumber daya laporan keuangan merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan manajemen atas sumber
daya pemilik. Laporan laba rugi merupakan salah satu bentuk laporan keuangan yang dijadikan salah satu parameter yang digunakan utnuk
mengukur kinerja suatu bank. Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dalam laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai
konteks.
17
Profitabilitas dapat diartikan kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh laba yang berhubungan dengan penjualan, total aktiva, maupun
hutang jangka panjang.
18
Rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal bagi
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2008- 2010”, Walisongo vol. IX, no. 1 Mei 2011: h. 59-60
17
Fahdiansyah Oktaviyantoro, “Analisis Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Musyarakah, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah dan Inflasi Terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah Di Indonesia Periode Januari 2008- Desember 2012”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 47
18
Lukman Syamsuddin, “Manajemen Keuangan Perbankan”, edisi baru, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2000, h. 55
investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas.
19
Disebutkan juga, rasio profitabilitas adalah merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen, yang mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.
20
Profitabilitas adalah memperbandingkan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan setiap masa tertentu, dengan hasil penjualan atau jumlah
investasi dana dalam perusahaan.
21
ROE merupakan perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam
mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Sedangkan ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset yang dimiliki bank dengan modal sendiri.
Perlu dicatat disini bahwa dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian besarnya Return On
Asset dan tidak memasukkan unsur Return On Equity. Hal ini dikarenakan karena Bank Indonesia, sebagai pembina dan pengawas perbankan, lebih
19
Munawwir, “Analisa Laporan Keuangan”, Yogyakarta: Liberty, 2000,h. 89
20
Sutrisno , “Manajemen Keuangan”, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, h. 253
21
Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005, h. 63
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dana nya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.
22
2. Rasio Return On Asset ROA Return On Asset ROA adalah perbandingan antara keuntungan
dengan nilai total assetnya.
23
Return On Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan.
Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik.
24
ROA merupakan rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba bank syariah
Muhammad, 2005:265.
25
Berikut Rumus Return On Asset : ROA= Laba Sebelum Pajak x 100
Rata-rata Total Aset
22
Lukman Dendawijaya , “Manajemen Perbankan”, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003, h. 120-
121
23
Sri. Y Susilo, Triandaru. Sigit, dan A. Totok Budi Santoso, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta:Salemba Empat, 2000, h. 32
24
Lukman Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003, h. 121
25
Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005, h. 265