mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dana nya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.
22
2. Rasio Return On Asset ROA Return On Asset ROA adalah perbandingan antara keuntungan
dengan nilai total assetnya.
23
Return On Asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan.
Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin
baik.
24
ROA merupakan rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba bank syariah
Muhammad, 2005:265.
25
Berikut Rumus Return On Asset : ROA= Laba Sebelum Pajak x 100
Rata-rata Total Aset
22
Lukman Dendawijaya , “Manajemen Perbankan”, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003, h. 120-
121
23
Sri. Y Susilo, Triandaru. Sigit, dan A. Totok Budi Santoso, “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”, Jakarta:Salemba Empat, 2000, h. 32
24
Lukman Dendawijaya, “Manajemen Perbankan”, Jakarta:Ghalia Indonesia, 2003, h. 121
25
Muhammad, “Manajemen Bank Syariah”, Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005, h. 265
Klasifikasi tingkat ROA menurut Peraturan Bank Indonesia PBI No. 1418PBI2012 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Klasifikasi Tingkat ROA menurut BI
Tingkat ROA Predikat
Diatas 1,22 Sehat
0,99-1,22 Cukup Sehat
0,77-0,99 Kurang Sehat
Dibawah 0,77 Tidak Sehat
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan tabel klasifikasi tingkat ROA, semakin besar Return On Asset ROA suatu bank maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dari segi penggunaan aset, peningkatan ROA juga menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik.
F. Kerangka Teori Konseptual
Kehadiran perbankan syariah yang berumur lebih dari 2 dekade telah memberikan inovasi tersendiri pada industri perbankan di Indonesia. Adanya
perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi diharapkan dapat menunjukkan eksistensinya secara baik dibandingkan dengan perbankan
sistem lain berbasis bunga yang telah lahir sebelumnya. Salah satu menilai
citra baik dan buruknya suatu perbankan dapat dilihat dari gambaran kinerja keuangannya.
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. Penilaian aspek profitabilitas guna
mengetahui kemampuan menciptakan profit, yang sudah barang tentu penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik pada akhirnya akan
berdampak baik pada pihak intern maupun bagi pihak ekstern bank.
26
1. Pengaruh Pembiayaan Murabahah terhadap Profitabilitas ROA Bank-bank syariah umumnya mengadopsi pembiayaan murabahah
untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada para nasabah guna pembelian barang meskipun mungkin si nasabah tidak memiliki uang untuk
membayar. Murabahah, sebagaimana yang digunakan dalam perbankan syariah, prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok : harga beli serta biaya
yang terkait, dan kesepakatan atas markup laba. Bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai metode pembiayaan yang
utama, meliputi kira-kira tujuh puluh lima persen dari total kekayaan
26
Jumingan, Analisis Laporan Keuangan Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006, h. 239
mereka.
27
Angka persentase yang cukup tinggi ini membuktikan bahwa sebagian besar keuntunganlaba bank syariah yang dihasilkan dari pembiayaan
adalah murabahah. 2. Pengaruh Non Performing Financing terhadap Profitabilitas ROA
Apabila suatu bank mempunya non prforming financing yang tinggi, maka akan memperbesar biaya baik biaya pencadangan aktiva produktif
maupun biaya lainnya, sehingga berpengaruh terhadap kinerja bank. Risiko kredit yang diproksikan dengan non performing financing
berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan bank yang diproksikan dengan Return On Asset ROA. Sehingga maka semakin besar non performing
financing, akan mengakibatkan menurunnya return on asset ROA, yang juga berarti kinerja keuangan bank yang menurun karena resiko kredit semakin
besar. Begitu pula sebaliknya, jika non performing financing NPF turun, maka ROA akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat
dikatakan semakin baik.
28
27
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005, h.120
28
Hendra Gun awan, “Analisis Pengaruh Jumlah Pembiayaan Murabahah, Mudharabah, dan
Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Studi Kasus Bank Syariah Mandiri Periode 2007- 2011”, Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisinis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013, h. 35-36