HASIL DAN PEMBAHASAN PENUTUP
39
Artinya : “Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantara tekanan
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil
riba, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba,
maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
b. Keadilan sosial, persamaan, dan hak milik. Keadilan sosial dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan
pengguna dana untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila terjadi kerugian. Islam memberikan panduan bahwa proses akumulasi kekayaan dan
distribusi ekonomi terbentuk secara fair dan benar. c. Uang sebagai modal “potensial”.
Dalam pandangan Islam uang merupakan modal “potensial”. Ia akan menjadi modal nyata ketika uang tersebut bekerjasama dan bergabung dengan
40
sumber daya lain untuk melakukan suatu aktivitas produktif. Islam mengakui nilai kontribusi uang, ketika ia bertindak sebagai modal yang digunakan untuk aktivitas
usaha. d. Larangan perilaku spekulatif.
Sistem keuangan Islam tidak menghendaki penimbunan hoarding dan melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian, perjudian, dan beresiko
ekstrim. e. Kesucian akad kontrak.
Islam menegakkan kewajiban sesuai dengan akad kontrak dan keterbukaan informasi sebagai tugas suci. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
risiko dari informasi asimetrik dan moral. f. Aktivitas yang disetujui syariah.
Hanya aktivitas bisnis yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariah yang memenuhi persyaratan untuk investasi. Sebagai contoh, investasi bisnis yang
berkaitan dengan minuman keras, perjudian, dan barang haram dilarang oleh Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Hosen antara lain
:4
a. Prinsip Al- Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama
antara anggota masyarakat dalam kebaikan.
4
Muhammad Nadratuzzaman Hosen, dkk, Perbankan Syari’ah, Jakarta: Pusat
Komunikasi Ekonomi Syariah, 2005, h. 9.