37
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah didefinisikan sebagai bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
1
Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institution AAS-IFI menyebutkan bank
syariah sebagai suatu lembaga yang didirikan dengan konsep bagi hasil atas keuntungan atau kerugian sesuai dengan konsep Islam dimana “profit
diperuntukk an bagi mereka yang siap menanggung risiko”.
Bank Umum Syariah BUS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BPRS adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS,
adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
1
Ismail, Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi, Jakarta: Kencana, 2011, Ed 1 Cet. 2, h.20.
38
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah danatau unit syariah.
2
Menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan
berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Lembaga yang berwenang di sini adalah
Dewan Pengawas Syariah DPS yang bersifat independen yang merupakan kepanjangan dari Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI.
DPS ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI. Adapun prinsip perbankan
syariah menurut Aziz sebagai berikut:
3
a. Larangan riba dan bunga. Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap riba.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh al- Qur’an maupun al-
hadits adalah riba. Al-Quran mengharamkannya dalam QS. Al- Baqarah 2: 275. Allah berfirman:
2
http:www.academia.edu8739185Prinsip_dasar_manajemen_Syariah diakses pada 4
Juni 2015.
3
Aziz Budi Setiawan, “Perbankan Syariah: Challenges dan Opportunity Untuk
Pengembangan di Indonesia”, Jurnal Koordinat, Edisi: Vol. VIII No. 1, h. 4.