Pembelajaran Konvensional Model Pembelajaran Kooperatif

berorientasi pada orang lain yang dianggap baik. Bahkan siswa akan melakukan tindakan yang baik apabila oraang lain merasa senang. 6. Perkembangan Ekspresif Pola perkembangan ekspresif siswa Sekolah Dasar dapat dilihat dari kegiatan ungkapan bermain dan kegiatan seni art. Siswa Sekolah Dasar sudah menyadari aturan dari suatu permainan, bahkan siswa pada usia itu sudah mulai membina hobinya. 7. Aspek-aspek Inteligensi Aspek-aspek inteligensi pada siswa SD secara dinamis akan berkembang. Tugas pembelajaran adalah mengoptimalkan perkembangan-perkembangan tersebut agar dapat dicapai secara efektif. 8. Aspek Kebutuhan Siswa Selain aspek perkembangan siswa yang telah dikemukakan di atas juga perlu dipertimbangkan aspek kebutuhan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan materi apa yang akan dipelajari oleh siswa. Secara umum ada dua kebutuhan siswa, yaitu1 psiko-biologis yang dinyatakan dalam keinginan, minat, tujuan, harapan,dan masalahnya,2 sosial yang berkaitan dengan tuntutan lingkungan masyarakat, biasanya menurut pandangan orang lain.

2.1.5 Pembelajaran Konvensional

Menurut Ujang Sukandi dalam Sunarto 2009, pembelajaran konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. Dari penjelasan tersebut pada metode pembelajaran konvensional terlihat dalam proses pembelajaran yang lebih banyak mendominasi yaitu gurunya sebagai pentransfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Menurut Kurniasih, dkk 2015: 50“penyelenggaraan pembelajaran konvensional lebih menekankan kepada tujuan pembelajaran berupa penambahan pengetahuan, se hingga belajar dilihat sebagai proses “meniru” dan siswa dituntut untuk dapat mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari melalui kuis atau tes terstandar ”. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembelajaran konvensional dapat dimaknai sebagai pembelajaran yang lebih banyak berpusat pada guru, komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, pembelajaran lebih banyak menggunakan ceramah dan demonstrasi, dan materi pembelajaran lebih pada penguasaan konsep bukan kompetensi.

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif

Sani, dkk 2015: 18 menjelaskan “model pembelajaran merupakan sebuah prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar ”. Menurut Suprijono 2011: 46 dalam Rohman 2015: 56, model pembelajaran adalah pola yang digunakansebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.Menurut Minatul Maulana, 2012: 37 penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan karakteristik materi yang akan dibahas diharapkan membantu keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola yang dirancang oleh guru secara sistematis dalam mengorganisasikan penerimaan pengalaman belajar siswa dan menjadi pedoman bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Menurut Suprijono 2009: 54 dalam Thobroni 2015: 235 model pembelajaran kooperatif adalah semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Istilah kooperatif digunakan dalam tulisan ini karena maknanya lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses sosial dalam belajar mencakup pengertian kolaboratif. Wisudawati 2014: 49-50 menyebutkan langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran adalah sebagai berikut: 1 Kembangkan pikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. 2 Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik IPA baik secara eksperimen maupun noneksperimen. 3 Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan teknik bertanya. 4 Ciptakan “masyarakat belajar” belajar dalam kelompok-kelompok dalam proses pembelajaran IPA. 5 Hadirkan “model” sebagai contoh pembelajaran IPA. 6 Lakukan refleksi di akhir pertemuan. 7 Lakukan asesmen yang sebenarnya dengan berbagai cara.

2.1.7 Model Pembelajaran NHT

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA INTENSIF PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PAKUNDEN KABUPATEN BANYUMAS

2 73 336

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SDN LANGENSARI KABUPATEN SEMARANG

0 12 279

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN TRUE OR FALSE DAN INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI KEJAMBON 01 DAN 08 KOTA TEGAL

1 28 360

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK DAN SNOWBALL THROWING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI MUARAREJA 02 TEGAL

1 18 426

Keefektifan Model Pembelajaran Picture And Picture Terhadap Hasil Belajar Menulis Narasi pada Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Negeri Pecabean Kabupaten Tegal

1 18 250

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL GI DANAIR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS IV MATERI PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI DAN LANGIT SDN PEKAUMAN 2 DAN OTA TEGAL

0 0 104

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN INDEX CARD MATCH TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IV SD NEGERI TEMBOKLUWUNG ABUPATEN TEGAL

0 0 83

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DAN SPONTANEOUS GROUP DISCUSSION TERHADAP HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS IV SD NEGERI MANGKUKUSUMAN 1 DAN OTA TEGAL

0 0 104

STUDI KOMPARASI KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD DAN TPS TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI TEGALSARI 4 DAN OTA TEGAL

0 1 87

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

1 1 9