Cara Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Dokter-Pasien

panjang. Pilihan penatalaksanaan yang tersedia dan juga pemeriksaan yang dibutuhkan penting untuk pasien ketahui. 4. membicarakan secara mendetil terkait biaya dan kemampulaksanaan sesuai keadaan pasien 5. mengajak pasien dalam menetapkan keputusan yang akan digunakan untuk penatalaksanaan pasien 6. melakukan usaha tambahan, seperti memberi motivasi kepada pasien dan juga mengedukasi tentang mengubah gaya hidup 7. menyampaikan seluruh pembicaraan dalam interview menggunakan bahasa yang sederhana sehingga pasien memahami apa yang dokter sampaikan. Keluarga pasien akan merasa gelisah, sangat ragu, serta akan muncul berbagai pertanyaan yang ingin ditanyakan terkait keadaan pasien ketika salah satu anggota keluarganya dalam keadaan kritis dan dirawat di ICU. Berikut ini adalah langkah yang dapat membantu dokter meningkatkan kualitas kemampuan komunikasi terhadap pasien: 16 1. membuat jadwal berbicara atau konferensi dengan anggota keluarga minimal sekali sehari 2. membicarakan dan mengapresiasi tentang usaha yang telah mereka lakukan 3. memberi referensi yang lebih baik untuk keluarga, keluarga akan mencari informasi melalui internet, hal ini dilakukan untuk menghargai keingintauan keluarga pasien 4. selalu memberikan penjelasan atas perkembangan keadaan pasien 5. Tidak menunjukkan ekspresi kaget atau shock, dokter harus bisa mengontrol keadaan dibawah kendalinya 6. Fokus untuk melakukan konseling dengan keluarga pasien. Langkah-langkah di atas sangat bermanfaat dalam menghindarkan dokter dari sengketa medis yang sering terjadi di Indonesia, hal ini perlu disampaikan kepada dokter sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja seorang dokter dalam melayani pasien. 3,16

2.2.7. Harapan Pasien dalam Komunikasi Dokter-pasien

Perbedaan persepsi antara dokter dan pasien erat hubungannya dengan kejadian kesalahan komunikasi dan ketidakpuasan pasien sehingga akan menghasilkan hasil yang buruk terhadap kepatuhan dan kesembuhan pasien. Komunikasi interpersonal antara dokter dan pasien bersifat transaksional sehingga antara keduanya saling mempengaruhi, dipengaruhi, dan juga memiliki kontribusi. 3 Ekspektasi atau harapan pasien secara umum yang disampaikan dalam Patient-Doctor Communication adalah: 19 1. Ekspektasi utama: Kompetensi klinis dokter 2. Ekspektasi tambahan: Profesional, peduli dengan pasien, sopan, jujur, ikhlas, dan tulus, menarik, serta memiliki kemampuan komunikasi efektif baik secara verbal maupun non-verbal. Perbedaan inilah sering terjadi pada realita komunikasi dokter-pasien. Bagi dokter, konsultasi medis adalah hal yang biasa dilakukan setiap hari rutinitas, namun bagi pasien belum tentu hal yang biasa bahkan bisa menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan dan membuat pasien gelisah. Untuk itu perlu pemahaman dokter untuk dapat mengatur sikap dan perilaku dalam melayani pasiennya. 20

2.3. Profesi Kedokteran

2.3.1. Definisi Dokter Umum dan Dokter Spesialis

Dokter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah lulusan pendidikan kedokteran yang ahli dalam hal penyakit dan pengobatannya. Adapun dokter umum adalah dokter yang belum mendalami keahlian pada jenis penyakit tertentu. Sedangkan dokter spesialis adalah dokter yang mengkhususkan keahliannya dalam satu bidang penyakit tertentu. Menurut UU no.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran, yang termasuk dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Undang-Undang No.20 tahun 2013 pasal 1 ayat 9 tentang Pendidikan Kedokteran, yang termasuk dokter adalah dokter, dokter layanan primer, dokter spesialis- subspesialis lulusan pendidikan dokter baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah. 21,22

2.3.2. Definisi Dokter Akademisi

Dokter akademisi atau yang disebut sebagai dosen kedokteran menurut UU No. 20 tahun 2013 pasal 1 ayat 11 tentang pendidikan kedokteran yaitu pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora kesehatan, danatau keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. 22 Dalam UU yang sama, dosen yang dimaksud adalah dosen yang mengampu kelompok keilmuan biomedik, kedokteran klinis, bioetika atau humaniora kesehatan, serta kedokteran komunitas dan kesehatan masyarakat yang berasal dari perguruan tinggi, RS pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran. 22 Dengan demikian dokter akademisi memiliki peranan penting dalam mencetak mahasiswa kedokteran menjadi dokter yang profesional baik dalam keterampilan klinis maupun keterampilan interpersonal, sebagai bekal menjalani profesi dokter di masa depan.

2.4. Hubungan Tingkat Profesi Kedokteran dengan Keterampilan

Interpersonal Dalam penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, teridentifikasi empat faktor utama yang mungkin mempengaruhi sifat dan efektivitas komunikasi antara dokter dan pasien, yaitu: 3 1. Karakteristik dokter jenis kelamin dan pengalaman 2. Karakteristik pasien jenis kelamin, kelas sosial, usia, pendidikan dan keinginan akan informasi 3. Perbedaan antara kedua belah pihak dalam hal kelas sosial dan pendidikan, sikap, keyakinan dan harapan 4. Faktor-faktor situasional beban pasien, tingkat kenalan dan sifat masalah yang diajukan Dengan bertambahnya tingkat profesi kedokteran, misal dari dokter umum kemudian melanjutkan pendidikan menjadi dokter spesialis; atau dari dokter spesialis menjadi dokter subspesialis tentunya mempunyai pengalaman dan tingkat keilmuan yang lebih tinggi yang secara teori akan mempengaruhi persepsi seseorang termasuk persepsi dalam keterampilan interpersonal dokter- pasien.

2.5. Komunikasi dalam Perspektif Islam

Kemampuan bicara atau berkomunikasi merupakan salah satu potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia sehingga dapat berinteraksi dan membangun hubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Seperti disampaikan dalam Al Quran surat Ar-rahman ayat: 4 yang berbunyi: ايب ه لع, yang artinya “mengajarnya pandai berbicara”. Syaukani dalam Tafsir Fath al- Qadir mengartikan al-bayan sebagai kemampuan berkomunikasi. Dalam ayat tersebut kita dapat ketahui bahwa manusia diberikan bekal hidup oleh Allah swt, salah satunya adalah kemampuan berkomunikasi. Anugerah berbicara ini sebaiknya digunakan dengan sebai-baiknya dan berhati-hati, karena kerapkali manusia kurang memikirkan apa yang dibicarakannya, apakah akan menyusahkan dirinya atau malah menyakiti orang lain. Rasul juga telah mengajarkan etika berbicara sebagai mana hadist berikut ini: Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia berkata pada perkara yang baik atau diamlah, Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka hendaklah ia memuliakan tetangganya, Barang siapa yang beriman kepada Allah swt. dan hari kiamat maka he ndaklah ia memuliakan tamunya”. Sedangkan etika yang dimaksud dalam perspektif Islam sebenarnya adalah etika tetap berpegang teguh pada sumber utama Islam yaitu Al Qur‟an dan Hadist. Berikut beberapa ulasan kaidah komunikasi dalam Al Quran: