Hukum Sebagai Teks Teori Hukum Progresif 1. Pengertian

Hukum sebagai teks itu diam dan hanya melalui perantaraan manusialah ia menjadi “hidup”. Dalam kepustakaan sosiologi hukum perantaraan seperti itu disebut sebagai mobilisasi hukum. Perilaku atau tindakan manusia itu dapat menambah dan mengubah teks. Penegakan hukum law enforcement adalah konsep normatif, di mana orang hanya tinggal mengaplikasikan apa yang ada dalam perundang-undangan. 13 Hukum merupakan suatu produk budaya apabila dilihat sebagai suatu norma sosial, hukum hadir dalam masyarakat dengan bentuk budaya apapun. Pada masyarakat primitif pun sudah dijumpai hukum. Malinowski menegaskan, bahwa pada suatu masyarakat primitf, hukum timbul dari kebutuhan masyarakat. Gagasan itu terungkap bahwa ketika masyarakat tertentu hidup bersama, masyarakat tersebut menghasilkan pola tingkah laku tertentu. Anggota-anggota masyarakat harus memenuhi kebutuhan fisik, biologis, dan sosial sehingga mereka harus berusaha untuk bekerja sama dengan sesamanya dalam suatu kehidupan bermasyarakat. 14 Hukum sebagai perilaku itu muncul secara merta-merta atau spontan lewat interaksi antara para anggota masyarakat sendiri. Di situ masyarakat sendirilah merupakan pabrik yang memproduksi hukum, yaitu melalui perilaku. Indonesia mempunyai pengalaman dengan fenomena “hukum di- 13 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2010, h. 15. 14 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, t,t.,: t,tp., t.th, h. 53. luar-teks”, seperti diuraikan mengenai penurunan Presiden Soeharto oleh para mahasiswa di muka. Perilaku hukum yang tampak sebagai mematuhi hukum, tidak selalu bertolak dari kesadaran untuk patuh kepada hukum. Perilaku tersebut dapat berupa sebuah perilaku yang mandiri tanpa ada hubungannya dengan kepatuhan hukum. Dengan demikian, hukum bereksistensi sebagai hasil kerja sama suatu masyarakat. Oleh karena itu, hidup bermasyarakat merupakan modus survival bagi manusia, hukum merupakan suatu yang inheren dengan kehidupan masyarakat manusia. 15 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tiada hukum tanpa masyarakat. Karena hukum tercipta dan diciptakan oleh masyarakat untuk dijadikan pedoman bertingkah laku anggota masyarakat dalam hubungannya dengan sesamanya. 16 Hukum merupakan kebiasaan dari perilaku yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Perilaku tersebut menjadi pola perilaku yang lahir karna kebutuhan masyarakat yang disebut dengan hukum kebiasaan.

C. Teori Penegakan Hukum

Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan penegakan sebagai proses, cara, perbuatan menegakkan. 17 Penegakan hukum adalah proses 15 Satjipto Rahardjo, Penegakan Hukum Progresif, h. 16. 16 Rianto Adi, Sosiologi Hukum kajian Hukum secara Sosiologis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2012, h. 9. 17 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. III, edisi III, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, h. 1155. dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan- hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Jimly Asshiddiqie menyatakan: Penegakan hukum law enforcement dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum, baik melalui prosedur peradilan ataupun melalui prosedur arbitrase dan mekanisme penyelesaian sengketa lainnya. Bahkan, dalam artian yang lebih luas lagi, kegiatan penegakan hukum mencakup pula segala aktivitas yang dimaksudkan agar hukum sebagai perangkat kaidah normaif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara benar-benar ditaati dan sungguh-sungguh dijalankan sebagaimana semestinya. Dalam arti sempit, penegakan hukum itu menyangkut kegiatan penindakan terhadap segala pelanggaran atau penyimpangan terhadap peraturan perUndang-undangan, khususnya yang lebih sempit lagi, melalui proses peradilan pidana yang melibatkan peran aparat kepolisian, kejaksaan, advokat, atau pengacara, dan badan-badan peradilan. 18 Masa transisi lazimnya dikatakan masa peralihan dari masa lalu ke masa depan, masa yang penuh konflik-konflik sosial dan konflik norma-norma. Peranan hukum dalam masa transisi lazimnya hanya ditujukan untuk mengisi kekosongan hukum sebagai dampak pemberlakuan hukum baru dalam konteks hukum lama untuk memelihara kelangsungan kehidupan masyarakat. 19 18 Sabian Utsman, Dasar-Dasar Sosiologi Hukum; Makna Dialog antara Hukum Masyarakat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, h. 243-244. 19 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia Penegakan Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2001, h. 16. Pada negara-negara yang sedang dalam masa transisi menuju demokrasi dan menuju ke negara yang menganut prinsip “Rule of law” atau “Rechtstaat”, hukum yang berlaku belum sepenuhnya mencerminkan rasa keadilan masyarakat. Karena hukum-hukum tersebut kepastian dan keadilan hukum beluma spiratif belum sepenuhnya dapat menyuarakan dan mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. 20 Era kabinet reformasi pembangunan yang dibentuk sejak pengangkatan Habibie sebagai Presiden R.I ketiga dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan R.I merupakan era transisi, baik dalam bidang politik, hukum, ekonomi dan sosial budaya. Hukum dan penegakan hukum dalam era reformasi ini tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik elit penguasa. Keterkaitan hukum dan penegak hukum dalam perilaku politik tersebut hanya dapat terjadi dalam suatu negara yang tidak demokratis dimana transparansi, supremasi hukum, promosi dan perlindungan HAM dikesampingkan. Penegakan hukum dalam era transisi tidak boleh surut karena dalam dunia akademis, para juris selalu berkata “sekalipun langit akan runtuh hukum tetap harus ditegakkan”. Oleh karena itu, masa transisi bukanlah alasan untuk tidak menegakkan secara baik, benar dan bertanggung jawab. 21 20 Sutan Remy Sjahdeini dan dkk. Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006, h. 120. 21 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia Penegakan Hukum, h. 54.

Dokumen yang terkait

Efektifitas hakim mediasi dalam menyelesaikan perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

1 21 100

Putusan Pengadilan Agama Kota Tangerang dalam perkara cerai talak dengan alasan isteri mafqud

7 109 72

Penerapan maslahah mursalah dalam Khi dan pengaruhnya terhadap Putusan Hakim: studi kasus Putusan Cerai gugat karena suami poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2007

4 52 117

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PERKARA PERCERAIAN (Studi Kasus Putusan Nomor Register Perkara 1055Pdt.G2009PA. Kra di Pengadilan Agama Karanganyar)

0 8 87

HAK EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA.

3 12 75

PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM TENTANG AKIBAT HUKUM CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 146

PENETAPAN KADAR NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH OLEH HAKIM PADA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (Studi Putusan Cerai Talak Tahun 2017) - Test Repository

0 1 229

Kaidah Hukum Islam dalam Pertimbangan Hukum Putusan Hakim ( Studi Kasus Perkara Cerai Gugat Tahun 2017 di Pengadilan Agama Kelas 1 A Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 136

Tinjauan KHI dan PP No. 10 tahun 1983 terhadap pertimbangan hakim tentang hak-hak istri dalam perkara cerai talak di pengadilan agama Pacitan tahun 2016. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

0 0 104

ANALISIS PERKARA DALAM PUTUSAN NOMOR 0022Pdt.G2014PA.Mn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN SKRIPSI

0 1 75