Dasar Hukum Cerai Talak
dengan isterinya, kecuali dengan akad baru. Kedua, ba’in kubra yaitu talak yang sama sekali tidak boleh dirujuk selamanya. Perceraian ini
terjadi karena li’an.
13
Dalam ajaran Islam, talak bagaikan pintu darurat yang merupakan jalan pintas untuk mengatasi kemelut rumah tangga, bila tidak ditemukan
jalan lain untuk mengatasinya. Dengan demikian, ajaran Islam tidak menyukai terbukanya pintu darurat tersebut. Karena itu, Allah SWT.,
memandang talak yang terjadi antara suami-isteri sebagai perbuatan halal yang sangat dimurkai-Nya. Hadist Ibnu Umar menyatakan, Rasulullah
SAW., bersabda:
Artinya: “Talak merupakan perbuatan halal yang sangat dibenci Allah SWT.”
14
HR Abu Daud dan Hakim b. Khulu’
Kata khulu’ berasal dari kata yang berarti melepaskan atau
meninggalkan.
15
Khulu’ juga dapat berarti “fidaaun” atau tebusan. Karena dalam hal ini, isteri meminta cerai kepada suaminya dengan membayar
13
Ibid., h. 186.
14
Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta: Nusantara Damai Press, 2011, h. 57.
15
A. Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab-Indonesia, Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h. 361.
sejumlah uang tebusan atau imbalan.
16
Pada dasarnya wewenang talak hanya berada pada tangan suami. Namun, dalam keadaan tertentu Al-
Qur’an membolehkan adanya khulu’ dari pihak isteri. Dengan demikian, bagi pihak isteri pun tidak tertutup kemungkinan sama sekali untuk
memiliki semacam wewenang dalam hal talak. Adapun asbabun nuzul dasar pembolehan khulu’ yaitu At Tirmidzi dan Al Hakim dan lainnya dari
Aisyah berkata: Ada laki-laki mencerai isterinya semaunya, ia cerai isterinya dan ruju’ lagi di saat isteri dalam iddahnya, tak ada masalah
baginya walaupun mencerainya hingga seratus kali. Malah ia berkata kepada isterinya: Demi Allah kau akan kucerai dan nanti akan kurujuk lagi,
walaupun aku tidak menggauli kau. Isterinya bertanya: Mengapa begitu? Ya… aku cerai dan bila waktu iddah akan habis aku kawini lagi. Wanita
itupun pergi menghadap Nabi dan melapor. Nabi SAW., diam dan turunlah ayat ini:
17
Artinya: “Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang imbalan yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.”
18
Q.S. Al-Baqarah: 229.
16
Al-Imam Taqiyuddin Abu Bakar AlHusaini, Kifayatul Akhyar jilid II, Surabaya: PT Bina Ilmu Offset, 1997, h. 456.
17
Jalaluddin As Suyuthi, Terjemah Asbabun Nuzul, penerjemah Rohadi Abu Bakar, Semarang: Wicaksana-Berkah Ilahi, 1986, h. 56.
18
Hasanuddin AF, Perkawinan dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 75.
Ayat Inilah yang menjadi dasar hukum khulu dan penerimaan iwadh. Kulu Yaitu permintaan cerai kepada suami dengan pembayaran
yang disebut iwadh. Hadist dari Ibnu Abbas r.a.:
: :
:
Artinya: “Bahwasannya isteri Tsabit bin Qais datang kepada Nabi SAW., lalu bekata: “saya tidak mencela akhlak dan agama Tsabit bin Qais, tetapi
saya membenci kekufuran setelah berada dalam agama Islam.” Kemudian Nabi SAW., bertanya kepada perempuan itu: “Sanggupkah engkau
mengembalikan kepada Qais kebunnya?” Perempuan itu menjawab: “ya.” Maka Rasulullah SAW., berkata kepada Tsabit bin Qais: “Terimalah
kebun itu dan talak lah ia isterimu sekali talak.
19