b. Ekonomi Ekonomi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perselisihan
dan pertengkaran anatar suami isteri. Ketika kebutuhan keuangan dalam rumah tangga tidak terpenuhi, sering kali memicu amarah diantar
keduanya, isteri yang tidak sabar dengan penghasilan suami karena tidak merasa cukup akhirnya terjadi perselisihan.
2
c. Tidak ada tanggung jawab Tidak ada tanggung jawab pada cerai talak di Pengadilan Agama
Jakarta Selatan maksudanya adalah si isteri sudah tidak lagi bertanggung jawab sebagai ibu rumah tangga, sudah tidak memenuhi kewajiban-
kewajiban sebagai isteri kepada suami. Hal ini bertentangan dengan Pasal 83 Kompilasi Hukum Islam bahwa kewajiban utama bagi seorang isteri
ialah berbakti lahir batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
3
Apabila isteri sudah tidak taat dan patuh kepada suami maka alasan tersebut dapat dijadikan alasan bagi suami
untuk mengajukan permohonan perceraian ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
d. Gangguan pihak ketiga Gangguan pihak ketiga merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara suami isteri. Perceraian karena pihak ketiga ini dikarenakan isteri memiliki laki-laki idaman lain
dan sering meninggalkan rumah dengan hadirnya orang ketiga tersebut.
2
Wawancara Pribadi dengan Mustofa. Jakarta, 26 Maret 2015.
3
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, cet. IV, Jakarta; Kencana, 2010, h. 164.
Dibawah ini data statistik faktor penyebab perceraian tahun 2010 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan.
Tabel 4.4 Faktor Cerai Talak 2010
Sebab cerai talak Jumlah
Prosentase
Tidak ada keharmonisaى 721
33.2 Ekonomi
594 27.3
Tidak ada tanggung jawab 517
23.8 Gangguan pihak ketiga
338 15.5
Sumber data: Statistik Pengadilan Agama Jakarta Selatan
B. Posisi Kitab Fikih dalam Putusan Perkara Cerai Talak Tahun 2010
Sebagaimana telah disinggung pada bab sebelumnya pengertian cerai talak diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan
Agama Pasal 66 ayat 1 menjelaskan bahwa, pengertian cerai talak yaitu “Seorang suami yang beragama Islam yang akan menceraikan isterinya
mengajukan permohonan kepada Pengadilan untuk mengadakan sidang guna penyaksian ikrar talak”.
4
Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengenai pengertian cerai talak adalah cerai yang inisiatifnya datang
dari suami dengan posisi suami sebagai Pemohon dan posisi isteri sebagai Termohon yang diajukan ke Pengadilan Agama.
5
Pendapat lain juga diungkapkan oleh Hakim bahwa cerai talak adalah salah satu cara untuk
4
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996, h. 41.
5
Wawancara Pribadi dengan Mustofa. Jakarta, 26 Maret 2015.
memutuskan perkawinan yang diajukan oleh pihak suami di hadapan sidang Pengadilan.
6
Berdasarkan hasil wawancara tersebut cerai talak adalah permohonan cerai yang diajukan oleh suami dengan suami sebagai Permohon dan Isteri
sebagai Termohon yang pernyataan talak suami kepada isteri harus dilakukan dihadapan sidang Pengadilan Agama.
Hukum acara yang digunakan mengenai tata cara pemeriksaan sengketa perkawinan dapat ditemukan dalam peraturan dan perundang-
undangan sebagai berikut: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama sebagaimana yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3
Tahun 2006 dan Perubahan ke-II dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Aturan Pelaksanaan Undang- undang Perkawinan, Instruksi Presiden Nomor I Tahun 1991 Tentang
Kompilasi Hukum Islam dan aturan lain berkenaan dengan sengketa perkawinan serta kitab fikih Islam sebagai sumber penemuan hukum.
7
Serupa seperti yang dikatakan oleh hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dalam memutus suatu perkara merujuk dasar hukum pada Al-
Qur’an, Intruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam, Yurisprudensi, dan boleh juga pendapat hakim itu sendiri
8
, kemudian yang
6
Wawancara Pribadi dengan Saifuddin. Jakarta, 26 Maret 2015.
7
Aris Bintania, Hukum Acara Peradilan Agama dalam Kerangka Fiqh al-Qadha, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, h. 3.
8
Wawancara Pribadi dengan Saifuddin. Jakarta, 26 Maret 2015.
paling pokok adalah Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang
Pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan,
9
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama jo Undang- undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Maka berdasarkan hasil wawancara sumber hukum yang digunakan hakim di Pengadilan Agama
dalam memeriksa, mengadili dan memutus perkara menggunakan peraturan perUndang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Salinan putusan cerai talak tahun 2010 di Pengadilan Agama Jakarta Selatan merujuk pada peraturan Perundang-undangan yang telah dijelaskan di
atas, adapun analisa yang penulis lakukan pada salinan putusan cerai talak tahun 2010 telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dibawah ini data statistik dasar pertimbangan hakim perkara cerai talak yang penulis ambil secara acak pada tahun 2010 sebanyak 50 putusan terlihat
dalam tabel data statistik dibawah ini:
Tabel 4.5 Data Eksistensi Fikih dalam Putusan Cerai Talak
No. No. Perkara
Dasar Pertimbangan
1. 0010Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat 1
dan 2. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. KHI Pasal 116 huruf f.
4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82 ayat 1 dan 4 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No. 3 Tahun 2006 Pasal 76 ayat
9
Wawancara Pribadi dengan Mustofa. Jakarta, 26 Maret 2015.
1. 2.
0011Pdt.G2010PA.JS 1. KHI Pasal 116 huruf f dan Pasal 143. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82 ayat
1 dan 4 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.
4. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1. 3.
0011Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 39. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. KHI Pasal 116 huruf f.
4. 0034Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan 39
ayat 1. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. KHI Pasal 116 huruf f.
5. 0042Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan 39.
2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf f.
3. KHI Pasal 116 huruf f dan Pasal 3. 6.
0055Pdt.G2010PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf f.
2. KHI Pasal 116 huruf f. 7.
0067Pdt.G2010PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf f.
2. KHI Pasal 116 huruf f. 3. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1.
4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat
1 sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang No. 3 Tahun 2006.
8. 0074Pdt.G2010PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 2. KHI Pasal 116 huruf f.
3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat 1 sebagaimana telah diubah dengan Undang-
undang No. 3 Tahun 2006. 9.
0093Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan 39 ayat 1.
2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf f.
3. KHI Pasal 116 huruf f. 10.
0109Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. KHI Pasal 116 huruf f.
11. 0111Pdt.G2010PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf b. 2. KHI Pasal 116 huruf b dan Pasal 3.
3. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal 76 ayat 1 dan 2.
4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat 1 dan Pasal 90 ayat 1 huruf a dan d sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.
12. 0122Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 82
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.
2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf f.
3. KHI Pasal 116 huruf f, Pasal 149 dan Pasal 153 huruf b
13. 0140Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 2 dan Pasal
39. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. KHI Pasal 116 huruf f.
4. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89 ayat 1 dan Pasal 90 ayat 1 huruf a dan d sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.
14. 0144Pdt.G2010PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 2. KHI Pasal 116 huruf f dan Pasal 7 ayat 1.
3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89. 15.
0157Pdt.G2010PA.JS 1. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19 huruf f.
2. KHI Pasal 116 huruf f dan Pasal 7 ayat 1. 3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 89.
4. Undang-undang No. 1 Tahun 1975 Pasal 1.
16. 0180Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1, 2 dan
Pasal 39. 2. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Pasal 19
huruf f. 3. Undang-undang No. 7 Tahun 1989 Pasal 65
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006.
4. KHI Pasal 116 huruf f, Pasal 105, Pasal 149 dan Pasal 152.
17. 0182Pdt.G2010PA.JS 1. Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 1 dan Pasal
39 ayat 2. 2. KHI Pasal 3 dan Pasal 116 huruf f.