Teori Hukum Positivisme TINJAUAN TEORI HUKUM DALAM PUTUSAN
biasa disebut dengan komunitas. Selanjutnya kehidupan bersama yang lebih luas disebut sebagai masyarakat.
8
Untuk mengerti hukum dengan baik kita perlu mengawalinya dengan perbincangan mengenai masyarakat. Hukum bermula dari masyarakat dan
sepanjang waktu akan terus seperti itu. Persoalan-persoalan timbul manakala hukum diabstrakkan, yaitu dengan mengabaikan konteks kemasyarakatannya.
Masyarakat manusia itu adalah otentik, sedang hukum itu institut yang lebih artifisial. Sejak hukum itu berbasis masyarakat manusia, maka dari dalam
kehidupan bersama itulah bahan-bahan untuk membangun sistem hukum diambil. Hukum menjadi institut yang otentik, oleh karena ia berangkat dari
realitas masyarakat dan manusia. Hukum yang baik adalah yang ditimba dari bahan kehidupan bersama itu sendiri.
9
Hukum sebagai skema adalah hukum sebagaimana di jumpai dalam teks atau perundang-undangan atau hukum yang dirumuskan dengan sengaja
secara rasional. Sifat penting dari hukum tertulis terletak dalam kekakuannya Lex dura sed tamen scripta-hukum itu keraskaku, tetapi begitulah sifat
tertulis itu. Begitu hukum itu dituliskan atau menjadi dokumen tertulis, maka perhatian bergeser kepada pelik-pelik penggunaannya sebagai sebuah
dokumen tertulis. Apabila semula berhukum itu berkaitan dengan masalah
8
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perilaku, Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2009, h. 5-6.
9
Ibid., h. 9-10.
keadilan atau pencarian keadilan, maka hukum itu sendiri dihadapkan kepada teks, pembacaan teks dan permaknaan teks.
10
Beberapa praktisi dan pemikir hukum, seperti hakim Agung Oliver Wendell Holmes, meyadari ketidakadilan yang akan muncul dari penerapan
rumusan yang umum atau teks-teks itu secara begitu saja. Karena banyak hal yang tidak terwadahi dalam teks tertulis, seperti suasana dan kebutuhan-
kebutuhan yang ada pada suatu saat, serta moral yang dipeluk masyarakat pada suatu kurun waktu tertentu, tidak mungkin tertulis dalam teks hukum
tersebut. Menurut Holmes hukum itu juga merupakan endapan dari pengalaman sejarah suatu bangsa selama berabad-abad, sehingga hukum tidak
boleh digarap menggunakan silogisme. “it cannot be dealt with as if it contained only the axioms and corollaries of a book of mathematics.”
Puchta dan Von Savigny mengatakan bahwa, hukum itu tidak dibuat secara sengaja, tetapi muncul dari dalam masyarakat sendiri. Maka hukum itu
akan selalu ada selama masyarakatnya juga masih ada. Hukum itu akan lenyap seiring dengan punahnya masyarakat. Aliran ini dikenal sebagai Aliran
Sejarah Historische school, Historical Jurisprudence. Eugen Ehrlich juga berpendapat sama dan mengatakan, bahwa hukum itu tidak muncul dalam
10
Ibid., h. 11-14.
teks, dalam pengadilan dan dalam ilmu hukum, melainkan dalam masyarakat.
11