Hukum Sebagai Perilaku Teori Hukum Progresif 1. Pengertian

Pada negara-negara yang sedang dalam masa transisi menuju demokrasi dan menuju ke negara yang menganut prinsip “Rule of law” atau “Rechtstaat”, hukum yang berlaku belum sepenuhnya mencerminkan rasa keadilan masyarakat. Karena hukum-hukum tersebut kepastian dan keadilan hukum beluma spiratif belum sepenuhnya dapat menyuarakan dan mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat. 20 Era kabinet reformasi pembangunan yang dibentuk sejak pengangkatan Habibie sebagai Presiden R.I ketiga dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan R.I merupakan era transisi, baik dalam bidang politik, hukum, ekonomi dan sosial budaya. Hukum dan penegakan hukum dalam era reformasi ini tidak dapat dipisahkan dari perilaku politik elit penguasa. Keterkaitan hukum dan penegak hukum dalam perilaku politik tersebut hanya dapat terjadi dalam suatu negara yang tidak demokratis dimana transparansi, supremasi hukum, promosi dan perlindungan HAM dikesampingkan. Penegakan hukum dalam era transisi tidak boleh surut karena dalam dunia akademis, para juris selalu berkata “sekalipun langit akan runtuh hukum tetap harus ditegakkan”. Oleh karena itu, masa transisi bukanlah alasan untuk tidak menegakkan secara baik, benar dan bertanggung jawab. 21 20 Sutan Remy Sjahdeini dan dkk. Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006, h. 120. 21 Romli Atmasasmita, Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia Penegakan Hukum, h. 54. Proses penegakan hukum law enforcement process dan proses pembentukan hukum nasional law making process saling berkaitan satu sama lain karena proses penegakan hukum yang baik, benar, dan bertanggung jawab dapat dipengaruhi oleh proses pembentukan hukum yang aspiratif, proaktif dan kredibel pada masanya. Proses pembentukan hukum yang aspiratif, proaktif, dan kredibel hanya dapat berlangsung dengan baik jika dilaksanakan dengan memenuhi 3 tiga koridor utama yaitu koridor akademik penyusunan naskah akademik, koridor administrative koordinasi horizontal antar departemen terkait, dan koridor sosial politik pembahasan oleh pemerintah bersama-sama dengan DPR, sehingga dalam proses pembentukan hukum perlu dimasukkan dan dipertimbangkan pula kendala-kendala dalam penegakan hukumnya. Proses pembentukan hukum itu sendiri, berawal dari partisipasi masyarakat luas yang perlu ditingkatkan sebagai bagian penting dalam upaya sosialisasi hukum secara merata law illumination process. Faktor-faktor yang menghambat efektifitas penegakan hukum tidak hanya terletak pada sikap masyarakat atau mental aparatur penegak hukum hakim, jaksa, polisi, dan penasehat hukum akan tetapi, juga terletak pada faktor sosialisasi hukum yang sering diabaikan. Ketimpangan-ketimpangan dalam proses penegakan hukum di Indonesia pada khususnya, sesungguhnya dapat dikembalikan pada masalah kesenjangan antara proses pembentukan hukum law making processLPM, proses sosialisasi hukum law illumination processLIP dan proses penegakan hukum law enforcement processLEP. 22 Penyiapan suatu perangkat hukum yang demokratis memerlukan beberapa syarat, yaitu: suatu masyarakat yang terbukatransparan dan demokratis, suatu kelembagaan politik partai-partai politik yang terbuka dan demokratis, suatu kelembagaan perwakilan rakyat yang dihasilkan oleh suatu proses pemilu yang demokratis, dan sesuatu pemerintah eksekutif yang lahir dari proses pemilu yang demokratis. 23 Penegakan hukum menjadi tugas dan tanggung jawab masyarakat itu sendiri, dan lembaga-lembaga peradilan yang terdiri dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan serta lembaga-lembaga advokasi yang ada. Terwujudnya penegakan hukum yang adil dan menjamin kepastian hukum merupakan harapan seluruh warga masyarakat yang memiliki rasa keadilan dan telah lama mengharapkan instansilembaga-lembaga tersebut berperan aktif dengan menjungjung tinggi rasa keadilan masyarakat. 24 Sesungguhnya penegakan hukum itu berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian serta ketentraman di dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat bukan saja dapat memengaruhi tetapi sangat 22 Ibid., h. 55. 23 Sutan Remy Sjahdeini dan dkk. Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2006, h. 120. 24 Ibid., h. 133.

Dokumen yang terkait

Efektifitas hakim mediasi dalam menyelesaikan perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan

1 21 100

Putusan Pengadilan Agama Kota Tangerang dalam perkara cerai talak dengan alasan isteri mafqud

7 109 72

Penerapan maslahah mursalah dalam Khi dan pengaruhnya terhadap Putusan Hakim: studi kasus Putusan Cerai gugat karena suami poligami di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2007

4 52 117

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PERKARA PERCERAIAN (Studi Kasus Putusan Nomor Register Perkara 1055Pdt.G2009PA. Kra di Pengadilan Agama Karanganyar)

0 8 87

HAK EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA.

3 12 75

PELAKSANAAN PUTUSAN HAKIM TENTANG AKIBAT HUKUM CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 146

PENETAPAN KADAR NAFKAH IDDAH DAN MUT’AH OLEH HAKIM PADA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA (Studi Putusan Cerai Talak Tahun 2017) - Test Repository

0 1 229

Kaidah Hukum Islam dalam Pertimbangan Hukum Putusan Hakim ( Studi Kasus Perkara Cerai Gugat Tahun 2017 di Pengadilan Agama Kelas 1 A Makassar) - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 136

Tinjauan KHI dan PP No. 10 tahun 1983 terhadap pertimbangan hakim tentang hak-hak istri dalam perkara cerai talak di pengadilan agama Pacitan tahun 2016. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

0 0 104

ANALISIS PERKARA DALAM PUTUSAN NOMOR 0022Pdt.G2014PA.Mn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA KOTA MADIUN SKRIPSI

0 1 75