5.2 Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS
Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan yang Ditempatkan di Rumah Sakit
Hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS kesehatan kantor cabang utama medan yang bekerja di rumah sakit menunjukkan bahwa dari
8 pernyataan beban kerja yang diberikan kepada responden , ditemukan jawaban terbanyak yang diberikan kepada responden sebanyak 51,9 sangat setuju
membutuhkan kosentrasi tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka sedangkan sisanya 37 menjawab setuju dan hanya 11,1 yang menjawab
kurang setuju. Tetapi tidak ada yang menyatakan sangat tidak setuju dan tidak setuju dengan pernyataan yang diberikan. Dari hasil tanya jawab kepada
responden, para responden di rumah sakit ini sebenarnya membutuhkan konsentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Tetapi para responden sering
tidak mendapati hal ini, seperti misalnya jaringan internet yang tidak terkoneksi dengan baik mengakibatkan pekerjaan responden yang makin lambat,sedangkan
pekerjaan lainnya sudah menunggu. Menyikapi hal ini salah satu kepala unit di BPJS kesehatan kota Medan membenarkan bahwa memang pekerjaan di RS lebih
sibuk jika dibandingkan dengan dikantor, karena mereka dengan jumlah yang sedikit harus menangani persoalan BPJS dan bertanggungjawab kepada rumah
sakit tersebut. Selain itu sebanyak 88,9 responden juga sangat setuju dan setuju dengan
sedikitnya waktu luang yang mereka dapat selama melakukan pekerjaan, sisanya 7,4 menjawab kurang setuju dan hanya 3,7 yang menjawab tidak setuju.
Menurut para responden yang berada di rumah sakit meskipun pihak BPJS sudah memberikan waktu istirahat tetapi tingginya jumlah peserta BPJS yang datang
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan beban kerja pegawai semakin banyak sehingga waktu yang disediakan oleh BPJS untuk istirahatpun tidak dapat dipergunakan. Responden
mengakui bahkan mereka tidak pernah makan siang tepat waktu, responden baru bisa makan ketika pendaftaran sudah ditutup atau peserta sudah habis, yang kira-
kira baru bisa makan siang jam 16.00 WIB. Menanggapi hal ini kepala unit BPJS kesehatan KCU Medan mengatakan sedikitnya anggota verifikator di rumah sakit
membuat jam kerja mereka semakin padat dan susah untuk mencari waktu istirahat, mereka harus lebih pandai membagi waktu kerja yang telah diberikan.
Kepala unit juga mengatakan bahwa jika diperlukan pihak BPJS akan menambah anggota ke rumah sakit agar lebih meringankan pekerjaan di rumah sakit. Dari 27
responden di kantor BPJS telah diketahui sebanyak 37 responden dinyatakan memiliki beban kerja sedang, 55,6 beban kerja berat dan 7,4 beban kerja
sangat berat. Sedangkan dari 37 pernyataan mengenai stres kerja yang diberikan kepada
responden menunjukkan salah satu jawaban terbanyak yaitu sebesar 40,7 menjawab merasa jam kerja lebih banyak dari teman yang lainnya, selebihnya
sebanyak 22,2 menjawab kadang-kadang dan 37 menjawab tidak pernah merasa bahwa jam kerja mereka berbeda dengan rekan lainnya, artinya jam kerja
ini juga mendukung terjadinya kejadian stres pada pekerja. Dari keterangan yang diberikan responden mereka memiliki beban kerja yang banyak hal inilah yang
membuat mereka merasa hanya mereka yang mengerjakan pekerjaan yang diberikan selain itu adanya hubungan dan kordinasi yang kurang bagus antara
mereka dan pihak rumah sakit. Pihak rumah sakit banyak tidak mengetahui
Universitas Sumatera Utara
peraturan-peraturan dari BPJS. Dengan nilai yang sama sebanyak 40,7 menjawab sering mengalami kaku dileher dan punggung setelah selesai bekerja,
sisanya 52,9 menjawab kadang-kadang dan 7,4 menjawab tidak pernah. Jawaban responden di rumah sakit dalam hal ini sama dengan jawaban responden
yang ditempatkan di kantor. Kekakuan otot yang terjad di sebabkan karna banyaknya pekerjaan yang harus mereka kerjakan tiap hari kerja yang menuntut
mereka harus selalu di depan komputer. Sebanyak 40,7 responden menjawab membicarakan masalah mereka
mengenai peserta dan keluarganya kepada atasan atau rekan kerja, sisanya 55,6 menjawab kadang-kadang dan 3,7 menjawab tidak pernah. Menurut responden
mereka lebih memilih untuk menyelesaikan sendiri masalah mereka dari pada menceritakan kepada atasan, tetapi jika memang ada masalah yang sangat rumit
untuk diselesaikan akan mereka sampaikan kepada atasan. Pendapat ini disetujui oleh salah satu kepala unit di kantor BPJS KCU Medan, kepa unit mengatakan
bahwa jika memang ada pekerjaan yang tidak dapat diatasi sendiri dapat disampaikan kepada atasan atau bantuan rekan kerja, tetapi tidak semua masalah
dapat disampaikan karna masing-masing karyawan termasuk atasan juga memiliki pekerjaan yang harus diselesaikan.
Selanjutnya sebesar 7,4 responden di rumah sakit mengatakan dapat menyampaikan informasi secara jelas dan dapat dimengerti oleh peserta, sisanya
22,2 mengatakan kadang-kadang dan hanya 70,4 mengatakan tidak pernah. Salah satu responden menyatakan hal ini dirasakan karena peserta tidak mengerti
tentang peraturan yang ada seperti misalnya peserta yang datang dari luar kota
Universitas Sumatera Utara
yang tidak membawa surat rujukan dan keluarga peserta yang megalami tabrakan tetapi tidak mau mengurus surat ke jasa raharja terlebih dahulu. Tanggapan kepala
unnit mengenai hal ini adalah mereka yang memakai BPJS ini kebanyakan adalah golongan menengah kebawah sehingga sulit untuk mngerti peraturan yang ada.
Selain sulit menyampaikan informasi kepada peserta, pera responden juga mengalami kesulitan dengan rumah sakit tempat mereka bekerja sendiri, ada
beberapa rumah sakit yang sulit menerima peraturan BPJS seperti mngenai rawat inap dan rawat jalan dan resep dokter yang tidak ada di e katalog. Kesulitan akan
kesediaan obat di rumah sakit dan kurang nya kordinasi antara pegawai BPJS dan rumah sakit tempat mereka bekerja juga diakui oleh beberapa responden.
Tanggapan kepala unnit mengenai hal ini adalah mereka yang memakai BPJS ini kebanyakan adalah golongan menengah kebawah sehingga sulit untuk mngerti
peraturan yang ada. Sebanyak 88,9 responden menjawab dapt diterima dalam pergaulan
dengan rekan seruangan dan selebihnya sebesar 11,1 menjawab kadang-kadang. Dari pernyataan salah satu responden mengenai hal ini adalah responden
mengakui adanya hubungan yang buruk antar rekan kerja di rumah sakit tempatnya bekerja, hanya beberapa orang yang dapat bekerjasama dengan
responden, tetapi responden menambahkan hal ini tidak mengganggu dalm proses kerja.
Sebanyak 3,7 responden di rumah sakit menyatakan merasa kehilangan konsentrasi ketika mendengar banyak instruksi atasan, sisanya 51,9 menyatakan
kadang-kadang dan 44,4 menyatakan tidak pernah. Menurut salah satu kepala
Universitas Sumatera Utara
unit di kantor BPJS kesehatan KCU Medan hal ini mungkin saja disebabkan instruksi yang para responden terima bukan hanya dari pihak BPJS tetapi juga
harus dikoordinasikan dengan pihak rumah sakit. Dari 27 responden diketahui sebanyak 63 dikategorikan stres sedang dan 37 sisanya dikategorikan stres
ringan. Hasil wawancara dan pengamatan langsung yang dilakukan kepada pasien
yang dilayani di RS terlihat bahwa bagi pasien rawat jalan telah melakukan prosedur mereka langsung menunggu pemeriksaan. Sehingga dalam hal ini tugas
petugas BPJS selesai beban kerja sedikit. Namun bagi petugas yang melayani peserta diluar jam kerja melalui IGD terlihat bahwa peranan petugas BPJS hanya
melegitimasi peserta BPJS dengan membuka data secara elektronik. Namun masalah yang sering muncul adalah terputusnya koneksi internet yang meresahkan
baik pasien maupun petugas, hal ini menyebabkan kegelisahan stres menurut pengamatan peneliti. Sehingga pelaksanaan tugas terhambat.
Dari hasil penelitian melalui wawancara yang dilakukan pada masing- masing RS di dapat bahwa masalah utama yang dirasakan adalah: pada pegawai
verifikator di RSUD adam malik adalah mereka menyatakan masalah peserta yang mereka tangani sangat banyak jumlahnya, masalah obat dokter yang tidak ada
didalam e katalog, peserta marah-marah karna tidak mengerti prosedur, internet yang sering terputus, dan lain sebagainya. Pada pegawai verifikator di RS
Pirngadi adalah mereka menyatakan masalah adanya peraturan dari pihak BPJS mengenai klaim yang sulit diterima oleh pihak rumah sakit, masalah jaringan yang
sering terputus, masalah obat yang tidak ada disediakan oleh rumah sakit dan lain
Universitas Sumatera Utara
sebagainya. Pada pegawai verifikator di RS Haji adalah mereka menyatakan masalah jumlah anggota BPJS yang kurang, tidak sempat menggunakan jam
istirahat, peserta yang marah-marah,klaim tentang koding diagnosa tidak sama, dan hubungan rekan kerja yang buruk. Pada pegawai verifikator di RS Malahayati
adalah mereka menyatakan masalah obat yang terkadang tidak sesuai dengan e katalog, dan masih adanya peserta yang tidak mengerti peraturan. Pada pegawai
verifikator di RS Murni Teguh adalah mereka menyatakan masalah peserta yang marah karna tidak mengerti dan masalah koneksi internet yang kadang terputus.
Pada pegawai verifikator di RS Sari Mutiara adalah mereka menyatakan masalah waktu istirahat yang tidak jelas, obat tidak sesuai, peserta yang marah-marah, dan
kurangnya informasi pasien. Pada pegawai verifikator di RS Bina Kasih adalah mereka menyatakan masalah kurangnya kordinasi antara pegawai BPJS dan
pegawai di RS , jaringan yang sering tidak terkoneksi, RS tidak mengerti tentang BPJS sehingga ketika sulit untuk menjelaskan kepada peserta dan masalah obat
yang kosong di RS. Hasil uji bivariat dengan menggunakan uji korelasi pearson menunjukkan
bahwa hubungan kejadian stres ringan pada pegawai dengan beban kerja sedang berjumlah 7 orang 70, kejadian stres ringan pada pegawai dengan beban kerja
berat berjumlah 3 orang 20 sedangkan Kejadian stres dengan kategori sedang pada pegawai dengan beban kerja sedang berjumlah 3 orang 30, Kejadian stres
dengan kategori sedang pada pegawai dengan beban kerja berat berjumlah 12 orang 80 dan Kejadian stres dengan kategori sedang pada pegawai dengan
beban kerja sangat berat berjumlah 2 orang 100. Dengan hasil beban kerja
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan stres kerja pegawai BPJS kesehatan KCU Medan dengan Sig ≤ 0,05 yaitu 0,006 ≤ 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Dewi mengenai hubungan beban kerja perawat dan stres kerja perawat di ruang rawat inap rumah sakit
umum Menggala. Dalam penelitiannya peroleh hasil yaitu ada hubungan signifikan antara beban kerja perawat dan stres kerja.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Asdyanti mengenai analisis hubungan beban kerja mental dengan kinerja karyawan departemen
contract category management di Chevron Indoasia business unit. Dalam penelitiannya peroleh hasil yaitu bahwa karyawan departemen contract category
management di Chevron Indoasia business unit memiliki beban kerja yang rendah dan menghasilkan kinerja yang tinggi.
5.3 Perbandingan Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada