Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Tahun 2015

(1)

HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA

PADA PEGAWAI BPJS KESEHATAN KANTOR

CABANG UTAMA MEDAN

TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh :

DWI ANGGUN ALAMI 111000145

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan


(2)

HUBUNGAN BEBAN KERJA TERHADAP STRES KERJA

PADA PEGAWAI BPJS KESEHATAN KANTOR

CABANG UTAMA MEDAN

TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DWI ANGGUN ALAMI 111000145

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Medan


(3)

(4)

ABSTRAK

Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan, pekerjaan dapat menjadi gangguan dan ancaman. kecepatan dan beban kerja yang berlebihan, merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan yang dapat dialami bisa berupa gangguan stres. Hal ini tentu tidak terkecuali terjadi pada pegawai BPJS kesehatan kantor cabang utama (KCU) Medan tahun 2019 yang harus dapat memecahkan masalah seluruh masyarakat indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan survei eksplanatori yang bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan. Metode pengumpulan data dilakukan daftar tanya yang diberikan kepada pegawai, wawancara kepada kepala BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan, dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 orang, serta 1 orang kepala cabang BPJS sebagai informan. Analisa data menggunakan uji korelasi pearson pada taraf kepercayaaan 95%.

Hasil uji korelasi person pada pegawai yang ditempatkan dikantor dengan nilai p=0,085 dan pegawai yang tempatkan di rumah sakit dengan nilai p=0,006. Dengan hasil beban kerja yang sangat berat pada pegawai yang bekerja di RS sedangkan pada beban kerja dikantor tidak ada yang melebihi beban katagori kerja berat. Hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pegawai yang bekerja dikantor tidak memiliki hubungan, sedangkan pegawai yang bekerja di rumah sakit memiliki hubungan beban kerja terhadap stres kerja yang pegawai alami

Disarankan kepada BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan agar menambah waktu pelatihan pegawai, meningkatkan sosialisai dan membuat alur pengurusan BPJS yang mudah dimengerti peserta serta lebih memperhatikan SDM yang ada, terkait dengan beban kerja sehingga para pegawai dapat lebih baik lagi menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan. Selain itu agar dapat memberikan tambahan anggota di rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS dan memberikan penghargaan kepada para pegawai yang mengerjakan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu sehingga mendorong semangat untuk dapat bekerja semaksimal mungkin.


(5)

ABSTRACT

A job plays an important role in human life although it can also become disturbance and threat. Haste and excessive work load are the factors which can cause health disorder, particularly stress disorder. This condition also occurs in the employees of BPJS Health, KCU (Main Branch Office), Medan, in 2019, which is expected to solve the problems of the Indonesian people.

The research used quantitative method with an explanatory survey which was aimed to find out the correlation between work load and work stress in the employees of BPJS Health at the main branch office, Medan. The data were gathered by distributing questionnaires to the employees and conducting interviews with the Head of BPJS Health at the main branch office, Medan, and documentary study. The samples were 47 respondents and the Head of BPJS branch office as the informant. The data were analyzed by using pearson correlation test at the significance level of 95%.

The result of pearson correlation test on the employees located in office was p-value = 0.085 and the employees located in hospital was p-value = 0.006. Serious work load was undergone by the employees located in hospital, while moderate work load was undergone by the employees located in office. It was also found that employees who worked at the office did not have any correlation with work load and work stress, while natural employees who worked at hospital had correlation with work load and work stress.

It is recommended that the management of BPJS Health at the main branch office, Medan, add more time for employee training, increase socialization, establish the linear of bureaucracy of BPJS which is easier to understand by participants, pay attention to human resources related to work load so that the employees can perform their job easily. It is also recommended that BPJS personnel should be added in hospitals and give reward to good and punctual employees so that they will be enthusiastic in doing their job maximally. Keywords: Work Load, Work Stress, Employees


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS

Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku ketua Departemen Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi I yang juga telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.


(7)

4. Ibu Siti Khadijah Nst, SKM, M.Kes selaku Penguji I yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

7. Ibu dr. Mariamah M.Kes selaku Kepala BPJS Kesehatan KCU Medan yang telah memeberikan izin dalam penelitian yang penulis lakukan sehingga penelitian dapat dilakukan.

8. Bapak Unggul Pasaribu selaku Kepala Unit SDM dan Umum yang telah memberikan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Karyawan BPJS kesehatan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini

10.Berbagai pihak di wilayah kerja BPJS Kesehatan KCU kota Medan, yang telah memberikan banyak bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian.

11.Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

12. Teristimewa penulis ucapkan kepada orangtua yang amat penulis cintai Ayahanda Buyung dan ibunda Dra Maria zulfa yang telah membesarkan dan selalu mendoakan demi keselamatan serta kesuksesan anak-anaknya.


(8)

Penulis mengucapkan terima kasih atas semua bantuan baik moril dan materil serta doa yang tiada terputus untuk ananda.

13.Sahabat di FKM USU Siti Saodah, Yenni Farida Siregar dan Yohanna P.R Pardede yang telah mendukung, memotivasi, dan membantu penulis selama menyelesaikan pendidikan di FKM USU.

14.Teman-teman FKM USU Angkatan 2011 khususnya departemen AKK terimakasih atas dukungan, motivasi, dan doanya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

15.Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan yang tidak ternilai harganya ini mendapat imbalan di sisi Allah SWT sebagai amal ibadah, Amin. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan ke depan. Amin Yaa Rabbal ‘Alamiin.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Dwi Anggun Alami 111000145


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Peneltian ... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pegawai ... 9

2.1.1 Pengertian Pegawai ... 9

2.2 Beban Kerja ... 10

2.2.1 Pengertian Beban Kerja ... 12

2.2.2 Jenis Beban Kerja ... 13

2.2.3 Beban Tambahan Kerja ... 13

2.2.4 Faktor-faktor Yang Dapat Menjadi Beban Tambahan ... 14

2.2.5 Dampak Beban Kerja ... 15

2.2.6 Metode Pengukuran Beban Kerja Mental ... 15

2.3 Stres Kerja ... 22

2.3.1 Pengertian Stres Kerja ... 22

2.3.2 Faktor Penyebab Stres Kerja ... 24

2.3.2 Gejala- gejala Stres ... 26

2.3.4 Dampak Stres Kerja ... 26

2.3.5 Teori Stres Kerja ... 28

2.3.6 Hubungan Beban Kerja Dengan Stres Kerja ... 29

2.3.7 Pendekatan Organisasi Dalam Mengelola Stres Kerja ... 29

2.4 BPJS Kesehatan ... 32

2.5 Kerangka Konsep ... 33


(10)

BAB III : METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Jenis Penelitian ... 35

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 35

3.2.2 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Populasi dan Sampel ... 36

3.3.1 Populasi ... 36

3.3.2 Sampel ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 39

3.7 Aspek Pengukuran ... 40

3.7.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 40

3.7.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 41

3.8 Uji Instrumentasi ... 42

3.8.1 Uji Validitas ... 42

3.8.2 Uji Reliabilitas ... 45

3.9 Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV : HASIL PENELITIAN ... 46

4.1 Gambaran Umum BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Kota Medan ... 46

4.1.1 Sejarah Singkat ... 46

4.1.2 Visi dan Misi BPJS Kesehatan ... 46

4.2 Karakeristik Individu ... 48

4.2.1 Pegawai BPJS Yang Bekerja di Kantor BPJS ... 48

4.2.2 Pegawai BPJS Yang Bekerja di Rumah Sakit... 49

4.3 Analisis Univariat ... 52

4.3.1 Beban Kerja ... 52

4.3.2 Stres Kerja ... 54

4.4 Analisis Bivariat ... 60

4.4.1 Hubungan Antara Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Kota Medan di Kantor Tahun 2015 ... 61

4.4.2 Hubungan Antara Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Kota Medan di Rumah Sakit Tahun 2015... ... 62

BAB V : PEMBAHASAN ... 64

5.1 Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan di Kantor ... 64

5.2 Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan di Rumah Sakit ... 69


(11)

5.3 Perbandingan Hubungan Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan yang Ditempatkan di kantor

dan di Rumah Sakit ... 75

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

6.1 Kesimpulan ... 77

6.2 Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN:

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Hasil Reliabilitas kuisioner Lampiran 3. Hasil Statistik

Lampiran 4. Hasil Wawancara

Lampiran 5. Daftar Nama Pegawai BPJS Kesehatan Cabang Utama Medan Tahun 2015

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Lampiran 7. Surat Selesai Penelitian


(12)

DAFTAR TABEL

2.1 Dimensi Dari Metode SWAT ... 30

3.1 Variabel Beban Kerja ... 41

3.2 Variabel Stres Kerja ... 42

3.3 Validitas Variabel Penelitian ... 43

3.4 Reliabilitas Variabel Penelitian ... 46

4.3 Karakteristik Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan di Kantor BPJS Kesehatan Tahun 20115 ... 49

4.4 Karakteristik Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan di Rumah Sakit Tahun 2015 ... 51

4.5 Distribusi Jawaban Responden Tentang Besarnya Beban Kerja Pada pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan yang Ditempatkan di Kantor Tahun 2015 ... 53

4.6 Distribusi Frekuensi Besarnya Beban Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan Dikantor Tahun 2015 ... 54

4.7 Distribusi Jawaban Responden Tentang Besarnya Beban Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan di Rumah Sakit Tahun 2015 ... 54

4.8 Distribusi Frekuensi Besarnya Beban Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan di Rumah Sakit Tahun 2015 ... 55

4.9 Distribusi Jawaban Responden Tentang Besarnya Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan yang Ditempatkan di Kantor Tahun 2015 ... 56

4.10 Distribusi Frekuensi Besarnya Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan Dikantor Tahun 2015 ... 58


(13)

4.11 Distribusi Jawaban Responden Tentang Besarnya Stres Kerja Pada Pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan

Yang Ditempatkan di Rumah Sakit Tahun 2015 ... 58 4.12 Distribusi Frekuensi Besarnya Stres Kerja Pada Pegawai BPJS

Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan Yang Ditempatkan

di Rumah Sakit Tahun 2015 ... 62 4.13 Hasil Hubungan Antara Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada

Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Kota Medan

Yang ditempatkan di Kantor Tahun 2015 ... 62 4.14 Hasil Hubungan Antara Beban Kerja Terhadap Stres Kerja Pada

Pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Kota Medan


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 2.1 Kerangka Konsep Penelitian... 30


(15)

DAFTAR ISTILAH

Singkatan : Singkatan dari

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

BU : Badan Usaha

JKN : Jaminan Kesehatan Nasional

KCU : Kantor Cabang Utama

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standar Operating Prosedure

SWAT : Subjective Workload Assessment Technique SWI : Survey of self reported Work-related III Health


(16)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dwi anggun alami

Tempat / Tanggal Lahir : Dumai / 15 Desember 1993

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jalan H.Tengku Said Umar, No 8, Dumai, Riau Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1999-2005 : SDN 005 karang anyer

2. Tahun 2005-2008 : SMPN 2 Dumai 3. Tahun 2008-2011 : SMAN 1 Dumai 5. Tahun 2011-2015 : Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(17)

ABSTRAK

Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan, pekerjaan dapat menjadi gangguan dan ancaman. kecepatan dan beban kerja yang berlebihan, merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Gangguan yang dapat dialami bisa berupa gangguan stres. Hal ini tentu tidak terkecuali terjadi pada pegawai BPJS kesehatan kantor cabang utama (KCU) Medan tahun 2019 yang harus dapat memecahkan masalah seluruh masyarakat indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan survei eksplanatori yang bertujuan untuk mengetahui hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan. Metode pengumpulan data dilakukan daftar tanya yang diberikan kepada pegawai, wawancara kepada kepala BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan, dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 47 orang, serta 1 orang kepala cabang BPJS sebagai informan. Analisa data menggunakan uji korelasi pearson pada taraf kepercayaaan 95%.

Hasil uji korelasi person pada pegawai yang ditempatkan dikantor dengan nilai p=0,085 dan pegawai yang tempatkan di rumah sakit dengan nilai p=0,006. Dengan hasil beban kerja yang sangat berat pada pegawai yang bekerja di RS sedangkan pada beban kerja dikantor tidak ada yang melebihi beban katagori kerja berat. Hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pegawai yang bekerja dikantor tidak memiliki hubungan, sedangkan pegawai yang bekerja di rumah sakit memiliki hubungan beban kerja terhadap stres kerja yang pegawai alami

Disarankan kepada BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan agar menambah waktu pelatihan pegawai, meningkatkan sosialisai dan membuat alur pengurusan BPJS yang mudah dimengerti peserta serta lebih memperhatikan SDM yang ada, terkait dengan beban kerja sehingga para pegawai dapat lebih baik lagi menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan. Selain itu agar dapat memberikan tambahan anggota di rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS dan memberikan penghargaan kepada para pegawai yang mengerjakan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu sehingga mendorong semangat untuk dapat bekerja semaksimal mungkin.


(18)

ABSTRACT

A job plays an important role in human life although it can also become disturbance and threat. Haste and excessive work load are the factors which can cause health disorder, particularly stress disorder. This condition also occurs in the employees of BPJS Health, KCU (Main Branch Office), Medan, in 2019, which is expected to solve the problems of the Indonesian people.

The research used quantitative method with an explanatory survey which was aimed to find out the correlation between work load and work stress in the employees of BPJS Health at the main branch office, Medan. The data were gathered by distributing questionnaires to the employees and conducting interviews with the Head of BPJS Health at the main branch office, Medan, and documentary study. The samples were 47 respondents and the Head of BPJS branch office as the informant. The data were analyzed by using pearson correlation test at the significance level of 95%.

The result of pearson correlation test on the employees located in office was p-value = 0.085 and the employees located in hospital was p-value = 0.006. Serious work load was undergone by the employees located in hospital, while moderate work load was undergone by the employees located in office. It was also found that employees who worked at the office did not have any correlation with work load and work stress, while natural employees who worked at hospital had correlation with work load and work stress.

It is recommended that the management of BPJS Health at the main branch office, Medan, add more time for employee training, increase socialization, establish the linear of bureaucracy of BPJS which is easier to understand by participants, pay attention to human resources related to work load so that the employees can perform their job easily. It is also recommended that BPJS personnel should be added in hospitals and give reward to good and punctual employees so that they will be enthusiastic in doing their job maximally. Keywords: Work Load, Work Stress, Employees


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan badan hukum yang menjalankan suatu usaha, yang memerlukan ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan usaha tersebut. Pada ruangan atau lapangan itu terdapat sumber bahaya atau kemungkinan-kemungkinan yang mengakibatkan bahaya yang dapat terjadi kepada tenaga kerja.

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat (UU Ketenagakerjaan, 2003). Tenaga kerja yang baik, dapat melakukan pekerjaan yang telah diberikan kepadanya dengan efektif dan efesien.

Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan, pekerjaan dapat memberikan kepuasan dan tantangan. Sebaliknya dapat pula menjadi gangguan dan ancaman. Terjadinya gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik yang buruk telah lama diketahui, juga telah pula dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang telah memadai, seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan, merupakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja. Akan


(20)

kesehatan tersebut tidak murni faktor fisik saja, tetapi juga disertai unsur psikologis (Harrianto, 2009).

Stres dapat didefinisikan sebagai suatu situasi di mana transaksi mengarahkan seseorang untuk mempersepsikan ketidaksesuaian antara tuntutan (demand) dengan sumber dayanya (resources). Sehingga ketika seseorang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu tuntutan tersebut, mereka akan merasa stres (Sarafino, 2011). Hampir semua orang mengalami stres yang berhubungan dengan pekerjaan mereka yang disebut sebagai stres kerja (Sarafino, 2011). Stres kerja adalah suatu keadaan emosional atau mood yang merupakan hasil dari ketidaksesuaian antara tuntutan dan kemampuan seseorang untuk mengatasinya. Sehingga ketika muncul stressor akibat dari ketidaksesuaian antara diri pekerja dengan pekerjaannya, maka seorang pekerja akan mengalami stres kerja. Stres kerja juga disebutkan sebagai suatu sumber kerja yang menyebabkan reaksi tertentu pada diri individu berupa reaksi fisiologis dan reaksi psikologis

Stres merupakan salah satu bentuk gangguan psikologis yang kerap menghinggapi manusia, terutama di era modern ini. Semakin kompleksnya permasalahan hidup dan semakin bertambahnya populasi manusia telah meningkatkan peluang seseorang terkena stres. Tidak terkecuali stres yang di alami pada setiap karyawan/ pekerja. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dari pekerjaan maupun lingkungan tempat kerja. Seseorang yang mengalami gangguan stres tidak akan mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Stres timbul diikuti dengan suatu pengalaman emosional yang negatif dan dengan perubahan psikologis maupun fisiologis. Ketidakpuasan kerja dari sudut


(21)

pandangan Cox dan Mackay dapat dianggap sebagai bagian dari suatu tanggapan kognitif, dan mungkin juga merupakan bagian dari perkembangan alienasi (pengasingan diri) dari pekerjaan. Perkembangan perilaku sebagai tanggapan terhadap stres akibat pekerjaan, dengan demikian, pertama-tama mungkin berupa pengorganisasian kembali pola perilaku normal, lalu terjadi tindakan-tindakan yang bisa dianggap kurang normal, dan akhirnya suatu kekacauan atau ketidak normalan prilaku (fraser,1992).

Kemajuan teknologi yang mengurangi porsi pekerja manual, meningkatkan pekerjaan-pekerjajaan disektor jasa, bertambahnya pekerja wanita, merupakan beberapa faktor yang mendorong peningkatan kasus-kasus stres akibat kerja saat ini. Hasil penelitian Labour Force Survey pada tahun 1990 menemukan adanya 182.700 kasus stres akibat kerja di Inggris. Sedangkan pada tahun 1995, menurut Survey of self reported Work-related III Health (SWI) di Inggris menyatakan bahwa terdapat kurang-lebih 500.000 individu yang percaya bahwa dirinya menderita gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerjanya, tetapi dari jumlah ini diduga hanya 216.000 orang yang sesungguhnya benar-benar sakit. Dengan mempertimbangkan adanya perbedaan dalam metode penelitian, diperkirakan dari tahun 1990 sampai tahun 1995 terjadi peningkaan kasus stres akibat kerja kira-kira sebesar 30%. Pada penelitian lain di tahun 1985, ditemukan kasus tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres ditempat kerja sebesar 15% dari seluruh kasus gangguan kesehatan akibat kerja, yang lebih besar bila dibandingkan tahun 1979, yakni hanya di temukan 5% kasus. Lebih menakjubkan


(22)

peningkatan kasus stres akibat kerja yang fantastis, yaitu dari 205 kasus tuntutan hak asuransi gangguan kesehatan akibat stres di tempat kerja pada kurun waktu 1993/94 yang bertambah menjadi 380 kasus pada kurun waktu 1994/95. Pada survei ini dinyatakan bahwa pekerja laki-laki kehilangan kira-kira 50.8 hari kerja pada setiap kasus tuntutan hak asuransi, sedangkan pekerja wanita kehilangan 58,5 hari kerja. Dengan demikiaan harus diakui bahwa stres akibat kerja merupakan masalah kesehatan kerja yang penting, yang akan menyebabkan penurunan produktivitas kerja secara bermakna (Harrianto, 2009).

Berdasarkan data yang dihimpun di AS, mereka yang menghabiskan 60 jam untuk bekerja dalam sepekan menanggung 23% risiko lebih besar. Data tersebut diperoleh dari 110.236 pekerja, sejak 1987 hingga 2000.

Menurut Beehr & Newman (Berry, 1998), karakteristik dari pekerjaan juga dapat menyebabkan stress kerja seperti peran tuntutan pekerjaan dan ukuran dari beban kerja. Hal ini didukung dengan pendapat dari Sarafino (2011) bahwa tuntutan berupa tugas-tugas dapat menyebabkan stres kerja bagi individu. Adapun tuntutan tersebut berupa beban kerja dan jenis dari pekerjaan itu sendiri (Sarafino, 2011).

Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kemudahan akses pada fasilitas kesehatan. Diantaranya dengan dibentuknya BPJS kesejahteraan dengan dilandaskan oleh undang-undang dasar 1945, undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial serta undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara jaminan sosial.


(23)

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

BPJS Kesehatan merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. Pemerintah menargetkan pada tahun 2019 bahwa seluruh masyarakat indonesia akan di jamin oleh BPJS.

Dengan adanya target yang besar dari BPJS yang akan mengcover seluruh masyarakat indonesia pada tahun 2019 agar terjamin kesehatannya, mengakibatkan tuntutan yang besar bagi para pekerja/ pegawai di BPJS. Tuntutan inilah yang menjadi beban bagi para pekerja. Hal ini yang dapat memicu terjadinya stres kerja pada pegawai BPJS jika pengelolaan manajemen sumber daya manusia di kantor BPJS tersebut tidak dilakukan dengan baik.

Tak hanya beban kerja yang terlalu banyak yang dapat menyebabkan stres kerja, beban kerja yang terlalu sedikit juga dapat menyebabkan stres kerja. Tetapi pada kebanyakan kasus, beban kerja yang berlebihanlah yang menyebabkan stres kerja (Berry, 1998). Seperti kasus yang terjadi di Jepang yang disebut Karoshi.


(24)

beban kerja terlalu banyak (McShane & Glinow, 2003). Sehingga dapat dikatakan bahwa beban kerja merupakan salah satu penyebab stres kerja tergantung persepsi dari setiap individu terhadap beban kerja yang dirasakan.

Berdasarkan survey awal yang dilakukan penulis melalui metode wawancara dan observasi di kantor BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan, penulis menemukakan bahwa adanya keluhan berupa perasaan tidak enak badan, sakit kepala, mudah marah dan adanya kelebihan jam kerja pada pegawai yang merupakan gejala akibat adanya stres kerja, ditemukan pula adanya kurang komunikasi antar unit sehingga menyulitkan untuk menyelesaikan laporan dengan tepat waktu, kurangnya sosialisasi kepada badan usaha mengenai rekonsiliasi serta masih adanya kesalahan komunikasi antara peserta dan pegawai.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prihatini (2007), mengenai Analisis Hubungan Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di tiap Ruang Rawat Inap di RSUD Sidikalang terdapat berbagai macam kategori stres kerja pada tatanan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan 66,7% perawat di ruang perawatan bedah mengalami stres kerja sedang, 55,6% perawat di ruang perawatan anak mengalam stres kerja ringan, 57,1% perawat di ruang kebidanan mengalami stres kerja kategori ringan dan 50% perawat di ruang perawatan penyakit dalam mengalami stres kerja kategori ringan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asdyanti, Raldiana. 2011. Mengenai analisis hubungan beban kerja mental dengan kinerja karyawan departemen contract category management di Chevron Indoasia business unit menyimpulkan bahwa karyawan departemen contract category managemen


(25)

chevron IndoAsia business unit memiliki beban kerja yang rendah dan menghasilkan kinerja yang tinggi.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di kantor cabang utama BPJS kesehatan kota medan dan melihat penelitian terdahulu, penulis tertarik untuk meneliti tentang “hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS kesehatan di kantor cabang utama medan tahun 2015”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS kesehatan di kantor cabang utama medan tahun 2015.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menjelaskan hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS Kantor Cabang Utama Medan tahun 2015.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan dan informasi untuk Kantor Cabang Utama BPJS kesehatan kota Medan. Agar dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan manajemen sumber daya manusia yang lebih berkualitas. 2. Sebagai bahan informasi, pembelajaran dan melatih diri berpikir ilmiah


(26)

3. Sebagai acuan perbandingan, informasi dan pembelajaran untuk penelitian selanjutnya.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pegawai

2.1.1 Pengertian pegawai

Pegawai/ karyawan adalah sumber daya manusia/ penduduk yang bekerja disuatu institusi baik pemerintah maupun swasta (bisnis). Ada beberapa rumusan mengenai siapa pegawai/ karyawan itu sebenarnya. Diantara rumusan itu, antara lain:

1. Ndraha (1999), sumber daya manusia adalah penduduk yang siap, mau dan mampu memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi atau he people who are ready, willing, and able to contribute to organizational goal.

2. Hadari Nawawi, sumber daya manusia adalah potensi yang menjadi motor penggerak organisasi/ perusahaan.

3. Wirawan, sumber daya manusia merupakan sumberdaya yang digunakan untuk menggerakkan dan mensiergikan sumberdaya lain untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa SDM sumberdaya lain menganggur (idle) dan kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan organisasi (abdullah, 2014).

Pegawai/ karyawan/ SDM mempunyai potensi yang luar biasa yang mengalahkan sumberdaya organisasi lainnya, karena ia mempunyai:


(28)

a. Kemampuan fisik, yang dapat digunakan untuk menggerakkan, mengerjakan, atau menyelesaikan sesuatu pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh sumberdaya atau faktor produksi lainnya.

b. Kemampuan psikis, yang dapat membangkitkan spirit , motivasi, semangat dan etos kerja, kreativitas, inovasi dan profesionalisme dalam bekerja. c. Kemampuan karakteristik, yang dapat membangkitkan kecerdasan

(intelektual, emosional, spritual, dan sosial) yang yang membawanya untuk berkembang menjadi lebih mampu dalam menghadapi segala segala macam tantangan.

d. Kemampuan pengetahuan dan keterampilan, yang megantarkannya untuk memiliki kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaannya. e. Pengalaman hidupnya, yang dapat menyempurnakan pertimbangan dalam

menyelesaikan persoalan yang menyangkut pekerjaannya.

Dengan bahasa yang lebih ringkas karyawan atau sumber daya manusia (SDM) itu, di satu sisi berfungsi sebagai sumberdaya organisasi disamping sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya (uang, mesin, bahan baku, dan metode) dengan kemampuannya yang leading (berada dimuka) untuk berperan melaksanakan fungsi manajerial (menggerakkan) sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya (uang, mesin, bahan baku, dan metode) (Abdullah, 2014).

2.2 Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pekerjanya. Beban tersebut dapat berupa beban fisik, mental dan atau sosial. Seorang tenaga kerja yang secara fisik


(29)

bekerja berat seperti buruh bongkar-muat barang di pelabuhan, memikul beban fisik lebih banyak dari pada beban mental ataupun sosial. Sedangkan, beban kerja seorang pengusaha atau manajer, tanggung jawabnya merupakan beban mental yang relatif lebih besar dari beban fisik yaitu dituntut oleh pekerjaannnya. Lain lagi dengan petugas sosial, seperti penggerak lembaga swadaya masyarakat atau gerakan mengentaskan kemiskinan, mereka lebih menghadapi beban kerja sosial-kemasyarakatan (Alamsyah, 2013).

Tenaga kerja memiliki keterbatasan untuk memikul beban sampai pada tingkat tertentu. Selain itu, masing-masing tenaga kerja memiliki batas optimal pembebanan kerja yang berbeda-beda. Prinsip inilah yang mendasari penempatan tenaga kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat pula. Derajat ketepatan tersebut dapat diukur melalui kecocokan pengalaman, pengetahuan, keahlian, keterampilan, motivasi, sikap kerja dan lain sebagainya (Alamsyah, 2013).

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban-beban tersebut tergantung bagaimana orang tersebut bekerja sehingga disebut beban kerja, jadi definisi beban kerja adalah kemampuan tubuh bekerja dalam menerima pekerjaan. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima seseorang harus sesuai dan seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Beban daat berupa beban fisik dan beban mental. Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan seperti mengangkat, mengangkut, merawat, mendorong. Sedangkan


(30)

beban kerja mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki indiidu dengan individu lain ( Manuaba, 2000).

2.2.1 Pengertian beban kerja

Everly dkk (dalam Munandar, 2001) mengatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yang timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerja merasa tidak mampu melakukan tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari pekerjaan. Beban kerja fisikal atau mental yang harus melakukan terlalu banyak hal, merupakan kemungkinan sumber stres pekerjaan. Kesimpulan beban kerja adalah kemampuan tubuh untuk menerima pekerjaan dapat berupa beban fisik dan beban mental.

Schultz (1987) dalam Fraser (1992) beban kerja dibedakan menjadi dua yaitu beban kerja kualitatif dan beban kerja kuantitatif. Beban kerja kuantitatif adalah banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan pada satuan waktu tertentu sedangkan beban kerja kualitatif adalah banyaknya pekerjaan yang dirasakan sulit.

Beban kerja (workload) merupaka stresor hubungan peran atau tugas lain yang terjadi karena para pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak. Hal ini dapt disebabkan karena perusahaan mengurangi tenaga kerjanya dan melakukan restrukturisasi pekerjaan, meninggalkan sisa pegawai dengan lebih banyak tugas dan sedikit waktu serta sumber daya untuk menyelesaikannya (Sopiah,2008).


(31)

2.2.2 Jenis beban kerja

Beban kerja meliputi 2 jenis, sebagaimana dikemukakan oleh Munandar (2001) ada 2 jenis beban kerja, yaitu :

1 Beban kerja kuantitatif, meliputi :

a Harus melaksanakan observasi peserta secara ketat selama jam kerja.

b Banyaknya pekerjaan dan beragamnya pekerjaan yang harus dikerjakan.

c Kontak langsung pegawai peserta secara terus menerus selama jam kerja.

d Rasio pegawai dan peserta 2 Beban kerja kualitatif, meliputi :

a Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki pegawai tidak mampu mengimbangi sulitnya pekerjaan di rumah sakit.

b Tanggung jawab yang tinggi

c Harapan pimpinan terhadap pelayanan yang berkualitas. d Tuntutan keluarga peserta terhadap keselamatan peserta.

e Setiap saat dihadapkan pada pengambilan keputusan yang tepat.

f Menghadapi peserta dengan karakteristik tidak berdaya, koma dan kondisi terminal.

2.2.3 Beban tambahan kerja


(32)

suatu pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan beban tambahan merupakan beban yang ditimbulkan akibat faktor lingkungan dalam suatu pekerjaan yang dapat berakibat atau mempengaruhi kondisi jasmani dan rohani (Kurniawati, 2013),

Beban tambahan kerja ini dapat berupa kondisi atau lingkungan yang tidak menguntungkan bagi pelaksanaan pekerjaan. Disebut beban tambahan karna lingkungan tersebut mengganggu pekerjaan dan harus diatasi oleh tenaga kerja atau karyawan yang bersangkutan (Kurniawati, 2013).

2.2.4 Faktor-faktor yang dapat menjadi beban tambahan

Beban tambahan diperoleh dari lingkungan atau situasi kerja. Ada beberapa faktor yang dapat menjadi beban tambahan menurut (Alamsyah,2013), antara lain:

a. Faktor fisik, meliputi bangunan gedung, volume udara perkapita, luas lantai kerja, penerangan,suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi/ getaran, radiasi gelombang elektromagnetik, dan lain sebagainya.

b. Faktor kimiawi, meliputi semua zat kimia organik dan anorganik yang dapat berupa gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan ataupun zat padat.

c. Faktor biologis, meliputi semua makhluk hidup yang berada dalam lingkungan kerja yang dapat mengganggu pekerjaan.

d. Faktor fisiologis/ ergonomi, yaitu interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya, seperti konstruksi mesin yang


(33)

disesuaikan dengan fungsi alat indera manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometri dan fisiologi manusia.

e. Faktor mental dan psikologi, yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksana kerja dan lain-lain.

2.2.5 Dampak beban kerja

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan stres kerja baik fisik maupun psikis dan reaksi-reaksi emosional, seperti sakit kepala, gangguan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit dimana pekerjaan yang dilakukan karena pengulangan gerak yang menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari- hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan. Sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba,2000).

2.2.6 Metode pengukuran beban kerja mental 1. Pengukur Objektif Beban kerja mental

Beban kerja mental dapat diukur dengan pendekatan fisiologis (karena terkuantifikasi dengan kriteria obyektif, maka disebut metode obyektif). Kelelahan mental pada seorang pekerja terjadi akibat adanya reaksi fungsionil dari tubuh dan pusat kesadaran. Pendekatan yang bisa dilakukan antara lain :


(34)

3. Flicker test

4. Pengukuran kadar asam saliva 5. Dll

2. Pengukuran Subjektif Beban Kerja Mental

Metode pengukuran beban kerja yang secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subjektif responden/ pekerja. Subjective measures merupakan cara termudah untuk memperkirakan mental workload pada pekerja dalam menampilkan tugas-tugas tertentu. Secara umum, metode yang digunakan yaitu dengan menanyakan apa/ bagaimana yang ia rasakan tentang beban pada tugas-tugas yang dikerjakan. Sheridan & stassen (1979, dalam Meshkati et. Al., 1992., dalam Wilson & Corlett, 1992) menjelaskan bahwa pada Subjective measures, pekerja diminta untuk menilai beban kerja yang ia alami berdasarkan suatu skala berupa daftar kata kunci yang menggambarkan tingkatan workload yang berbeda.

Sanders & Mc Cormick (1993) berpendapat bahwa metode subjective measures seperti rating scales lebih mudah dalam proses administrasi dan lebih dapat diterima oleh pekerja yang diminta untuk mengerjakan rating scale tersebut. Selain itu, juga dapat digunaka questionnaire dan interview (Meshkati et. Al., 1992, dalam Wilson & Corlett, 1992) yang ana metode-metode subjective measures juga bisa dikategorikan model self-report (de Waard, 1996).

Berikut ini merupakan beberapa jenis metode pengukuran subjektif yang umum digunakan :


(35)

a. Subjective Workload Assessment Technique (SWAT)

SWAT khusus didesain untuk mengukur workload pekerjaan dalam system yang bervariasi untuk beberapa tugas. SWAT mengkombinasikan rating pada tiga dimensi workload; time load, mental efford load, dan stress load (Reid & Nygren, 1998, dalam Wickens & Hollands, 2000). Tiga dimensi workload tersebut adalah:

1. Time load atau beban waktu yang menunjukkan jumlah waktu yang tersedia dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas.

2. Mental effort atau beban usaha mental, yang berarti benyaknya usaha mental dalam melaksanakan suatu pekerjaan.

3. Psychological stress atau beban tekanan psikologis yang menunjukkan tingkat resiko pekerjaan, kebingungan, dan frustasi.

Metode Subjective Workload Assesment Technique (SWAT) dikembangkan oleh Gary B. Reid dari Divisi Human Engineering pada Armstrong Laboratory, Ohio-USA digunakan menganalisa beban kerja yang dihadapi oleh seseorang yang harus melakukan aktivitas (baik yang merupakan beban kerja fisik maupun mental) yang bermacam-macam. Dalam penerapannya, SWAT akan memberikan penskalaan subjektif yang sederhana dan mudah dilakukan untuk mengkuantifikasikan beban kerja dari aktivitas yang bermacam-macam yang harus dilakukan oleh seorang pekerja.

SWAT juga akan menggambarkan sistem kerja sebagai sebuah model multi dimensional dari beban kerja yang terdiri atas tiga dimensi atau faktor yaitu


(36)

Masing-masing terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu rendah, sedang dan tinggi. Dalam penerapannya setiap tigkatan untuk ketiga faktor tersebut akan dikombinasikan sehingga akhirnya membentuk 27 kombinasi tingkatan beban kerja mental. Prosedur penerapan metode SWAT terdiri dari dua tahapan, yaitu tahapan penskalaan (Scale Development) dan tahap penilaian (Event Scoring)

Pada langkah pertama, 27 kombinasi tingkatan beban kerja mental diurutkan dengan berdasarkan persepsi yang dipahami oleh responden. Data hasil pengurutan kemudian ditransformasikan ke dalam sebuah skala interval dari beban kerja dengan range 0-100. Pada tahap penilaian, sebuah aktivitas atau kejadian akan dinilai dengan menggunakan rating 1 sampai 3 (rendah, sedang, dan/atau tinggi) untuk setiap tiga dimensi atau faktor yang ada. Nilai skala yang berkaitan dengan kombinasi tersebut (yang didapat dari tahap penskalaan) kemudian dipakai sebagai nilai beban kerja untuk aktivitas yang bersangkutan. Semaksimal mungkin diusahakan agar selama proses pengumpulan data dalam penerapan metode SWAT tidak mengganggu pekerjaan dari subyek (pekerja) yang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan Teori dari Pengukuran Beban kerja mental dengan metode SWAT karena dimensi dari metode ini dianggap relevan untuk dikaitkan dengan pekerjaan dari pegawai BPJS kesehatan kantor cabang utama Medan. berikut merupakan tabel dimensi dari metode SWAT.


(37)

Tabel 2.1 Dimensi dari Metode SWAT No

1

Time Load often have spare time, interruptions

or overlap among activities occur infrequently or not at all

occasionally have spare

time,interruptions or overlap among activities occur infrequently

Almost never have spare time,

Interrupions or overlap among activities are very frequent , or occur all the time

2 Mental Effort load Very little conscious mental effort or

concentration required. Activity is almost automatic, requiring little or no attention

Moderate conscious mental effort or

concemtration required. Complexity of activity is moderately high due to uncertainly, unpredictability, or

unfamiliarity. Considerable

attention required.

Extensive mental effort and


(38)

comlex activity requiring total attention.

3 Psychological Stress

Load

Little confusion, risk, frustration, or anxiety axists and can be easily accomodated

Moderate stress due to confusion, frustation or anxiety noticeably adds

to workload. Significant

compensation is required to

maintain adequate performance. High to very intense stress due to

confusion, frustation, or anxiety. High extreme determination and self-control required.

Sumber : Reid, G. B And Nygren, T. E. 1988, The Subjective Workload Assessment Technique: a scaling procedure for measuring mental workload b. NASA TLX

Dalam NASA TLX terdapat 6 dimensi ukuran beban kerja yaitu :

1. Mental demand, tuntutan aktivitas mental dan perseptual yang dibutuhkan dalam pekerjaan (contoh: berpikir, memutuskan, menghitung, mengingat, melihat, mencari).

2. Physical demand, aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam pekerjaan (contoh: mendorong, menarik, memutar, mengontrol, menjalankan, dan lainnya)


(39)

3. Temporal demand, tekanan waktu yang dirasakan selama pekerjaan atau elemen pekerjaan berlangsung.

4. Performance, keberhasilan di dalam mencapai target pekerjaan

5. Effort, usaha yang dikeluarkan secara mental dan fisik yang dibutuhkan untuk mencapai level performansi pekerja.

6. Frustation level, rasa tidak aman, putus asa, tersinggung, stres, dan terganggu dibanding dengan perasaan aman,puas,cocok, nyaman, dan kepuasaan diri yang dirasakan selama mengerjakan pekerjaan tersebut.

Langkah pengukuran dengan menggunakan NASA TLX sebagai berikut (Meshkati, 1988) :

1. Pembobotan

Responden/ pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi yang berbeda dengan metode perbandingan berpasangan. Total perbandingan berpasangan untuk keseluruhan dimensi (6 dimensi) yaitu 15.

2. Pemberian Rating

Dalam tahap ini, responden diminta memberikan penilaian/rating terhadap keenam dimensi beban mental.

Skor akhir beban mental NASA TLX diperoleh dengan mengalikan bobot dengan rating setiap dimensi, kemudin dalam perkembangannya, tahap pembobotan dinilai memiliki banyak kelemahan, sehingga dalam berbagai penelitian terakhir, penggunaan NASA TLX hanya dengan memberikan nilai pada masing-masing dimensi (tahap 2) dengan menjumlahkan nilai


(40)

2.3 Stres Kerja

Masalah stres banyak dibicarakan orang, namun tidak setiap orang mengerti dengan tepat apa stres itu. Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang-pendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya. Tak seorangpun dapat terhindar dari padanya. Bayi bisa terkena stres, balita bisa kedatangan stres. Kaum remaja tak bisa luput daripadanya. Kaum muda tak mungkin terhindar. Orang dewasa pasti mengalmi, kelompok lansia apalagi (Hardjana, 1994).

2.3.1 Pengertian stres kerja

Stres dapat didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang kita alami ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntututan-tututan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres adalah keseimbangan antara bagaimana kita memandang tuntutan-tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan–tuntutan dan bagaimana kita berpikir bahwa kita dapat mengatasi semua tuntutan yang menentukan apakah kita tidak merasakan stres, merasakan distres atau eustres (Looker, 2005)

Stres sebagai suatu tanggapan dalam menyesuaikan diri yang dipengaruhi oleh perbedaan individu dan proses psikologis, sebagai konsekuensi dari tindakan. Lingkungan, situasi atau peristiwa yang terlalu banyak mengadakan tuntutan psikologis dan fisik seseorang. Robbins memberikan definisi stres sebagai suatu kondisi dinamis di mana individu dihadapkan pada kesempatan, hambatan dan


(41)

keinginan dan hasil yang diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat dipastikan (Robbins, 2006).

Robbins (2003) mendefinisikan bahwa: “ stres adalah sebagai kondisi dinamik yang didalamnya individu engalami peluang, kendala (constrains), atau tuntutan (demands) yang terkait dengan apa yang sangat diinginkannya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti tetapi penting ”.

Para pekerja atau pegawai disetiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang memicu terjadinya stres kerja (Rini, 2002). Stres pada pekerja merupakan hasil interaksi dari kondisi kerja dengan sifat (trait) yang ada pada pegawai, sehingga menimbulkan perubahan bahwa fungsi fisiologis, psikologis atau keduanya.

Stres terbentuk dari berbagai hal. Stres adalah kumpulan hasil, respons, jalan, dan pengalaman yang berkaitan, yang disebabkan oleh berbagai “ stresor ” keadaan atau peritiwa yang menyebabkan stres. Stres adalah suatu kondisi atau perasaan yang dialami ketika seseorang menganggap bahwa “ tuntutan-tuntutan melebihi sumber daya sosial dan personal yang mampu dikerah kan seseorang ” (Manktelow, 2007).

Stres menurut Vincent Cornelli, seorang psikologi ternama, merupakan suatu gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan; serta dipengaruhi oleh lingkungan maupun menampilan individu dalam lingkungan tersebut. Secara spesifik Richard Lazarus, psikolog yang banyak melakukan penelitian tentang stres, menganggap stres sebagai


(42)

sebuah gejala yang timbul akibat adanya kesenjangan (gap) antara realita dan idealita, antarakeinginan dan kenyataan, antara tantangan dan kemampuan, antara peluang dan potensi (Musbikin, 2005).

Wardoyo (2008) menyatakan bahwa stres kerja ialah merupakan “ tekanan ” yang didapatkan secara tidak sengaja, atau “ pembebanan ” yang diperoleh dengan sengaja, diadakan untuk suatu tujuan. Stres kerja dikonseptualisasi dari beberapa titik pandang, yaitu stres sebagai stimulus, stres sebagai respon dan stres sebagai stimulus respon. Stres sebagai stimulus merupakan pendekatan yang menitikberatkan pada lingkungan.

2.3.2 Faktor penyebab stres kerja

Terdapat lima faktor penyebab yang umum terdapat di tempat kerja (Cooper dan Alison, 1995), yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan tugas, peran dalm organisasi, hubungan di tempat kerja, perkembangan karir, dan perubahan organisasi.

Adapun dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres kerja yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001) : Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik, manajemen kantor, maupun hubungan sosial di lingkungan pekerjaan. Sedangkan faktor personal bisa berupa tipe kepribadian, peristiwa/pengalaman pribadi, maupun kondisi sosial-ekonomi keluarga di mana pribadi berada dan pengembangan diri. Betapa pun faktor kedua tidak secara langsung berhubungan dengan kondisi pekerjaan, namun karena dampak yang ditimbulkan pekerjaan cukup besar, maka faktor pribadi ditempatkan sebagai sumber atau penyebab munculnya stres.


(43)

Davis (2002) menyatakan bahwa, “ Stres kerja disebabkan adanya tugas yang terlalu banyak. Banyaknya tugas tidak selalu menjadi penyebab stres, akan menjadi sumber stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan baik fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia bagi pimpinan ”. Supervisor yang kurang pandai. Seorang pimpinan dalam menjalankan tugas sehari-harinya biasanya di bawah bimbingan sekaligus mempertanggungjawabkan kepada atasan. Jika seorang pimpinan pandai dan menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberi pengarahan atau instruksi secara baik dan benar. Luthans (2002) menyebutkan bahwa penyebab stres (stressor) terdiri dari 4 (empat) hal utama, yakni :

1 Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan

sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.

2 Organizational stressor, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam organisasi.

3 Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup, kurangnya dukungan sosial, serta adanya konflik antar individu, interpersonal dan intergrup.

4 Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola kepribadian Tipe A, kontrol personal, learned helplessness, self-efficacy, dan daya tahan psikologis.


(44)

2.3.3 Gejala-gejala stres

Ada beberapa gejala stres dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan baik secara fisiologis, psikologis, dan sikap. Perubahan fisiologis ditandai oleh adanya gejala-gejala seperti merasa letih/ lelah, kehabisan tenaga, pusing, gangguan pencernaan, sedangkan perubahan psikologis ditandai oleh adanya kecemasan berlarut-larut, sulit tidur, napas tersengal-sengal, dan berikutnya perubahan sikap seperti keras kepala, mudah marah, tidak puas terhadap apa yang dicapai, dan sebagainya (Wijono, 2010).

2.3.4 Dampak stres kerja

Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau pegawai yang stres akan menunjukkan perubahan prilaku. Perubahan prilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa prilaku melawan stres (fight) atau berdiam diri (freeze). Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres.

Konotasi stres mengisyaratkan kepada tingkat respon seseorang terhadap berbagai peristiwa dan perubahan-perubahan dalam kehidupannya sehari-hari. Perubahan-perubahan ini bisa jadi merupakan perubahan menyakitkan yang dapat menciptakan sejumlah dampak psikologis. Hanya saja dampak-dampak tersebut berbeda dari seseorang ke orang lain berdasarkan pembentukan pribadinya dari ciri-ciri kejiwaan yang membedakannya dari orang lain, dan ini merupakan perbedaan-perbedaan karakteristik di antara sesama individu (Badran, 2006).


(45)

Sementara itu Cox (dalam Handoyo, 2001) membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu:

1. Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah.

2. Pengaruh prilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obta-obatan, menurunnya semangat untuk berolah raga yang berakibat timbulnya beberapa menyakit. 3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya

konsentrasi, dan peka terhadap ancaman.

4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu.

Sebuah organisasi atau perusahaan dapt dianalogika sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak diantara pegawai di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang masalah yang lebih serius (Rini, 2002).

Menurut Sigit (2003) para karyawan perusahaan yang distress dalam pekerjaannya tentu akan merugikan organisasi tempat kerjanya, yaitu : turunnya


(46)

kepuasan kerja, turunnya kinerja, absenteisme, perputaran kerja meningkat, serta secara total produktifitas menurun. Untuk menanggulanginya diperlukan biaya. Biaya bertambah, sedangkan produktivitas menurun, jadi jelas merugikan perusahaan.

2.3.5 Teori akibat stres kerja

Hans selye adalah seorang tokoh yang pertama kali mengemukakan konsep stres kerja dengan pendekatan biologi pada tahun 1930. Menurut hans selye stres adalah reaksi umum fisiologis dan psikologis tubuh terhadap setiap kebutuhan. Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban. Seseorang dikatakan stres apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan merespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, stres ini didapat dari lingkungan, kondisi diri dan pikiran (Fraser, 1992).

Stres kerja dipandang sebagai suatu sindrom adaptasi umum yang ditampilkan organisme dalam menghadapi tuntutan atau tantangan. Tuntutan dan tantangan yang dihadapi dapat mengakibatkan respon positif (eustres) maupun mengakibatkan respon yang negatif (disstres). Menurut wilford, stres terjadi bila terdapat penyimpanan dari kondisi –kondisi optimum yang tidak dapat dengan mudah diperbaiki sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan antara tuntutan kerja dan kemampuan pekerjaannya (Fraser, 1992).


(47)

Aanonsen telah mengamati timbulnya lebih banyak tukak lambung pada para pekerja shift dan pada pekerja malam hari, terutama bila sering terjadi penggantian atau shift. Meskipun suatu bentuk stres kerja, namun juga meliputi baik perubahan-perubahan yang terjadi dalam irama biologis normal (circadian) maupun perubahan-perubahan di dalam kebiasaan tubuh (Fraser,1992).

2.3.6 Hubungan beban kerja dengan stres kerja

Menurut Hurrel (dalam Munandar, 2001) dan Manuaba (2000) salah satu faktor penyebab stres kerja adalah beban kerja, faktor-faktor pekerjaan yang dapat menimbulkan stres adalah dalam kategori faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan adalah fisik dan tugas, tugas mencakup beban kerja, kerja malam dan penghayatan dari resiko dan bahaya.

2.3.7 Pendekatan organisasi dalam mengelola stres kerja

Dalam setiap mengahadapi stres kerja, individu dihaarapkan dapat lebih efektif dalam mengatasi atau mengelolanya. Dengan demikian, dapat mengurangi adanya pemborosan, mengurangi absensi kerja, dan prestasi kerja diharapkan dapat lebih meningkat dalam organisasi (Wijono, 2010).

Mengatasi stres berporos pada tindakan untuk mengurangi atau meniadakan dampak negatif stres dengan mengubah masalah dan mengendalikan tanggapan emosional. Sementara pengelolahan stres bertujuan mengurangi atau meniadakan dampak negatif stres dengan menangani dampak stresnya sendiri. Metodenya dapat berupa pendekatan : farmakologis (pharmacological), perilaku (behavioral), pemahaman (cognitif), meditasi (meditation), dan hipnosis


(48)

Untuk dapat mengatasi dan mengelolah stres kerja dengan cara yang efektif, individu diharapkan mempunyai program-program pengelolah stres kerja. Pernyataan ini seperti yang dikatakan oleh para ahli bahwa dari 500 firma yang sangat besar mempunyai lebih dari 90% yang terdiri dari program-program khusus untuk menolong para karyawan dalam mengatasi stres kerja mereka. Selanjutnya menurut Rose & Veiga, 1984 (dalam Wijono, 2010) juga menunjukkan bahwa program-program pengelolahan stres kerja dalam suatu organisasi dapat menjadi efektif untuk mengurangi stres kerja mereka.

Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengelola stres dalam organisasi, yaitu :

1. Meningkatkan komunikasi

Salah satu cara yang efektif untuk mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran adalah meningkatkan komunikasi yang efektif diantara manajer dan karyawan, sehingga akan tampak garis-garis tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara keduanya. Situasi semacam ini dapat mengurangi timbulnya stres kerja dalam organisasi.

2. Sistem penilaian dan ganjaran yang efektif

Sistem penilaian prestasi dan ganjaran yang efektif perlu diberikan oleh manajer kepada karyawan mereka. Situasi semacam ini dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran. Ketika ganjaran diberikan kepada karyawan, kawyawan telah menyadari bahwa ganjaran tersebut berhubungan dengan prestasi kerjanya. Ia menyadari juga bahwa ia bertanggung jawab atas pekerjaan yang diberikan kepadanya (mengurangi konflik peran), ia berada dalam


(49)

sesuatu keadaan (mengurangi ketidakjelasan tugas). Situasi ini terjadi bila hubungan diantara atasan dan bawahan berada dalam suatu suasana kerja dan sistem penilaian prestasi kerja efektif.

3. Meningkatkan partisipasi

Untuk dapat mengurangi ketidakjelasan peran dan konflik peran, pengelolahan erlu meningkatkan partisipasi terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga setiap karyawan yang ada dalam organisasi mempunyai tanggung jawab bagi peningkatan prestasi kerja karyawan. Dengan demikian, kesempatan partisipasi yang diberikan oleh manajer kepada karyawan-karyawannya dalam menyumbang pikiran atau gagasan-gagasannya, memungkinkan karyawan dapat meningkatkan prestasi dan kepuasan kerjanya dan mengurangi stres kerjanya.

4. Memperkaya Tugas

Setiap manajer perlu memberikan dan memperkaya tugas kepada karyawan agar mereka dapat lebih bertanggung jawab, lebih mempunyai makna tugas yang dikerjakan, akan lebih baik dalam melaksanakan pengendalian serta umpan balik terhadap produktivitas kerja karyawan baik secara kuantitas maupun kualitas. Situasi semacam ini dapat meningkatkan motivasi kerja dan memenuhi kebutuhan karyawan sehingga dapat mengurangi stres yang ada dalam diri mereka.

5. Mengembangkan keterampilan, kepribadian dan pekerjaan.

Mengembangkan keterampilan, kepribadian dan pekerjaan merupakan salah satu cara utuk mengelola stres kerja didalam organisasi. Pengembangan


(50)

keterampilan dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan dan organisasi atau pengembangan kepribadian yang dapat mendukung usaha pengembangan pekerjaan baik secara kuantitas maupun kualitas (Wijono, 2010).

2.4 BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan Usaha Milik Negara yang berubah menjadi Badan Hukum Publik yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun masyarakat umum.

BPJS Kesehatan merupakan program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT Askes Indonesia (Persero), namun sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT. Askes Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014, dengan jumlah fasilitas kesehatan sebanyak 9.788 puskesmas, 755 klinik TNI, 569 klinik POLRI, 2.388 klinik pratama dan 3.984 dokter praktek perorangan.


(51)

Pada tahun 2014, pemerintah menargetkan sebanyak 121,6 juta penduduk akan diberikan jaminan kesehatan oleh BPJS kesehatan. Jumlah dimaksud diasumsikan berasal dari program pemerintah Jamkesmas (96,4 Juta jiwa ), peserta yang dikelolah oleh PT. Askes (persero) (17,2 juta jiwa), peserta jaminan pelayanan kesehatan (JPK) Jamsostek (5,5 juta jiwa), dan dari peserta program jaminan masyarakat umum pemerintah menargetkan seluruh masyarakat yaitu sebanyak 257,5 juta jiwa akan dijamin oleh BPJS. Data terakhir yang di dapat dari website BPJS kesehatan yang dimutakhirkan tanggal 9 Desember 2015 terdapat 133.606.661 jiwa yang telah terdaftar di BPJS kesehatan.

BPJS Kesehatan di kantor cabang utama Medan terdiri dari 88 pegawai yang dibagi dalam 6 unit, yaitu : 7 pegawai di unit umum dan TI, 6 pegawai di unit keuangan dan penagihan, 6 pegawai di unit kepesertaan dan pelayanan peserta, 4 pegawai di unit manajemen pelayanan kesehatan primer, 5 pegawai di unit pemasaran, 59 orang di unit manajemen pelayanan kesehatan rujukan dan 1 pegawai sebagai kepala cabang utama. Pegawai pada setiap unit inilah yang nantinya menjalankan tugas sesuai dengan job description masing-masing unitnya. Agar dapat tercapai pelayanan yang prima dan maksimal serta target yang telah ditetapkan dapat dicapai (Profil BPJS Kesehatan, 2015).

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini mencoba menjelaskan Hubungan beban kerja terhadap gangguan stres pada pegawai BPJS kesehatan. Untuk lebih


(52)

VARIABEL BEBAS VARIABEL TERIKAT

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah: Adanya Hubungan beban kerja terhadap stres kerja pada pegawai BPJS kesehatan di kantor cabang utama Medan tahun 2015.


(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan rancangan cross sectional yang menjelaskan hubungan beban kerja terhadap stres kerja pegawai BPJS kantor cabang utama medan. Penelitian survei eksplanatori adalah penelitian kausalitas dengan cara mendasarkan pada pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dan mencari faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebabnya melalui data tertentu. Rancangan cross sectional adalah rancangan penelitian yang mengambil data untuk memperoleh informasi mengenai situasi yang ada dengan cara mengamati antara variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama hanya pada satu titik waktu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja BPJS Kantor Cabang Utama Medan yang beralamat di jalan karya No. 135 Medan. Pemilihan lokasi pada penelitian ini karena BPJS kantor utama medan menangani jumlah peserta terbanyak di sumatera utara.

3.2.2 Waktu Penelitian


(54)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah pegawai BPJS yang terdapat di wilayah kerja BPJS Kantor Cabang Utama Medan yang berjumlah 88 orang.

3.3.2 Sampel

Pengambilan Sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel N = Jumlah Populasi

d = Presisi yang ditetapkan (0,1)

Dari rumus pengambilan sampel dengan jumlah populasi 88 orang, didapat 47 orang pegawai BPJS Kesehatan di Kantor Cabang Utama Medan sebagai sampel.


(55)

1.Unit umum dan teknologi informasi

2.Unit keuangan dan penagihan

3.Unit kepesertaan dan pelayanan peserta

4.Unit manajemen pelayanan kesehatan primer

5.Unit pemasaran

6.Unit manajemen kesehatan rujukan

Dari jumlah keseluruhan 47 sampel didapat jumlah sampel setiap unitnya adalah: pada unit umum dan teknologi informasi sebanyak 4 orang, Unit keuangan dan penagihan sebanyak 3 orang, Unit kepesertaan dan pelayanan peserta sebanyak 3 orang, Unit manajemen pelayanan kesehatan primer sebanyak 2 orang, unit pemasaran sebanyak 3 orang dan unit manajemen kesehatan rujukan sebanyak 32 orang.


(56)

di rumah sakit terdiri dari RSUP HAM,RSU Dr. Pirngadi, RS Haji Mina, RS Sari Mutiara Medan, RS Bina Kasih, RS Murni Teguh dan RSI Malahayati sebanyak 27 orang. Sehingga totalnya menjadi 47 sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara : - Wawancara (interview), yang dilakukan kepada kepala BPJS Kesehatan

Kantor Cabang Utama Medan/ yang mewakili.

- Daftar tanya (questionnaire) yang diberikan kepada pegawai BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan yang menjadi responden. Kuisioner berisi pertanyaan mengenai persepsi pegawai mengenai beban kerja dan penilaian dirinya mengenai stres kerja.

- Studi dokumentasi, yaitu pengambilan data dari BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan terkait dengan BPJS Kesehatan dan data-data personal pegawai.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu : 1 Data primer, adalah suatu data yang langsung diperoleh atau dikumpulkan

oleh peneliti dari sumber pertamanya, yaitu responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh menggunakan kuisioner yang merupakan alat pengumpulan data primer dalam sebuah penelitian dengan metode survey (Singarimbun, 1995).


(57)

2 Data sekunder, adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh peneliti dari BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Medan melalui studi dokumentasi guna mendukung penelitian ini.

3.6 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel

Untuk memudahkan peneliti serta memperoleh persepsi yang sama tentang permasalahan yang dihadapi, yang berhubungan dengan kedua variabel, maka definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas (independent variable) adalah beban kerja mental (X) adalah keseluruhan pekerjaan yang mempergunakan proses berfikir seluruh pegawai BPJS kesehatan KCU Medan, Beban kerja yang timbul dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan, terbentuk secara kognitif (pikiran) Beban kerja mental misalnya pekerjaan dengan keterampilan yang tidak sesuai dengan bidang kemampuan masing-masing pegawai. 2. Time load atau beban waktu yang menunjukkan jumlah waktu yang

tersedia untuk padara pegawai BPJS kesehatan KCU Medan dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring tugas

3. Mental effort atau beban usaha mental, yang berarti benyaknya usaha mental dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dibutuhkan pegawai BPJS kesehatan KCU Medan.

4. Psychological stress atau beban tekanan psikologis yang dialami pegawai BPJS kesehatan KCU Medan yang menunjukkan tingkat resiko pekerjaan, kebingungan, dan frustasi.


(58)

5. Variabel terikat adalah stres kerja (Y) adalah akibat yang dapat terjadi pada pegawai di BPJS kesehatan KCU Medan yang terjadi akibat reaksi umum fisiologis dan psikologis tubuh terhadap setiap kebutuhan.

3.7 Aspek Pengukuran

Adapun aspek pengukuran dalam penelitian ini dibagi atas dua yaitu aspek pengukuran variabel bebas dan aspek pengukuran variabel terikat seperti di jelaskan dibawah ini :

3.7.1 Aspek pengukuran variabel bebas

Pengukuran beban kerja dengan menggunakan teori Gary B. Reid. Teori ini memiliki variabel dan dimensi sebagai tolak ukur salam menentukan indikator-indikator yang akan dipergunakan dalam kuesioner. Selain itu indikator-indikator yang telah dirancang kedalam sebuah kuesioner akan menentukan jawaban dan sebagai alat ukur dalam penelitian tersebut.

Penjelasan operasional konsep dalam penelitian ini, dapat digambarkan melalui tabel berikut:

Tabel 3.1 variabel Beban Kerja Sub

Variabel Item

Jumlah Indikator

Alternatif Jawaban

Bobot

Nilai Total

Nilai Kategori

Skala Pengukuran a.Beban Waktu b.Beban usaha 1,2,3 4,5

8 1.sangat setuju

2. setuju 5 4 8-14 15-21 22-28 1.sangat tidak berat

2. tidak berat


(59)

mental c.Beban tekanan psikologis 6,7,8 3.kurang setuju 4. tidak setuju

5.sangat tidak setuju 3 2 1 29-35 36-40 3. sedang 4. berat 5.sangat berat

3.7.2 Aspek pengukuran variabel terikat

Pengukuran stres kerja dilakukan dengan menggunakan kuisioner stres kerja berdasarkan teori Beehr dan Newman. Terdiri dari 37 item dengan menggunakan skala Likert, masing-masing pertanyaan berisikan 3 alternatif pilihan yaitu tidak pernah angka 1, kadang-kadang angka 2 dan sering angka 3. Cara penghitungan dengan melihat skor jumlah terkecil = 37 dan skor terbesar = 111. Kategori stres terdiri dari ringan 37-62, sedang 63-87 dan berat 88-111. Data ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana stres kerja pegawai.

Tabel 3.2 variabel stres kerja

Sub Variabel Item Jumlah Pertanyaan Alternatif jawaban Bobot Nilai Total

Nilai Kategori

Skala pengukuran 1. Gejala psikologi 2. Gejala fisik 3. Gejala 1-19 20-30 31-37

37 a. Tidak

pernah b. Kadang-kadang 1 2 3 37-62 63-87 88-111 1.Ringan 2.Sedang 3.Berat Interval


(60)

3.8 Uji Instrumentasi

Agar variabel-variabel penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka perlu dilakukan uji instrumentasi. Uji instrumentasi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas dan reliabilitas atas kuesioner yang akan dijadikan alat ukur. Dalam penelitian ini jumlah sampel untuk uji instrumentasi sebanyak 10 responden.

3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel.daftar pertanyaan ini pada umumnya mendukung suatu kelompok variabel tertentu. Adapun hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.3 Validitas variabel penelitian

No indikator r tabel r hitung ket.

A Variabel beban kerja

1 Saya memiliki waktu luang yang sedikit 0,549 0,609 valid 2 Saya sering kali mendapatkan gangguan selama

melakukan pekerjaan

0,549 0,820 valid

3 Saya sering kali mengerjakan dua/ lebih pekerjaan dalam waktu yang bersamaan

0,549 0,600 valid

4 Saya membutuhkan konsentrasi tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan

0,549 0,653 valid

5 Pekerjaan yang saya lakukan tidak menentu datangnya

0,549 0,741 valid

6 Pekerjaan saya memiliki tingkat resiko yang tinggi 0,549 0,791 valid 7 saya merasa bingung dan gelisah jika mengerjakan

pekerjaan yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya


(61)

8 Saya merasa tingkat kompensasi yang saya dapat saat ini dapat mengurangi tekanan pekerjaan saya

0,549 0,589 valid

B Variabel stres kerja

1 Saya merasa tegang jika menghadapi peserta yang kritis

0,549 0,694 valid

2 Saya tidak dapat menenangkan diri walaupun menghadapi peserta yang menegeluh dan marah-marah

0,549 0,660 valid

3 Karena banyak laporan peserta yang harus dikerjakan, saya tidak dapat berfikir jernih

0,549 0,611 valid

4 Saya akan tersinggung ketika mendapat teguran atau kritikan terhadap pekerjaan yang telah saya lakukan di unit saya

0,549 0,808 valid

5 Saya merasa jam kerja saya lebih banyak dari teman yang lain misalnya kadang harus bertugas pada hari libur

0,549 0,785 valid

6 Ketika saya memberikan penjelasan yang berkaitan dengan kesehatan dan BPJS bagi peserta, informasi saya sulit dimengerti oleh mereka

0,549 0,657 valid

7 Saya merasa sulit untuk menyampaikan informasi secara jelas dan dapat dimengerti oleh peserta dan sesama teman kerja

0,549 0,657 valid

8 Karena banyak pekerjaan yang saya kerjakan, saya sulit menjalani komunikasi yang baik dengan peserta

0,549 0,755 valid

9 Saya merasa kurang pengetahuan perkembangan kesehatan dibanding dengan teman lainnya

0,549 0,596 valid

10 Saya mengalami lelah mental setelah menghadapi pasien yang marah-marah

0,549 0,793 valid

11 Karena banyak pekerjan yang saya kerjakan, saya merasa bosan

0,549 0,895 valid

12 Ketika saya mengerjakan tugas, timbul perasaan bosan melihat pekerjaan rutin yang harus saya kerjakan

0,549 0,562 valid


(62)

peserta.

14 Saya merasa kehilangan daya konsentrasi ketika mendengar banyak instruksi dari atasan

0,549 0,557 valid

15 Saya tidak dapat mengatasi peserta yang marah-marah sebelum dipertemukan dengan atasan

0,549 0,761 valid

16 Saya hanya menunggu intruksi atasan untuk mengatasi keluhan peserta

0,549 0,631 valid

17 Saya tidak akan mengatasi pasien mengurangi keluhannya

0,549 0,734 valid

18 Saya merasa tidak bersemangat bekerja karena banyak peserta

0,549 0,612 valid

19 Saya merasa tidak bersemangat bekerja jika paserta yang datang sedikit jumlahnya

0,549 0,612 valid

20 Saya merasa denyut jantung saya normal walaupun banyak peserta yang harus saya tangani

0,549 0,694 valid

21 Saya merasa denyut jantung saya normal meskipun banyak peserta yang harus saya layani

0,549 0,784 valid

22 Karena banyak menangani peserta dan pekerjaan tensi saya tidak normal

0,549 0,624 valid

23 Jantung saya terasa berdebar ketika mendengar peserta banyak yang marah

0,549 0,626 valid

24 Saya tidak dapat tidur nyenyak karena banyak pekerjaan yang telah saya kerjakan dikantor

0,549 0,689 valid

25 Karena terlambat istirahat makan siang saya pernah menderita sakit lambung (mual)

0,549 0,734 valid

26 Penyakit lambung saya kumat ketika sering terlambat makan karena banyak peserta yang harus di layani

0,549 0,734 valid

27 Ketika tergores benda tajam pada waktu bertugas, saya tidak hanya mengalami luka ringan

0,549 0,551 valid

28 Ketika saya menghapi banyak laporan peserta yang harus dikerjakan, membuat saya sakit kepala/pusing

0,549 0,631 valid

29 Jika sedang mengerjakan pekerjaan/laporan, kepala saya sering pusing


(1)

42 Diah Agustianingsih P 15 Agustus 1986 Verifikator XII -

16 01/01/14 1 S1 Kesehatan Masyarakat K Islam

43 Endang Lestari P 08 Agustus 1985 Verifikator XII-16 03/03/14 1 S1 Keperawatan K Islam

44 Maas Lubis L 16 Juli 1980 Verifikator X - 2 01-Okt-08 7 S1 Kedokteran K Islam

45 Mahruzar L 19 Oktober 1981 Verifikator XIII-11 01-Okt-05 10 D3 Keperawatan K Islam

46 Herni Mutia P 31 Januari 1979 Verifikator XII -

16 01/01/14 1 S1 Kesehatan Masyarakat K Islam

47 Turiyah P 01 Januari 1981 Verifikator XIII - 9 01/01/14 1 D3 Keperawatan K Islam

48 Dedi Robinson Hutagalung L 08 September 1984 Verifikator XII -

16 01/01/14 1 S1 Apoteker TK Kristen

49 Ade Suryani Nasution P 10 November 1983 Verifikator XII -

16 01/01/14 1 S1 Apoteker K Islam

50 Trie Sundari P 20 Februari 1984 Verifikator XII-16 01-Jun-10 5 S1 Apoteker K Islam

51 Mustika Isma Sari P 07 Juni 1984 Verifikator XII -

16 01/01/14 1 S1 Kesehatan Masyarakat TK Islam

52 Risdamayani Sarumaha P 16 Juni 1978 Verifikator X-2 01-Okt-02 13 S1 Manajemen K Islam

53 Armanusah M. Thaib P 20 Agustus 1976 Verifikator X-1 01/10/08 7 S1 Kedokteran K Islam

54 Nisa Lailan Sari Sirait P 05 Juli 1989 Verifikator XII -

20 06/10/14 1 S1 Kedokteran TK Islam

55 Sri Sugenius P 03 November 1978 Verifikator XII-18 01-Jan-05 10 S1 Manajemen K Islam


(2)

57 Jeniati Sianturi P 07 Maret 1967 Verifikator XI-24 01-Jul-88 27 S1 Manajemen K Kristen

58 Ria Ulfa Lubis P 03 November 1988 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Keperawatan K Islam

59 Wahyuni Miaka P 03 Mei 1990 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Kebidanan K Islam

60 Lilya Lunanda P 13 Juni 1984 Verifikator XII-20 03/03/14 1 S1 Kedokteran K Islam

61 Franky Vinansius Marpaung L 01 April 1987 Verifikator RS Martha Friska

Multatuli XII-16 01/01/13 2 S1 Kesehatan Masyarakat K Kristen

62 Elvi Denny Hutabarat P 02 April 1980 Verifikator XIII-11 01-Jan-05 10 D3 Keperawatan K Kristen

63 Ester Maria Suzanne Sitompul P 23 Juni 1981 Verifikator XII-19 01-Okt-08 7 S1 Farmasi Apoteker K Kristen

64 Rose Mery Florida Sirait P 20 Februari 1975 Verifikator XIII-9 01-Jan-05 10 S1 Manajemen K Kristen

65 Farida Sari P 28 Februari 1986 Verifikator XII -

20 06/10/14 1 S1 Kedokteran K Islam

66 Nilla Khasanah P 23 Desember 1983 Verifikator XIII-9 01-Jun-10 5 D3 Keperawatan TK Islam

67 Rika Paradilla P 01 Januari 1983 Verifikator XIII-9 01-Jul-11 4 D3 Keperawatan K Islam

68 Dewi Anggraini P 03 Desember 1980 Verifikator XIII-9 01-Jul-11 4 D3 Keperawatan K Islam

69 Ernita Dewi Sibarani P 03 Oktober 1987 Verifikator XII -

16 06/10/14 1 S1 Apoteker TK Kristen

70 Furqan Pratama L 11 Desember 1987 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Keperawatan TK Islam

71 Irna Putri Elfira P 20 Januari 1990 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Keperawatan K Islam


(3)

74 Rosa Wardini P 17 Februari 1983 Verifikator XII -

20 06/10/14 1 S1 Kedokteran K Islam

75 Iqbal Pahlevi L 15 Agustus 1991 Verifikator XIII-9 03/03/14 1 D3 Farmasi TK Islam

76 Indika Krista Manurung P 13 Juli 1991 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Farmasi TK Kristen

77 Nurul Febriyana Luhty Hsb P 09 Februari 1991 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Kebidanan TK Islam

78 Rusda Dhonita Daulay P 20 April 1988 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Farmasi TK Islam

79 Syahri Muhairani Syam Nst P 08 Agustus 1990 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Kesehatan Gigi TK Islam

80 Nanda Irmaliza P 11 Juli 1990 Verifikator XIII-9 01/01/13 2 D3 Kebidanan TK Islam

81 Thomas Hamonangan L 07 Juni 1970 Kepala Layanan Operasional

Kota Binjai IX-8 01-Okt-93 22 S1 Manajemen K Kristen

82 Juliani P 01 Juli 1988 Verifkator KLOK Binjai XIII-9 01/01/13 2 D3 Keperawatan K Islam

83 Dian Rahmayani Marpaung P 08 September 1980 Staf KLOK Binjai XIII-9 01-Nov-11 4 D3 Farmasi K Islam

84 Conta Dora P 06 Agustus 1988 Staf KLOK Binjai XIII-9 01/01/13 2 D14 Keperawatan K Islam

85 Betty Novita Tarigan P 11 November 1986 Verifikator KLOK Binjai XII -

16 01/01/14 1 D35 Kesehatan Masyarakat K Kristen

86 Rahimah Lisdasari P 25 Februari 1982 Verifikator KLOK Binjai XII -

16 01/01/14 1 D3 Apoteker K Islam

87 Rico Chairuddin L 02 November 1967 Kepala Layanan Operasional

Kab. Langkat X-4 01-Jan-94 21 S1 Manajemen K Islam


(4)

(5)

(6)