Gejala-gejala stres Dampak stres kerja

2.3.3 Gejala-gejala stres

Ada beberapa gejala stres dapat dilihat dari berbagai faktor yang menunjukkan adanya perubahan baik secara fisiologis, psikologis, dan sikap. Perubahan fisiologis ditandai oleh adanya gejala-gejala seperti merasa letih lelah, kehabisan tenaga, pusing, gangguan pencernaan, sedangkan perubahan psikologis ditandai oleh adanya kecemasan berlarut-larut, sulit tidur, napas tersengal-sengal, dan berikutnya perubahan sikap seperti keras kepala, mudah marah, tidak puas terhadap apa yang dicapai, dan sebagainya Wijono, 2010.

2.3.4 Dampak stres kerja

Reaksi terhadap stres dapat merupakan reaksi bersifat psikis maupun fisik. Biasanya pekerja atau pegawai yang stres akan menunjukkan perubahan prilaku. Perubahan prilaku terjadi pada diri manusia sebagai usaha mengatasi stres. Usaha mengatasi stres dapat berupa prilaku melawan stres fight atau berdiam diri freeze. Dalam kehidupan sehari-hari ketiga reaksi ini biasanya dilakukan secara bergantian, tergantung situasi dan bentuk stres. Konotasi stres mengisyaratkan kepada tingkat respon seseorang terhadap berbagai peristiwa dan perubahan-perubahan dalam kehidupannya sehari-hari. Perubahan-perubahan ini bisa jadi merupakan perubahan menyakitkan yang dapat menciptakan sejumlah dampak psikologis. Hanya saja dampak-dampak tersebut berbeda dari seseorang ke orang lain berdasarkan pembentukan pribadinya dari ciri-ciri kejiwaan yang membedakannya dari orang lain, dan ini merupakan perbedaan-perbedaan karakteristik di antara sesama individu Badran, 2006. Universitas Sumatera Utara Sementara itu Cox dalam Handoyo, 2001 membagi empat jenis konsekuensi yang dapat ditimbulkan stres, yaitu: 1. Pengaruh psikologis, yang berupa kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaan, kehilangan kesabaran, harga diri yang rendah. 2. Pengaruh prilaku, yang berupa peningkatan konsumsi alkohol, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, penyalahgunaan obta-obatan, menurunnya semangat untuk berolah raga yang berakibat timbulnya beberapa menyakit. 3. Pengaruh kognitif, yaitu ketidakmampuan mengambil keputusan, kurangnya konsentrasi, dan peka terhadap ancaman. 4. Pengaruh fisiologis, yaitu menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik yang berupa penyakit yang sudah diderita sebelumnya, atau memicu timbulnya penyakit tertentu. Sebuah organisasi atau perusahaan dapt dianalogika sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak diantara pegawai di dalam organisasi mengalami stres kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Jika stres yang dialami oleh organisasi atau perusahaan tidak kunjung selesai, maka sangat berpotensi mengundang masalah yang lebih serius Rini, 2002. Menurut Sigit 2003 para karyawan perusahaan yang distress dalam pekerjaannya tentu akan merugikan organisasi tempat kerjanya, yaitu : turunnya Universitas Sumatera Utara kepuasan kerja, turunnya kinerja, absenteisme, perputaran kerja meningkat, serta secara total produktifitas menurun. Untuk menanggulanginya diperlukan biaya. Biaya bertambah, sedangkan produktivitas menurun, jadi jelas merugikan perusahaan.

2.3.5 Teori akibat stres kerja