Dasar-Dasar Fotografi Tinjauan Fotografi

Terlepas dari itu, pencahayaan pada pemotretan tradisi nyadran ini mengandalkan cahaya matahari sebagai sumber cahaya utama. Dari dua prinsip pencahayaan tersebut masing-masing memiliki karakter yang berbeda. Karakter cahaya menurut Michael Langford 1982: 18-19 adalah hard light dan soft light. Hard light atau cahaya keras, adalah cahaya yang cenderung mempunyai intensitas tinggi yang menyulitkan kamera untuk mengukur eksposur yang tepat serta berpotensi membuat pantulan pada objek yang difoto. Jenis cahaya ini membantu menampilkan kontras pada warna – warna yang cerah. Karakter cahaya yang kedua yaitu soft light atau cahaya lembut adalah cahaya yang bisa didapatkan dalam bayangan atau saat cuaca mendung, dan memiliki karakter yang suram atau berkontras rendah. Karakter cahaya hard light dan soft light ini dihasilkan dari beberapa jenis pencahayaan, antara lain: a Direct Light Direct light adalah sebuah metode dalam menerapkan jatuhnya sumber cahaya secara langsung yang di arahkan ke permukaan objek tanpa adanya perantara. Arah datangnya cahaya yang menerangi objek akan memberi efek kontras yang sangat kuat dan menimbulkan kesan estetik yang berbeda pada hasil akhir setiap foto. Berdasarkan arah penyinarannya, pencahayaan dapat dikelompokkan menjadi empat macam, antara lain: 1 Cahaya dari depan Front light Sesuai dengan namanya, arah datangnya sinar lurus dari depan objek. Tipe cahaya ini menyinari bagian depan objek secara merata dan menghilangkan bayangan yang tampak. Tipe pencahayaan ini menghasilkan cahaya yang bersifatnya membuat kesan datar pada objek atau kurang memberikan kontras dan penampakan tekstur Hoddinott, 2008: 104. 2 Cahaya dari atas Top light Cahaya dari atas adalah tipe cahaya yang dapat ditemui pada tengah hari, saat sumber cahaya tepat berada di atas objek, memberikan penerangan merata seluruh bidang. Cahaya dari atas dapat menimbulkan area dimana tingkat kontras tinggi dengan bayangan tertentu yang justru akan membuat objek tampil lebih estetis. Hoddinott, 2008: 104. 3 Cahaya dari samping Side light Cahaya dari samping adalah salah satu bentuk pencahayaan yang cocok dan banyak digunakan, Sinar yang arahnya dari samping ini bisa menghasilkan bayangan dan bisa membuat area terang gelap yang karena mampu membantu menambah kedalaman pada objek dan mengoptimalkan foto yang artistik. Cahaya dari samping dapat menonjolkan bentuk, memperkuat penampakan tekstur dan mempertegas garis, meskipun seberapa banyaknya tergantung dari objek itu sendiri dan sudut pengambilan dan intensitas sumber cahaya Hoddinott, 2008: 104. 4 Cahaya dari belakang Back light Memotret dengan cahaya dari belakang berarti memotret dengan mengarahkan lensa menghadap sumber cahaya. Cahaya dari belakang adalah salah satu bentuk pencahayaan yang paling dramatis, namun juga yang paling sulit untuk diukur cahayanya. Dua bentuk pemotretan dengan memanfaatkan tipe cahaya ini adalah rim lighting dan silhouetting. Rim lighting adalah dimana masih ada detail yang tergambar pada bagian muka samping objek dan lingkaran keemasan mengitarinya, sedangkan silhouetting digunakan untuk menyederhanakan bentuk. Silhouetting akan digunakan fotografer ketika mendapati situasi yang kurang baik, misal cahaya yang terlalu padat dan terlalu kontras. Hal yang perlu diperhatikan dari penggunaan silhouetting ini adalah adanya flare, yaitu cahaya yang tidak diinginkan yang masuk ke lensa. Flare dapat menambah nilai estetis apabila bukaan diafragma di atas f11. Di satu sisi flare juga dapat merusak apabila tidak tepat dalam penggunaan diafragma yaitu saat bukaan diafragma dibawah f8, flare yang dihasilkan berupa spot yang justru mengganggu keindahan. Jadi jika perlu memasang lens hood tudung lensa atau sedikit mengubah posisi dalam memotret dapat menjadi solusi yang tepat Hoddinott, 2008: 105. b Reflected Light Reflected light adalah sebuah metode dalam menerapkan jatuhnya sumber cahaya secara tidak langsung tetapi dengan mengarahkan ke bidang lain, sehingga cahaya yang jatuh ke permukaan subjek adalah cahaya pantulan dari direct light. Pada pemotretan tradisi nyadran ini, ada beberapa sudut tempat dimana jenis cahaya ini tampil mengenai subjek. c Difussed Light Cahaya baur terjadi ketika sinar matahari tertutup awan, berkabut atau karena debu, dengan kata lain percampuran cahaya matahari dengan elemen alam lainnnya menghasilkan cahaya matahari lembut dan tidak terlalu keras. Kondisi cahaya dimana tempat berlangsungnya nyadran sebagian memiliki karakter cahaya diffused light yang diakibatkan terhalangnya cahaya matahari oleh ranting-ranting pohon Langford, 1982: 19. Setiap dan semua sumber cahaya memiliki tiga tingkat warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru RGB – red, green, blue yang berbeda. Temperatur warna cahaya memiliki efek penting untuk fotografi yang dapat mempengaruhi tampilan dan rasa dari hasil akhirnya. Sumber cahaya, warna cahaya dibagi menjadi beberapa kelompok. Berikut ini adalah tabel panduan bagaimana temperature warna berubah bergantung dari jenis sumber cahayanya Hoddinott, 2008: 110. Tabel 1: Temperatur warna Temperature Sumber cahaya 1800 – 2000k Nyala lilin 2500k Lampu senter 2800k Lampu tungsten rumah 3000k Matahari terbit atau terbenam 3400k Lampu tungsten 3500k Subuh atau petang 5200 – 5500k Tengah hari atau cahaya matahari langsung 5500k Flash elektronik 6000 – 6500k Langit berawan 7000 – 8000k Bayangan Berdasarkan temperatur warna tersebut di atas, warna dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu Tungsten 3600˚K, warna yang ditimbulkan cenderung kekuningan YELLOWISH, Flourencent 4200˚K, warna yang ditimbulkan cenderung kehijauan GREENISH , Daylight 5600˚K warna yang ditimbulkan cenderung kebiruan BLUISH. Kemampuan seorang fotografer dalam mengatur dan menyeimbangkan pencahayaan melalui White Balance WB akan menentukan kualitas gambar dan mood yang dihasilkan.

b. Teknik fotografi

Menurut Rangga Aditiawan 2010: 65, teknik-teknik itu dapat memperindah hasil dan menambah kesan artistik dalam foto yang dibuat. Ketepatan variasi dan kombinasi teknik dalam membuat sebuah foto dapat menjadikan foto itu enak dilihat. Di dalam fotografi, ada puluhan teknik yang bisa dipakai fotografer untuk mempercantik gambarnya, namun ada beberapa teknik dasar yang bisa dikembangkan menjadi teknik yang rumit. Teknik dasar tersebut adalah sebagai berikut. 1 Depth of Field DOF Depth of Field DOF adalah teknik memainkan ketajaman objek. Pada kamera, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi sempit atau luasnya depth of field, yaitu apertur, jarak pengambilan objek dan focal length yang terdapat pada lensa. Diafragma atau fnumber yang semakin kecil akan mempersulit depth of field, begitu juga sebaliknya. Jarak pemotretan yang semakin dekat dengan objek akan menjadikan objek utama tampak lebih tajam, sehingga sekelilingnya yang berada di luar fokus akan tampak blur. Panjang focal length dapat mempengaruhi ketajaman ruang gambar karena panjang focal length bertalian dengan F-stop. DOF merupakan salah satu teknik pemotretan yang digunakan oleh penulis untuk memperjelas objek utama. 2 Motion atau Stop Action Teknik seperti ini digunakan pada objek yang bergerak cepat untuk memberikan kesan pembekuan yang lebih kental. Gerakan seperti melompat, berlari, meninju, dan menendang adalah yang lazim untuk dibekukan. Cara mendapatkan foto dengan teknik motion adalah fokus pada shutter speed. Shutter speed harus dipasang pada tingkat yang tinggi. Pada pembuatan karya fotografi ini, penulis juga menggunakan teknik motion. Teknik ini sangat tepat digunakan untuk menangkap objek yang bergerak, sehingga gerakan objek dapat terhenti dan terekam di kamera. Foto yang dihasilkan dari teknik ini adalah focus terhadap detail dan ketajaman objek. Teknik ini sangat membantu penulis dalam merekam moment, karena setiap moment berlangsung cepat dan tidak terprediksi dimana letak puncak dari moment tersebut. Shutter speed digolongkan menjadi empat jenis, antara lain low speed kecepatan berada pada 1 – 18, slow speed 116 – 130, normal 160 – 1250 dan high speed 1500 – 12000. 3 Komposisi Komposisi adalah sebuah proses pengabungan beberapa elemen menjadi satu kesatuan yang utuh, dalam fotografi komposisi sangatlah penting. Tujuan menyusun komposisi adalah untuk mengorganisasikan berbagai komponen foto yang saling berlainan menjadi sedemikian rupa, sehingga gambar tersebut menjadi suatu kesatuan yang saling mengisi, serta mendukung satu sama lainnya. Disamping menambah nilai – nilai artistik dan estetika, pengaturan komposisi mampu menonjolkan objek utama foto. Di dalam sebuah komposisi fotografi selalu ada bagian objek yang ditonjolkan agar menjadi pusat perhatian, inilah yang disebut dengan point of interest PoI, yang membuat pengamat foto langsung melihat pada objek utama. Pada pembuatan karya fotografi ini, sebagian besar yang dijadikan point of interest oleh penulis adalah interaksi dan perilaku subjek manusianya itu sendiri. Komposisi sangat berkaitan dengan estetika dan bersifat mengikat, karena dalam fotografi terdapat format, dengan pengertian bahwa suatu komposisi yang baik dan pas pada format tertentu belum tentu cocok atau sesuai dengan format yang lain. Secara sederhana bisa dikatakan, bahwa komposisi adalah seni untuk menciptakan harmoni pembagian bidang dengan memanfaatkan berbagai elemen visual yang tersedia: garis, bentuk, cahaya dan bayangan, warna, dan teksur Sukarya, 2009: 31. Berikut ini beberapa macam aturan dasar komposisi yang dapat diterapkan untuk menciptakan komposisi yang efektif: a Rule of thirds atau komposisi sepertiga bidang Rule of thirds didapat dengan membagi bidang foto dalam tiga bagian vertikal dan tiga bagian horisontal. Garis – garis pembagi biasanya diisi garis cakrawala untuk foto – foto landscape. Pada pembuatan karya fotografi human interest ini, penulis lebih menggunakan imajinasinya dalam menempatkan objek yang ingin dipotret, tanpa meninggalkan aturan rule of thirds untuk mendapatkan gambar yang harmonis serta enak dipandang. Komposisi seperti halnya moment dan ekspresi, tidak dapat dibuat auto pada kamera dan tidak dapat diperbaiki melalui photoshop jika tidak sesuai. Rule of thirds merupakan penyederhanaan dari golden ratio rasio emas. Dari sisi historis, kaidah golden ratio banyak dipergunakan oleh seniman dan arsitek dari Abad Renaisans untuk acuan proporsi lukisan, bangunan, relief dan juga patung. Kaidah ini juga masih sangat relevan untuk diterapkan pada fotografi Dharsito, 2015: 31. Gambar 3: Komposisi rule of thirds dan golden mean Sumber: http:rebel-dezigns.comcommunityindex.php?threads11691 b Komposisi diagonal Komposisi diagonal adalah kesan garis yang memotong dari sudut ke sudut persegi panjang, Komposisi diagonal biasanya digunakan untuk menciptakan kesan dinamis atau memunculkan dinamika sebagai estetika gambar. Subjek manusia memiliki kesan arah tegak yang sering memberikan kesan kaku, sehingga untuk mendapatkan kesan dinamis pada pemotretan ini penulis memiringkan kamera, menempatkan subjek utama pada titik potong.