dan motion dapat menjadikan gerakan subjek terhenti dan terekam di kamera dengan menawan, selain itu hasil foto dari teknik DOF dan motion juga memiliki
detail yang tajam.
3. Metode Pengumpulan Data
Pada penciptaan karya fotografi human interest ini, penulis membutuhkan data
–data yang berhubungan dengan fotografi dan tradisi nyadran Gunung Balak. Oleh karena itu ada beberapa metode yang dilakukan oleh penulis dalam
mengumpulkan data, antara lain adalah sebagai berikut.
a. Observasi
Observasi bertujuan untuk melihat keberadaan masyarakat di sekitar Gunung Balak, serta menggali informasi mengenai tradisi nyadran Gunung Balak. Pada
metode observasi ini, penulis mengamati secara langsung dan melakukan survei mengenai kondisi ekonomi, budaya dan agama masyarakat sekitar. Dari hasil
observasi, penulis mendapatkan informasi mengenai kondisi lokasi Gunung Balak dan kondisi masyarakat setempat secara ekonomi, budaya dan agama. Sebagian
besar masyarakat yang berada di sekitar Gunung Balak bermata pencaharian sebagai petani. Secara budaya masyarakat Pakis masih sarat dengan tradisi, selain
tradisi nyadran Gunung Balak, ada juga festival lima gunung dan tradisi lainnya. Dari sisi agama, masyarakat Pakis sebagian besar menganut agama Islam,
meskipun mayoritas muslim, masyarakat Pakis tetap menjunjung tinggi kearifan lokal. Penulis mencatat semua informasi yang didapatkan selama observasi.
b. Wawancara
Pada tahapan observasi, penulis juga melakukan pengumpulan data berupa wawancara informal. Pada jenis wawancara informal, pertanyaan yang diajukan
sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Hubungan
pewawancara dengan terwawancara adalah dalam suasana biasa, wajar, sedangkan pertanyaan dan jawabannya berjalan seperti pembicaraan biasa dalam kehidupan
sehari-hari saja. Sewaktu pembicaraan berjalan, terwawancara malah barangkali tidak mengetahui atau tidak menyadarai bahwa ia sedang diwawancarai Moleong,
1989: 187. Seperti pendapat tersebut, penulis mewawancarai sesepuh Gunung Balak dan beberapa warga sekitar secara spontan dan berjalan dengan santai
seperti percakapan dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara informal ini dilakukan ketika penulis melakukan observasi di Gunung Balak, Pakis, Magelang.
Dari hasil wawancara yang sifatnya informal ini, penulis mendapatkan sejumlah informasi yang berkaitan dengan sejarah nyadran Gunung Balak dan kondisi
masyarakat sekitar. Sesepuh atau juru kunci Gunung Balak dengan senang hati memberikan informasi seperti yang berkaitan dengan Syekh Subakir yang
meninggalkan petilasan di Gunung Balak. Wawancara dilakukan bukan semata - mata untuk mendapatkan informasi seputar Gunung Balak, tetapi juga untuk
mencairkan suasana antara penulis dengan masyarakat setempat. Dari hal ini diharapkan dapat mempermudah penulis dalam proses memotret tradisi nyadran
Gunung Balak.
c. Studi pustaka
Selain mempersiapkan konsep yang akan dibuat, penulis juga melakukan studi pustaka mengenai objek yang akan dibidik. Hal ini sangatlah penting, untuk
memahami lebih dalam tentang objek fotografi. Studi pustaka yang penulis lakukan menggunakan buku
–buku literatur yang berhubungan dengan sejarah nyadran Gunung Balak, buku
–buku yang berhubungan dengan fotografi khususnya human intereset dan hitam putih. Selain melakukan studi pustaka
melalui buku –buku cetak, penulis juga melakukan studi pustaka melalui internet
seperti artikel, jurnal dan e-book. Berdasarkan hasil studi pustaka, penulis mendapatkan buku
–buku yang berkaitan dengan budaya Jawa seperti buku “Harmoni Dalam Budaya Jawa” karya Drs. Moh. Roqib, M.Ag., “Jejak Historis
Syekh Subakir ” karya M. Romadhon MK, “Atlas Walisongo” karya Agus
Sunyoto, dan beberapa artikel serta e-book dari internet. Selain itu penulis juga mendapatkan buku
– buku yang berhubungan dengan fotografi khususnya human interest seperti
“Human Interest Photography” karya Wilsen Way, “Digital Exposure
” karya Ross Hoddinott, “Kiat Sukses Deniek G. Sukarya”, “On Street Photography
”, “Jurnalisme Pejalan Kaki”, “Irama Visual”, “The Complete Encyclopaedia of Photography
” karya Michael Langford, dan masih ada beberapa yang lainnya. Berdasarkan literatur
–literatur tersebut penulis mendapatkan teori- teori yang dijadikan sebagai dasar berkarya.
4. Proses Berkarya
a. Identifikasi masalah
Penciptaan karya fotografi ini diawali dengan proses mengidentifikasi masalah. Penulis mengamati perkembangan fotografi saat ini, dan tertarik untuk
menjadikannya sebuah karya tugas akhir. Kini fotografi seakan menjadi kebutuhan bagi banyak orang, tidak hanya sebagai medium untuk mengabadikan
momen pribadi tetapi juga menjadi media untuk menyampaikan informasi yang bermanfaat bagi khalayak luas, serta sebagai salah satu gairah tersendiri dalam
strategi menuju kebudayaan yang lebih baik lagi. Seperti halnya tradisi nyadran dan hal-hal kecil yang dilakukan setiap manusianya, mulai dari cara mereka
bersilaturahmi, merayakan makan bersama, tertib dalam antrian panjang, semua yang dilakukan itu sederhana mudah dan menyentuh. Bagian yang kecil-kecil itu
adalah sikap keharmonisan, keseimbangan, ketertiban, keindahan, kebebasan dan kesederhanaan menurut Sachari, 2002: 206. Seperti yang dianjurkan Gamson
“kepak kupu-kupu di kebun akan meruntuhkan bukit es di Alaska”, yang kecil- kecil itu merupakan esensi persoalan raksasa yang kita hadapi. Misalnya pada
suatu loket karcis atau apapun yang berhubungan dengan antrian, kalau tidak memiliki kesadaran untuk tertib mengantri yang akan terjadi disharmoni memicu
terjadinya masalah besar. Oleh karena itu, fotografi human interest dijadikan perpanjangan tangan untuk menyampaikan kekayaan nilai adat dan kebudayaan
lokal melalui manusianya. Melihat kondisi wilayah tempat tinggal penulis, maka penulis memilih tema kebudayaan untuk divisualisasikan ke dalam karya
fotografi. Di daerah tempat tinggal penulis masih banyak peristiwa budaya