Efek Negatif Serat Makanan Bagi Tubuh

48 diusulkan pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi WNPG yaitu sebesar 25 – 38 grhari Hardiansyah, 2012. Dan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan Gizi, angka kecukupan serat AKS yang dianjurkan untuk penduduk Indonesia adalah dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3. Angka Kecukupan Serat AKS sumber : Peraturan Menteri Kesehatan No 75 tahun 2013 Kelompok Umur Serat g Bayi Anak – 6 bulan 7 – 11 bulan 10 1 – 3 bulan 16 4 – 6 tahun 22 7 – 9 tahun 26 Laki – laki 10 – 12 tahun 30 13 – 15 tahun 35 16 – 18 tahun 37 19 – 29 tahun 38 30 – 49 tahun 38 50 – 64 tahun 33 65 – 80 tahun 27 80+ tahun 22 Perempuan 10 – 12 tahun 28 13 – 15 tahun 30 16 – 18 tahun 30 19 – 29 tahun 32 30 – 49 tahun 30 50 – 64 tahun 28 64 – 80 tahun 22 80+ tahun 20 Hamil +an Trimester 1 +3 Trimester 2 +4 Trimester 3 +4 Menyusui +an 6 bln pertama +5 6 bln kedua +6 49 Jumlah konsumsi serat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25 - 35 gram per orang per hari.

g. Bahan Pangan Sumber Serat

Serat pangan berasal dari bahan makanan nabati yakni sayur-sayuran, buah-buahan, serelia, kacang-kacangan serta produk makanan yang berasal dari perairan seperti rumput laut. Kandungan serat dalam makanan bervariasi antara satu sumber dengan sumber lainnya. Mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan dalam jumlah cukup dapat mempunyai fungsi ganda, yaitu selain sebagai sumber serat juga kaya akan vitamin dan mineral. Produk-produk pangan hewani seperti daging, ikan, susu, dan telur, serta hasil-hasil olahannya, mengandung serat dalam jumlah yang sangat sedikit karena hampir seluruh bahan tersebut dapat dicerna oleh tubuh. Hal ini menjadi alasan perlunya mengkonsumsi makanan sumber serat guna mengimbangi konsumsi makanan yang kurang serat. 1 Serealia Serealia adalah bahan pangan dari tanaman yang termasuk famili rumput-rumputan Gramineae, diantaranya padi Oryza sativa L., gandum Triticum sp., jagung Zae mays, dan sorgum Sorghum vulgare L.. Serealia dalam bentuk utuh merupakan bahan makanan yang kandungan seratnya paling tinggi dibandingkan dengan bahan makanan 50 lainnya. Sebagian besar komponen serat dalam serealia adalah serat tidak larut dalam air yaitu lignin. Namun jika serealia telah berbentuk tepung kandungan seratnya jauh menurun bahkan tidak ada karena hilang pada proses penepungan. Kandungan serat tidak larut dalam air yakni jenis selulosa dan hemiselulosa lebih banyak terdapat dalam kulit luar biji serealia. Pada endosperma jumlah kandungan serat lebih sedikit jika dibandingkan dengan kandungan serat yang ada pada kulit luar. Dalam endosperma terkandung jenis serat tidal larut air yaitu musilase dan gum. Dina Agoes Sulistijani, 1999:16. Beras merupakan salah satu jenis serealia paling penting di dunia untuk konsumsi manusia terutama di Benua Asia. Penduduk Indonesia sebagian besar mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok mereka. Jenis beras yang beredar dipasaran yang dapat ditemukan oleh masyarakat adalah jenis beras giling dan beras tumbuk. Beras giling yang memiliki warna lebih putih umumnya lebih sering dikonsumsi dibandingkan dengan beras tumbuk. Karena selain warnanya yang lebih putih, beras giling juga lebih tahan lama. Padahal kenyataannya kandungan serat dan gizi beras tumbuk lebih banyak jika dibandingkan dengan beras giling. Karena pada beras giling proses penggilingan yang terjadi menyebabkan kandungan serat dan gizinya menurun. Proses penurunan kandungan serat makanan pada berbagai varietas sebelum dan sesudah penggilingan setiap 100 gr beras dapat dilihat pada tabel berikut ini