perusahaan akan digunakan terlebih dahulu untuk memenuhi kebutuhan dananya semua proyek investasi yang menguntungkan
baru sisanya untuk pembayaran dividen. 2. Likuiditas perusahaan
Likuiditas perusahaan merupakan salah satu pertimbangan utama dalam kebijakan dividen. Karena dividen merupakan arus
kas keluar, maka semakin besar jumlah kas yang tersedia dan likuiditas perusahaan, semakin besar pula kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen. Apabila manajemen ingin memelihara likuiditas dalam mengantisipasi adanya ketidakpastian dan agar
mempunyai fleksibilitas keuangan, kemungkinan perusahaan tidak akan membayar deviden dalam jumlah yang besar.
3. Kemampuan untuk meminjam Apabila perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi
untuk mendapatkan pinjaman, hal ini juga merupakan fleksibilitas keuangan yang tinggi sehingga kemampuan untuk membayar
dividen juga tinggi. Jika perusahaan memerlukan pendanaan melalui hutang, manajemen tidak perlu mengkhawatirkan pengaruh
dividen kas terhadap likuiditas perusahaan. 4. Pembatasan dalam perjanjian hutang
Pembatasan digunakan oleh para kreditur untuk menjaga kemampuan perusahaan tersebut membayar hutangnya.
5. Pengendalian Perusahaan Apabila suatu perusahaan membayar dividen yang sangat
besar, maka perusahaan mungkin menaikkan modal di waktu yang akan datang melalui penjualan sahamnya untuk membiayai
kesempatan investasi yang menguntungkan. Dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar, ada kemungkinan kelompok
pemegang saham tertentu tidak lagi dapat mengendalikan perusahaan karena jumlah saham yang mereka kuasai menjadi
berkurang dari seluruh jumlah saham yang beredar.
3. Teori Keagenan
Hubungan keagenan merupakan suatu hubungan kontrak yang terjadi antara prinsipal dengan agen. Dalam hubungan keagenan dapat
timbul permasalahan pada saat pihak-pihak yang bersangkutan mempunyai tujuan yang berbeda, dimana pemilik modal menghendaki
bertambahnya kekayaan dan kemakmuran para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan
bagi para manajer. Dengan demikian muncullah konflik kepentingan antara pemilik investor dengan manajer agen.
Menurut Jensen dan Meckling 1976, masalah yang terjadi dalam hubungan keagenan terdapat dua aspek dimana yang pertama
adalah moral hazard dan adverse selection. Moral hazard merupakan moral yang dimiliki oleh manajer untuk melakukan tindakan yang
merugikan pemegang saham dengan cara manajer mengurangi usahanya untuk meningkatkan kesejahteraan perusahaan. Sedangkan,
adverse selection atau dapat disebut sebagai pemilihan yang salah menunjukkan misrepresentasi dari kemampuan agen. Aspek
permasalahan yang kedua adalah risk sharing problem yang berkaitan dengan hubungan antara prinsipal dengan agen yang mempunyai
tindakan preferensi yang berbeda, karena preferensi antara keduanya terhadap risiko juga berbeda. Hal yang demikian disebabkan oleh
adanya perilaku agen yang tidak menyukai adanya risiko risk adverse yang menunjukkan tidak adanya kemampuan untuk
mendiversifikasikan pekerjaan mereka atau dengan kata lain bahwa manajer hanya dapat bekerja pada satu perusahaan saja. Disisi lain,
prinsipal memilih untuk berperilaku risk neutral yang mana terdapat kemampuan untuk mendiversifikasikan investasi yang mereka lakukan
atau dengan kata lain bahwa para pemegang saham dapat melakukan investasi di berbagai perusahaan.
Konflik keagenan yang terjadi dapat dikurangi apabila manajer mempunyai kepemilikan saham dalam perusahaan.
Kedudukan manajer yang mana sekaligus merupakan pemegang saham akan berusaha untuk meningkatkan nilai perusahaan, sehingga
dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka nilai kekayaannya sebagai pemegang saham akan meningkat pula. Sulistiono, 2010.
4. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan besarnya nilai dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para investor.
Keadaan yang dilematis sering dialami oleh perusahaan dalam melakukan kebijakan dividen itu sendiri, dimana di satu sisi investor menuntut untuk
dibagikannya sejumlah dividen setelah kesepakatan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS agar memperoleh kepercayaan akan
kelangsungan prospek perusahaan dimasa mendatang, sedangkan disisi perusahaan menginginkan untuk menahan labanya sebagai langkah dalam
melakukan pengembangan
investasi guna
untuk memperbesar
perusahaannya. Munawir 2002 mengungkapkan, dividend payout ratio adalah hasil perbandingan antara dividen dengan laba yang tersedia bagi
para pemegang saham biasa. Pernyataan ini sebanding dengan yang diungkapkan Robert Ang 1997, yang menyatakan bahwa dividend payout
ratio merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earning
per share. 5.
Cash Position
Cash position adalah jumlah kas yang ada di perusahaan, dana investasi atau bank yang dimiliki dalam suatu waktu tertentu. Posisi kas
merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Posisi kas yang
besar merupakan kekuatan bagi perusahaan. Hal tersebut disebabkan kas
sangat dibutuhkan dalam pembiayaan operasional. Posisi kas yang tinggi atau baik, menunjukkan kinerja perusahaan yang baik pula. Pembayaran
dividen merupakan arus kas keluar, sehingga penting bagi pembuat keputusan yang dalam hal ini adalah manjaer untuk memperhatikan posisi
kas suatu perusahaan. Hal pernyataan tersebut dikuatkan oleh pendapat Riyanto 2001 yang intinya menyatakan dikarenakan dividen merupakan
cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen. Cash position
dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak.
6. Firm Size
Ukuran perusahaan adalah rata –rata total penjualan bersih untuk
tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh
jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita
kerugian Brigham dan Houston 2001. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena bersifat
menambah modal sendiri. Laba operasi ini dapat diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada jumlah biaya variabel dan biaya tetap.
Perusahaan yang berada pada pertumbuhan penjualan yang tinggi membutuhkan dukungan sumber daya organisasi modal yang semakin
besar, demikian juga sebaliknya, pada perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah kebutuhan terhadap sumber daya
organisasi modal juga semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa konsep tingkat pertumbuhan penjualan tersebut memiliki hubungan yang
positif, tetapi implikasi tersebut dapat memberikan dampak ataupun efek yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal
yang akan digunakan. Menurut Riyanto 1995, suatu perusahaan yang besar yang
sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau
tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap perusahaan bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil, dimana sahamnya
tersebar hanya di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol
pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, kemudahan akses dalam pasar modal dapat diartikan sebagai fleksibilitas
yang mana kemampuan untuk memperoleh dana akan lebih besar yang pda akhirnya, perusahaan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi
dibanding perusahaan yang lebih kecil. Ukuran perusahaan dapat diwakilkan dengan log natural dari total aset.