subkelompok makanan jadi lebih besar. Kenaikan harga makanan jadi khususnya mie disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakunya seperti tepung terigu.
d. Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi 0,47 atau sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,66. Penyebab menurunnya
inflasi pada kelompok ini karena mulai berkurangnya arus transportasi pasca liburan triwulan sebelumnya, sehingga membuat ongkos transportasi perlahan-lahan mulai menurun.
Grafik 2.9. Inflasi Triwulanan Kelompok Transportasi, Komunikasi Jasa Keuangan di Sumut
0.58 0.39 2.84
‐0.02 ‐3.17
‐3.50 0.06
0.29 ‐1.61
0.66 0.47
‐4 ‐3
‐2 ‐1
1 2
3 4
Des Mar Jun Sep
Des Mar Jun Sep
Des Mar Jun 2007
2008 2009
2010
Sumber : BPS, diolah
e. Kelompok Kesehatan
Inflasi kelompok kesehatan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,73 menjadi 0,23. Sumbangan inflasi kelompok ini sebesar 0,04 terhadap inflasi Sumut.
Subkelompok jasa kesehatan serta subkelompok perawatan jasmani dan kosmetik adalah penyumbang terbesar inflasi kelompok kesehatan. Pada kedua subkelompok tersebut,
penurunan terjadi pada tarif rumah sakit, serta sabun mandi, pasta gigi dan lipstik.
Grafik 2.10. Inflasi Triwulanan Kelompok Kesehatan di Sumut
0.19 2.67
3.19 1.73
0.40 0.04 0.09
1.30 0.26
1.73 0.23
1 1
2 2
3 3
4
Des Mar
Jun Sep
Des Mar
Jun Sep
Des Mar
Jun 2007
2008 2009
2010
Sumber : BPS, diolah
f. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,67 menjadi 0,21. Kelompok ini
35
Perkembangan Inflasi Daerah | BAB 2
menyumbang inflasi sebesar 0,11 terhadap inflasi Sumut. Subkelompok perumahan merupakan penyumbang utama kenaikan inflasi kelompok ini menyusul mulai meningkatnya
harga jual rumah di Sumut.
Grafik 2.11. Inflasi Triwulanan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas Bahan Bakar di Sumut
1.35 1.16
2.74 3.12
1.16 0.56
0.06 0.64
2.91 1.67
0.21 1
1 2
2 3
3 4
Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun 2007
2008 2009
2010
Sumber : BPS, diolah
Bisnis properti khususnya perumahan di Sumut memasuki tahun 2010 diperkirakan tumbuh semakin baik, menyusul membaiknya daya beli dan tren menurunnya suku bunga kredit
pemilikan rumah KPR dari 13 sepanjang tahun 2009 menjadi sebesar 7,5. Asumsi membaiknya daya beli karena dampak krisis global sudah mulai bisa teratasi sehingga selain
bisa membeli untuk kebutuhan sendiri juga dijadikan investasi. Disamping itu, per 1 Juli 2010 pola subsidi baru untuk kredit kepemilikan rumah KPR akan
mulai diberlakukan. Ke depannya, tidak akan ada lagi subsidi bunga KPR bagi masyarakat. Namun, pola subsidi baru ini tidak serta merta diterima masyarakat yang meminta agar
subsidi bunga tetap diberikan. Pola subsidi baru dalam penyediaan akses mendapatkan KPR telah mendapat alokasi dana APBNP 2010 sebesar Rp2,68 triliun. Dana itu akan digunakan
sebagai dana pancingan fasilitas likuiditas perbankan sehingga masyarakat berpenghasilan rendah MBR dapat merasakan subsidi sepanjang masa tenor angsuran.
Dengan membaiknya bisnis properti maka harga jual juga diperkirakan akan naik. Rata-rata harga jual rumah pada triwulan II-2010 untuk rumah tipe kecil mencapai Rp69,65 juta, naik
3,86 dibandingkan triwulan I-2010 sebesar Rp67,06 juta, rumah tipe sedang mencapai Rp206,47 juta, naik 7,46 dari Rp192,14 juta. Sementara itu, untuk rumah tipe besar pada
triwulan laporan mengalami penurunan 13,57 dari Rp461,63 juta menjadi Rp398,99 juta. Meskipun mengalami kenaikan, diperkirakan permintaan tetap tinggi menyusul kemampuan
ekonomi yang semakin membaik dan kebutuhan yang masih tetap ada.
BAB 2 | Perkembangan Inflasi Daerah
36
g. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga