Bab 5 | Perkembangan Sistem Pembayaran 67
Perkembangan Sistem Pembayaran
Guna menekan peredaran uang palsu, dilakukan upaya meningkatkan pemahaman masyarakat dengan melakukan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah
kepada kalangan pers, pelajar, mahasiswa, akademisi, masyarakat, pelaku usaha, pegawai negeri, kepolisian serta stakeholders lainnya. Selain itu, secara sistematis juga dilakukan
kegiatan training of trainers pengenalan keaslian rupiah, agar pengetahuan tentang keaslian uang rupiah dapat tersebar secara lebih cepat dan luas kepada masyarakat.
5.5. Penyediaan Uang Yang Layak Edar
Sebagai bagian dari kebijakan clean money policy yaitu berupa penyediaan uang kartal dalam kualitas yang layak edar, Bank Indonesia secara periodik dan
berkesinambungan melakukan penyortiran dan peracikan uang kartal yang tidak memenuhi persyaratan uang yang layak edar. Uang yang termasuk dalam kategori tidak
layak edar lusuhrusak dan uang dengan emisi yang telah ditarik dari peredaran, kemudian dilakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga PTTB, yang selanjutnya dilakukan
pemusnahan.
Grafik 5. 4 Perkembangan Jumlah PTTB di Sumatera Utara
1,000 2,000
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
I-6 II-6 III-6 IV-6 I-7 II-7 III-7 IV-7 I-8 II-8 III-8 IV-8 I-9 II-9 III-9 IV-9 I-10 II-10 milyar Rp.
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
60.00 70.00
80.00 90.00
Inflow Ratio PTTB
Sumber : Bank Indonesia
Pada triwulan II-2010 jumlah uang kartal yang telah dicatat sebagai PTTB tercatat sebesar Rp3.044 milyar atau sebesar 76,63 dari jumlah inflow. Dibandingkan dengan
periode triwulan sebelumnya, jumlah uang kartal yang dicatat sebagai PTTB mengalami peningkatan yang cukup besar dimana pada triwulan I-2010 tercatat sebesar Rp2.865
milyar. Meningkatnya ratio mengindikasikan tingkat perputaran uang yang sangat tinggi sebagai dampak dari peningkatan aktivitas ekonomi yang mengakibatkan uang lebih
cepat lusuh.
BAB VI
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
dan Kesejahteraan
BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
68
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
“ Seiring dengan semakin membaiknya kinerja perekonomian Sumut, indikator kesejahteraan dan ketenagakerjaan juga menunjukkan hasil yang sejalan yang
terlihat dari menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran di Sumut. “ “ Seiring dengan semakin membaiknya kinerja perekonomian Sumut, indikator
kesejahteraan dan ketenagakerjaan juga menunjukkan hasil yang sejalan yang terlihat dari menurunnya tingkat kemiskinan dan pengangguran di Sumut. “
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
6.1.1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Angka Pengangguran
6.1.1. Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Angka Pengangguran
Keadaan ketenagakerjaan di Sumut pada satu tahun terakhir diwarnai dengan perubahan indikator yang cukup signifikan ke arah yang lebih baik. Pada
Februari 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 6.402.891 orang, dan angka ini naik sebanyak 80.477 orang dibandingkan Februari 2009 sebanyak
6.322.414 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan.
Keadaan ketenagakerjaan di Sumut pada satu tahun terakhir diwarnai dengan perubahan indikator yang cukup signifikan ke arah yang lebih baik. Pada
Februari 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 6.402.891 orang, dan angka ini naik sebanyak 80.477 orang dibandingkan Februari 2009 sebanyak
6.322.414 orang. Peningkatan jumlah angkatan kerja laki-laki relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja perempuan.
Selama periode Februari 2009 sampai dengan Februari 2010 jumlah angkatan kerja laki-laki bertambah sebanyak 57.666 orang, sedangkan angkatan kerja
perempuan bertambah sebanyak 22.811 orang. Penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 89.295 orang dibandingkan Februari 2009 dan
didominasi oleh laki-laki. Peningkatan jumlah penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 70.847 orang, sedangkan perempuan yang sebanyak 18.448
Selama periode Februari 2009 sampai dengan Februari 2010 jumlah angkatan kerja laki-laki bertambah sebanyak 57.666 orang, sedangkan angkatan kerja
perempuan bertambah sebanyak 22.811 orang. Penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 89.295 orang dibandingkan Februari 2009 dan
orang. Tingginya peningkatan pekerja laki-laki dibandingkan perempuan lebih disebabkan kebiasaan umum bahwa biasanya tanggung jawab laki-laki lebih
besar terhadap perekonomian rumah tangga. Peningkatan jumlah tenaga kerja laki-laki juga ditandai dengan turunnya angka tingkat pengangguran laki-laki
dari 6,74 pada Februari 2009 menjadi 6,29 pada Februari 2010. orang. Tingginya peningkatan pekerja laki-laki dibandingkan perempuan lebih
disebabkan kebiasaan umum bahwa biasanya tanggung jawab laki-laki lebih besar terhadap perekonomian rumah tangga. Peningkatan jumlah tenaga kerja
laki-laki juga ditandai dengan turunnya angka tingkat pengangguran laki-laki dari 6,74 pada Februari 2009 menjadi 6,29 pada Februari 2010.
Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut Kegiatan Utama Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut Kegiatan Utama
didominasi oleh laki-laki. Peningkatan jumlah penduduk laki-laki yang bekerja sebanyak 70.847 orang, sedangkan perempuan yang sebanyak 18.448
2010 Februari
Agustus Februari
Penduduk 15 keatas
Orang 9,034,908
9,108,738 9,228,149
Angkatan Kerja
Orang 6,322,414
6,298,070 6,402,891
‐ Bekerja Orang
5,800,771 5,765,643
5,890,066 ‐ Penganggur
Orang 521,643
532,427 512,825
Bukan Angkatan Kerja
Orang 2,712,494
2,810,668 2,825,258
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
69,98 69,14
69,38 Tingkat
Pengangguran Terbuka 8,25
8,45 8,01
Kegiatan Utama
Satuan 2009
Sumber : BPS
B B
B A
A A
B B
B 6
66
Tingkat partisipasi angkatan kerja TPAK Sumut pada Februari 2010 sebesar 69,38 atau menurun sebesar 0,60 dibandingkan TPAK pada Februari 2009
yang sebesar 69,98. TPAK penduduk perempuan pada Februari 2010 sebesar 56,59 atau sedikit menurun dibandingkan dengan keadaan Februari
2009 yang sebesar 57,26, sedangkan TPAK penduduk laki-laki pada Februari 2010 sebesar 82,53 atau mengalami penurunan sebesar 0,53
dibandingkan keadaan Februari 2009 sebesar 83,06. Sejalan dengan penurunan TPAK tersebut, jumlah pengangguran turun
sebesar 8.818 orang. Pada Februari 2009, jumlah penganggur terbuka sebesar 521.643 orang dan pada Februari 2010 turun menjadi 512.825 orang,
sehingga tingkat pengangguran terbuka TPT turun dari 8,25 menjadi 8,01. TPT penduduk laki-laki turun dari 6,74 Februari 2009 menjadi 6,29
Februari 2010, sedangkan TPT penduduk perempuan meningkat dari 10,38 Februari 2009 menjadi 10,46 Februari 2010.
Dalam kurun waktu setahun Februari 2009 – Februari 2010, jumlah penganggur di daerah perkotaan meningkat dari 56,50 menjadi 61,04,
sedangkan di daerah pedesaan turun dari 43,50 menjadi 38,96.
Tabel 6. 2 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas menurut Jenis Kelamin
Feb ‐09
Feb ‐10
Feb ‐09
Feb ‐10
Penduduk 15 keatas
Orang 4,454,125
4,552,557 4,580,783
4,657,592 Angkatan
Kerja Orang
3,699,514 3,757,180
2,622,900 2,645,711
‐ Bekerja Orang
3,450,118 3,520,965
2,350,653 2,369,101
‐ Penganggur Orang
249,396 236,215
272,247 276,610
Bukan Angkatan Kerja
Orang 754,611
795,377 1,957,883
2,029,881 Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja 83,06
82,53 57,60
56,59 Tingkat
Pengangguran Terbuka 6,74
6,29 10,38
10,46
Laki ‐Laki
Perempuan Kegiatan
Utama Satuan
Sumber: BPS
6.1.2. Lapangan Pekerjaan Utama
Penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumut masih bertumpu pada Sektor Pertanian. Sebagian besar penduduk di daerah pedesaan bekerja di sektor ini.
Pada Februari 2010, sekitar 72,77 penduduk di daerah pedesaan bekerja di Sektor Pertanian dan selebihnya 27,23 bekerja di Sektor Non Pertanian.
Sebaliknya, penduduk daerah perkotaan pada umumnya bekerja di Sektor Perdagangan sebesar 34,79, Sektor Jasa Kemasyarakatan sebesar 20,73,
69
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan | BAB 6
Sektor Industri sebesar 14,02 dan Sektor Pertanian sebesar 12,07 dan sisanya 18,38 bekerja di Sektor Lainnya.
Struktur penyerapan tenaga kerja di Sumut tidak menunjukkan perubahan yang berarti dan Sektor Pertanian, yang meliputi sub sektor Pertanian Tanaman
Bahan Makanan, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan masih menjadi tumpuan untuk menampung jumlah angkatan kerja yang ada. Pada
Februari 2010, Sektor Pertanian menyerap 47,52 dari jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja. Sektor-sektor lainnya yang relatif besar
menyerap tenaga kerja adalah Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi sebesar 20,64 dan Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan
Perseorangan sebesar 11,89.
Tabel 6. 3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Pedesaan +
Pedesaan Perkotaan
Perkotaan
Sektor Pertanian
72,77 12,07
47,52 Sektor
Industri 5,43
14,02 9,00
Sektor Perdagangan
10,56 34,79
20,64 Sektor
Jasa Kemasyarakatan 5,59
20,73 11,89
Sektor Lainnya
5,65 18,38
10,95
Jumlah 100
100 100
Daerah Lapangan
Pekerjaan Utama
Sumber: BPS
6.1.3. Status Pekerjaan Utama
Pada Februari 2010, komposisi status pekerjaan utama penduduk usia 15 tahun keatas yang bekerja di Sumut yang paling besar sebagai buruhkaryawan
yaitu 28,73, berusaha sendiri sebesar 19,07, penduduk yang bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetapburuh tidak dibayar sebesar
18,96 dan berusaha dibantu buruh tetap sebesar 2,23. Penduduk yang bekerja dengan status pekerja bebas di pertanian dan pekerja
bebas di non pertanian pada Februari 2010, masing-masing sebesar 5,50 dan 3,87, sedangkan penduduk yang bekerja dengan status pekerja
keluargatak dibayar sebesar 21,64.
70
BAB 6 | Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Tabel 6. 1 Angkatan Kerja Sumut menurut Status Pekerjaan Utama 2010
Februari Agustus
Februari
Berusaha Sendiri
18,51 20,17
19,07 Berusaha
dibantu buruh tidak tetap 19,66
19,51 18,96
Berusaha dibantu buruh tetap
2,77 3,23
2,23 BuruhKaryawan
27,31 27,70
28,73 Pekerja
bebas di Pertanian 5,51
4,78 5,50
Pekerja bebas di Non pertanian
4,50 3,95
3,87 Pekerja
Keluargatak dibayar 21,75
20,67 21,64
Jumlah 100
100 100
2009 Status
Pekerjaan Utama
Sumber: BPS
6.2. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN