Pilihan Rasional KERANGKA TEORI

19 memiliki kesamaan sifat dengan kaum borjuasi, yaitu mereka memiliki keinginan untuk menaiki tangga sosial, akan tetapi mereka menempati kelas menengah dalam struktur masyarakat. Mereka dapat dikatakan akan lebih banyak melakukan imitasi terhadap kelas dominan. Ketiga, kelas populer.Kelas ini merupakan kelas yang hampir tidak memiliki modal, baik modal ekonomi, modal budaya maupun modal simbolik. Mereka berada pada posisi yang cenderung menerima dominasi kelas dominan, mereka cenderung menerima apa saja yang dipaksakan kelas dominan.

2.3. Pilihan Rasional

Menurut Coleman yang merupakan salah seorang yang berkiprah dalam teori pilihan rasional ini, tidak saja membahas teori ini dalam kajian mikro tetapi juga mencakup pada hal makro. Menurutnya, seseorang akan bertindak mengarah pada suatu tujuan yang ditentukan oleh nilai atau pilihan preferensi. Untuk mencapai tujuan tersebut individu akan mempertimbangkan berbagai hal yang akan menentukan tindakannya untuk mencapai keinginannya tersebut. Dalam hal ini individu harus memilih beberapa pilihan tindakan yang harus diambil agar lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan goal dan memuaskan kebutuhannya. Lebih jauh lagi, Coleman membahas mengenai pilihan rasional ini dalam hubungan antara aktor dan sumber daya. Suatu sumber daya dibentuk dan dikontrol oleh seorang aktor. Aktor lainnya mulai tertarik dan memberikan perhatiannya pada sumber daya tersebut. Menurutnya individu-individu akan bertindak secara rasional ketika mereka dirangsang oleh stimulus tertentu, dan 20 pilihan-pilihan mereka juga terbatas. Stimulus dan pilihan ini bervariasi untuk setiap individu, bergantung pada sistem dimana individu-individu itu berada. Adanya ketertarikan tersebut maka mulai terjalin interaksi antar kedua aktor tersebut. Hubungan kedua aktor tersebut akan menimbulkan hubungan saling membutuhkan, dimana kedua aktor memiliki tujuan yang sama dan saling melengkapi meskipun mereka memiliki beberapa kepentingan lainnya yang berbeda. Namun hubungan ini selanjutnya akan membentuk hubungan saling ketergantungan diantara kedua aktor tersebut. Ada beberapa premis-premis dasar mengenai pilihan rasional yaitu: a. Manusia memiliki seperangkat preferensi-preferensi yang bisa mereka pahami, mereka tata menurut sekala prioritas, dan dibandingkan antara satu dengan yang lain. b. Tatanan preferensi ini bersifat transitif, atau konsisten dalam logika. Misalnya, jika seseorang lebih memilih sekolah A dibanding sekolah B, dan sekolah B dibanding sekolah C, maka orang tersebut pasti lebih memilih sekolah Adibanding sekolah C. c. Tatanan preferensi itu didasarkan pada prinsip ‘memaksimalkan manfaat’ dan ‘meminimalkan resiko’. d. Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang egois. Namun, terkadang pilihan yang dilakukan oleh seorang aktor merupakan tindakan yang tak rasionalitas dan tak jarang menyimpang dari cara-cara yang ada.Tindakan ini juga cenderung menyebabkan subordinasi antara satu actor dengan aktor lainnya. Seorang aktor dalam hal ini akan merealisasikan ketertarikan aktor lain atau unit kolektif kelompok independen. Max Weber dalam 21 Economy and Society menyatakan bahwa tindakan konsumsi dapat dikatakan sebagai tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku dari individu lain yang diarahkan pada tujuan tertentu. Tindakan sosial menurut Weber terdiri dari: a. Tindakan rasional yaitu tindakan yang berdasarkan pertimbangan yang sadar terhadap tujuan tindakan dan pilihan dari alat yang dipergunakan. b. Tindakan rasional nilai yaitu suatu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan akhir bagi individu. c. Tindakan afektif yaitu suatu tindakan yang didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencaan yang sadar seperti cinta, marah, suka dan duka. d. Tindakan tradisional yaitu tindakan yang dikarenakan kebiasaan atau tradisi. 22

BAB III METODE PENELITIAN