Pertanaman Generasi F Evaluasi Keragaan Galur-Galur Generasi F

27 Pada populasi Bintang LadangUS2 dan GampaiIR77674, panjang malai dan bobot malai memiliki nilai heritabilitas rendah yang berarti karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan daripada genetik dan seleksi akan efektif dilakukan pada generasi akhir. Sebaliknya jika nilai heritabilitas suatu karakter tinggi menunjukkan bahwa karakter lebih dipengaruhi faktor genetik dan seleksi dapat dilakukan pada awal generasi dengan hanya dari melihat penampilan fenotipnya Kumar et al. 2009; Akinwale et al. 2011. Dari 26 padi lokal Jambi diketahui bahwa karakter panjang malai dan bobot gabah berisi memiliki nilai heritabilitas tinggi dan KKG luas Buhaira et al. 2014. Korelasi menunjukkan keeratan hubungan antara dua karakter tanaman yang berbeda Tabel 3.7. Tinggi tanaman berkorelasi positif pada karakter panjang malai tiga kombinasi kecuali pada GampaiIR77674 meski korelasinya tidak nyata. Pada kombinasi Bintang LadangUS2 tinggi tanaman berkorelasi nyata positif dengan bobot malai. Kecuali pada kombinasi ProgolAsahan dimana tinggi tanaman berkorelasi negatif dengan bobot malai tetapi korelasi tersebut tidak nyata. Karakter tinggi tanaman yang berkorelasi dengan karakter komponen hasil, seperti panjang dan bobot malai, dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan dalam proses seleksi tanaman padi yang berpotensi hasil tinggi. Hirzel et al. 2011 dan Syakhril et al. 2014 menyatakan bahwa p emberian nitrogen dapat meningkatkan tinggi tanaman, panjang malai, panjang dan lebar daun. Hasil gabah, bahan kering, tinggi tanaman dan komponen hasil lainnya positif dipengaruhi oleh aplikasi nitrogen.

3.3.3 Sebaran Data dari Tiga Populasi Padi Generasi F

3 Nilai skewness dan kurtosis digunakan untuk membaca sebaran frekuensi fenotipe. Skewness dan kurtosis lebih kuat untuk mendeteksi interaksi gen seperti aksi gen epistasis komplementer dan epistasis duplikat pada karakter yang diamati serta jumlah gen pengendali suatu sifat. Interaksi gen dan jumlah gen pengendali ini penting diketahui untuk melihat penyebab keragaman genetik yang terdapat pada suatu populasi, apakah aditif, dominan atau epistasis. Nilai epistasis biasanya sangat kecil sehingga tidak diperhatikan namun jika terdeteksi adanya aksi gen epsitasis maka akan berpengaruh terhadap fenotipe tanaman. Pengaruh aksi gen epistasis dan dominan akan berkurang dari generasi ke generasi dan proporsi aditif akan bertambah Roy 2000; Rohaeni 2010. Karakter kuantitatif pada tanaman selalu memiliki nilai skewness negatif menjulur ke kiri dan positif menjulur ke kanan. Nilai skewness K 3 adalah nilai penjuluran dari sebaran. Skewness dapat menunjukkan adanya epistasis atau tidak yang mempengaruhi ekspresi gen suatu karakter. Jika K 3 = 0 artinya tidak terdapat epistasis, K 3 ≥ 0 artinya terdapat pengaruh aksi gen epistasis komplementer, dan K 3 ≤ 0 artinya terdapat pengaruh aksi gen epistasis duplikat. Rekapitulasi nilai skewness untuk karakter panjang malai dan bobot malai disajikan pada Tabel 3.8. Nilai skewness tertinggi untuk karakter panjang malai adalah 0.45 pada populasi Bintang LadangUS2. Nilai skewness negatif K 3 = -0.04 hanya dimiliki populasi GampaiIR77674 pada karakter panjang malai, yang berarti sebaran populasi cenderung menjulur ke kiri. Penjuluran ke kiri menunjukkan bahwa seleksi akan memberikan kemajuan genetik yang lebih tinggi dari yang diharapkan. Sebaliknya jika sebaran data memiliki 28 penjuluran ke kanan, maka seleksi akan memberikan kemajuan genetik yang lebih rendah dari yang diharapkan. Berdasarkan nilai skewness, sebaran untuk karakter panjang malai tergolong normal pada semua populasi. Sedangkan sebaran untuk karakter bobot malai hanya populasi GampaiIR77674 yang tergolong normal, Bintang LadangUS2 dan ProgolAsahan tergolong sebaran tidak normal. Jika sebaran genotipe suatu karakter tidak normal dan memiliki penjuluran maka diduga karakter tersebut dipengaruhi oleh adanya aksi gen epistasis. Tabel 3.8. Nilai skewness dan aksi gen karakter panjang malai dan bobot malai padi populasi F 3 , Muara MK 2012 Populasi Panjang malai Bobot malai Skewness Aksi gen Skewness Aksi gen Bintang Ladang US2 0.45 Aditif 0.80 Aditif + epistasis komplemeter GampaiIR77674 -0.04 Aditif 0.40 Aditif ProgolAsahan 0.13 Aditif 1.10 Aditif + epistasis komplemeter Berdasarkan pendugaan aksi gen, karakter bobot malai pada populasi Bintang LadangUS2 dan ProgolAsahan memiliki aksi gen aditif dan aksi gen epistasis komplementer. Sebaliknya, bobot malai pada populasi GampaiIR77674 dan pada karakter panjang malai semua populasi dikendalikan oleh aksi gen aditif dan tidak terdapat aksi gen epistasis. Menurut Mahalingam et al. 2011 jika suatu karakter dikendalikan oleh aksi gen aditif maka seleksi pedigri dapat digunakan dan dapat dilakukan pada generasi awal. Kurtosis menunjukkan banyak sedikitnya gen yang mengendalikan suatu karakter genotipe. Karakter yang memiliki sebaran dengan K 4 bernilai positif artinya karakter tersebut dikendalikan banyak gen, sedangkan K4 bernilai negatif artinya karakter terbebut dikendalikan oleh gen yang sedikit Roy 2000. Berdasarkan nilai kurtosis, karakter panjang malai dan bobot malai populasi Bintang LadangUS2 dikendalikan oleh sedikit gen. Pada populasi GampaiIR77674 kedua karakter dikendalikan oleh banyak gen. Pada populasi ProgolAsahan, karakter panjang malai dikendalikan banyak gen dan bobot malai oleh sedikit gen. Jumlah gen yang mengendalikan karakter akan mempengaruhi tingkat kesulitan program pemuliaan Roy 2000. Tabel 3.9 Tabel 3.9. Nilai kurtosis sebaran dan dugaan jumlah gen pengendali karakter panjang malai dan bobot malai padi populasi F3, Muara MK 2012 Populasi Panjang malai Bobot malai Kurtosis Jumlah gen pengendali Kurtosis Jumlah gen pengendali Bintang LadangUS2 0.42 Sedikit gen 0.68 Sedikit gen GampaiIR77674 -0.44 Banyak gen -0.10 Banyak gen ProgolAsahan -0.34 Banyak gen 2.06 Sedikit gen a kurtosis 0 = sedikit gen, kurtosis 0 = banyak gen