Simpulan Efektivitas Metode Dan Lingkungan Seleksi Untuk Menghasilkan Galur Harapan Padi Adaptif Terhadap Kondisi Nitrogen Suboptimum
41 Korelasi antar hasil dan karakter penting galur-galur padi hasil seleksi
menggunakan metode modifikasi bulk dan ditanam pada kondisi N suboptimum ditampilkan pada Tabel 4.2. Hasil berkorelasi nyata positif dengan
jumlah gabah isi per malai, panjang malai, dan bobot malai. Umur berbunga berkorelasi nyata positif dengan seluruh karakter kecuali bobot 100 butir dan
panjang malai. Jumlah gabah isi per malai berkorelasi nyata positif dengan panjang malai dan bobot malai, sedangkan panjang malai berkorelasi dengan
bobot malai.
4.3.2 Pengaruh Lingkungan Seleksi terhadap Keragaan Galur dari Kedua Populasi Hasil Seleksi dengan Metode Modifikasi Bulk
Rata-rata jumlah anakan produktif yang diseleksi di lingkungan suboptimum maupun optimum nyata lebih tinggi jika ditanam pada lingkungan
produksi optimum Tabel 4.3. Jumlah anakan produktif tidak dipengaruhi kondisi N pada lingkungan seleksi namun hanya dipengaruhi N pada
lingkungan produksi dimana pada lingkungan produksi N optimum jumlah anakan lebih banyak 1-2 anakan dibandingkan pada kondisi N suboptimum.
Bobot malai dan bobot 100 butir tidak berbeda nyata antar lingkungan seleksi maupun lingkungan produksi. Jumlah gabah isi per malai dari
lingkungan seleksi suboptimum tidak berbeda nyata pada kedua lingkungan produksi. Namun lingkungan seleksi optimum justru menghasilkan galur
dengan jumlah gabah lebih tinggi pada lingkungan produksi optimum.
Hasil galur-galur yang diseleksi pada dua kondisi N dan ditanam pada kondisi N yang berbeda serta interaksinya ditampilkan pada Gambar 4.1.
Interaksi yang terlihat dari garis antar hasil galur dari seleksi di lingkungan suboptimum maupun optimum adalah sejajar. Galur yang berasal dari
lingkungan seleksi suboptimum hasilnya tidak berbeda nyata dengan galur yang berasal dari lingkungan seleksi optimum, jika ditanam kembali pada
kondisi suboptimum. Interaksi antara genotipe dan lingkungan penting dalam program seleksi karena diharapkan terdapat genotipe unggul pada berbagai
lokasi. Karena kondisi lingkungan seleksi tidak mempengaruhi hasil pada kedua kondisi lingkungan produksi maka seleksi cukup dilakukan pada kondisi
suboptimum. 4.3.3 Hasil dan Komponen Hasil dari 10 Galur Terbaik
Seleksi terhadap 10 galur dengan hasil gabah tertinggi dan interaksinya ditampilkan pada Gambar 4.2. Galur dari GampaiIR77674
memiliki hasil lebih tinggi dari galur hasil pedigri. Galur-galur tersebut merespon turun hasilnya jika dosis N pada lingkungan tanam ditambah dengan
dosis lebih rendah atau lebih tinggi. Galur-galur kombinasi ProgolAsahan dari seleksi pedigri di optimum lebih responsif dan naik hasilnya dibandingkan
hasil seleksi di suboptimum. Meski demikian, galur-galur hasil seleksi di suboptimum lebih efisien dan tidak responsif.
Hasil gabah di lingkungan produksi suboptimum dan optimum tidak berbeda nyata kecuali pada galur yang berasal dari populasi ProgolAsahan.
Lingkungan seleksi tidak berpengaruh terhadap hasil gabah populasi GampaiIR77674 di kedua kondisi lingkungan produksi. MBM lebih efektif
jika digunakan pada GampaiIR77674 dan karena tidak berbeda nyata maka
42 Tabel 4.3. Keragaan galur-galur padi yang berasal dari lingkungan seleksi N
suboptimum N- dan optimum N+ menggunakan metode MBM ditanam pada kondisi N suboptimum N- dan N optimum N+.
Lingk. seleksi
Lingk. produksi
Rata- rata
Std error
Std deviasi
Ragam KK
Nilai min.
Nilai maks.
Umur berbunga N-
N- 81.1
0.4 3.9
15.9 4.93
73.2 91.8
N+ 83.9
0.5 4.3
19.0 5.20
73.9 92.7
N+ N-
82.4 0.5
4.5 20.1
5.44 73.2
96.0 N+
84.8 0.5
4.8 23.1
5.66 75.7
93.4 Tinggi tanaman
N- N-
105.4 1.3
12.2 147.7
11.53 76.2
134.9 N+
112.1 1.3
12.4 154.7
11.10 90.0
140.0 N+
N- 107.4
1.4 12.6
160.1 11.78
80.2 138.4
N+ 115.7
1.6 14.4
206.7 12.43
88.7 152.5
Jumlah anakan produktif N-
N- 8.6
0.3 2.6
6.76 30.38
1.9 14.2
N+ 10.2
0.3 2.4
5.64 23.19
4.5 15.9
N+ N-
9.3 0.3
2.8 7.63
29.62 3.6
26.6 N+
10.1 0.2
2.3 5.28
22.65 1.9
14.7 Panjang malai
N- N-
26.0 0.2
1.6 2.71
6.34 22.4
29.8 N+
25.9 0.2
1.9 3.54
7.25 21.8
29.9 N+
N- 26.8
0.2 2.0
4.11 7.58
22.3 34.2
N+ 26.4
0.2 1.9
3.81 7.39
22.0 31.2
Bobot malai N-
N- 3.8
0.1 0.7
0.56 19.57
2.20 5.7
N+ 3.8
0.1 0.8
0.71 21.91
1.31 5.9
N+ N-
4.0 0.1
0.8 0.70
20.79 2.42
5.8 N+
3.9 0.1
0.9 0.8
23.44 2.01
6.0 Jumlah gabah isi
N- N-
117.9 2.74
24.98 623.9
21.19 33.0
178.4 N+
112.9 2.97
27.50 756.5
24.35 31.4
185.1 N+
N- 125.9
3.04 27.66
765.3 21.96
74.0 219.7
N+ 2.7
0.03 0.29
0.09 10.78
2.14 3.7
Bobot 100 butir N-
N- 2.8
0.04 0.40
0.16 14.35
2.16 4.9
N+ 2.7
0.04 0.33
0.11 12.20
2.09 4.5
N+ N-
2.8 0.04
0.34 0.11
12.13 2.05
4.0 N+
2.7 0.03
0.29 0.09
10.78 2.15
3.7 Hasil
N- N-
3637 185
1697 2878672
46.65 1129 9059
N+ 4436
135 1250
1561374 28.17 1924
8083 N+
N- 3644
185 1693
2867548 46.47
826 9396
N+ 4475
147 1354
1832804 30.25 1709
8363
43 Gambar 4.1. Hasil galur-galur yang diseleksi pada dua kondisi N dan ditanam
pada kondisi N yang berbeda Gambar 4.2. Hasil gabah 10 galur terbaik padi GampaiIR77674 diseleksi di
lingkungan N suboptimum GIR_N- dan optimum GIR_N+ dan ProgolAsahan, diseleksi di lingkungan N suboptimum
PA_N- dan optimum PA_N+, pada lingkungan produksi N suboptimum N- dan optimum N+.
seleksi untuk mendapatkan galur efisien N dapat dilakukan di lingkungan N suboptimum.
Efektivitas metode seleksi dapat berbeda antar populasi persilangan. Pada suatu populasi kedelai ditemukan bahwa MBM menghasilkan galur
dengan rata-rata jumlah biji lebih tinggi dibandingkan metode pedigri Miladinović et al. 2011. Menurut El-Hosarya et al. 2014 MBM dapat
efektif menghasilkan galur hanya pada satu dari tiga populasi gandum untuk jumlah malai sedangkan metode pedigri menghasilkan galur dengan jumlah
gabah yang tinggi.