Pendahuluan Efektivitas Metode Dan Lingkungan Seleksi Untuk Menghasilkan Galur Harapan Padi Adaptif Terhadap Kondisi Nitrogen Suboptimum

23

3.3 Hasil dan Pembahasan

3.3.1 Keragaan dan Keragaman Populasi F

3 Hasil Seleksi pada Kondisi N Suboptimum Persiapan tanam, kondisi pertanaman saat fase vegetatif dan generatif dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada awal pertanaman terdapat serangan hama keong mas yang dikendalikan dengan cara mengeringkan areal sawah selama satu minggu dan memunguti keong secara manual. Walang sangit dan burung mulai menyerang saat tanaman memasuki masa pengisian biji atau masak susu. Walang sangit disemprot dengan insektisida sedangkan burung dikendalikan manual dan menutupi lahan dengan jaring. Data curah hujan dan suhu bulanan menunjukkan bahwa pada MT 1 pertanaman F 3 bulan April sampai Agustus 2012 curah hujan relatif sedang- rendah dan suhu rata-rata minimum dan maksimum berkisar antara 21-33 o C. Selisih suhu antar bulan selama masa tanam adalah 1-2 o C Gambar 3.2. Pada pertanaman F 4 dan F 5 kondisi curah hujan terendah mencapai 300 mmbulan dan suhu per bulan berkisar antara 22 hingga 32 o C. Pada masa anakan dan pengisian biji terlihat suhu udara lebih rendah dari suhu optimum bagi pertumbuhan padi yang seharusnya berada pada kisaran 25-30 o C FAO 2005. Perubahan suhu sangat mempengaruhi produktivitas padi dimana pada setiap kenaikan suhu 1 o C dapat menurunkan hasil panen sampai 10 ADB 2009. Di Filipina, Peng et al. 2004 melaporkan bahwa pada musim kemarau penurunan hasil panen dapat mencapai 15 untuk setiap kenaikan suhu 1 o C. Data secara umum menunjukkan bahwa pada kondisi pertanaman N rendah atau suboptimum pertumbuhan vegetatif ProgolAsahan yaitu tinggi tanaman 109.07 cm lebih tinggi dibandingkan kombinasi lain Tabel 3.4. Gambar 3.1. Persiapan tanam atas; fase vegetatif bawah kiri, generatif bawah kanan 24 Gambar 3.2. Kondisi curah hujan dan suhu bulanan pada MT 2012-2013 Tabel 3.4. Nilai tengah karakter panjang malai dan tinggi tanaman padi populasi F3 N=300 Populasi Tinggi tanaman cm Panjang malai cm Bobot malai g Bintang LadangUS2 89.84b 25.90a 3.97a GampaiIR77674 87.38c 23.54c 2.86c ProgolAsahan 109.07a 24.20b 3.76b Rata rata 92.83 23.93 3.41 KK 11.85 6.62 15.93 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf α 5 Tabel 3.5. Panjang malai dan bobot malai padi varietas tetua, MK 2012 Varietas Panjang malai cm Bobot malai g Bintang Ladang 27.15a 3.81a US2 24.99b 2.67c Gampai 19.42d 1.92e IR77674 26.62a 3.16b Progol 24.13b 2.80c Asahan 23.34c 2.23d Rata rata 24.25 2.88 KK 10.48 23.87 a Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji t pada taraf α 5 Pertumbuhan generatifnya menurun terlihat dari panjang malai dan bobot malai yang nyata lebih rendah dari Bintang LadangUS2. Sebaliknya, Bintang 25 LadangUS2 pada fase vegetatif tinggi tanaman tergolong pendek namun memasuki fase generatif pertumbuhannya meningkat dengan malai panjang 27.15 cm dan bobot malai terberat 3.97 g. Hal ini mungkin disebabkan adanya pengaruh tetua dimana Bintang Ladang memang memiliki malai lebih baik dibandingkan tetua lainnya Tabel 3.5. Pengaruh tetua Bintang Ladang terlihat lebih dominan dibandingkan US2 meskipun US2 juga memiliki karakter malai yang baik. Tetua Progol maupun Asahan memiliki karakter malai lebih rendah dibandingkan Bintang Ladang dan US2 yang mempengaruhi malai turunannya. Untuk populasi GampaiIR77674 terlihat bahwa ketiga karakter memiliki nilai terendah dibandingkan populasi lainnya. Kemungkinan hal tersebut dipengaruhi tetua Gampai dengan karakter malai terendah dibandingkan tetua lainnya. Bobot malai Gampai paling rendah karena selain malainya pendek, gabahnya berbentuk bulat kecil. Gampai terlihat lebih dominan dibandingkan IR77674 dan hal ini terlihat dari populasi kombinasi keduanya. Pemilihan tetua yang tepat mempengaruhi penampilan keturunannya. Tetua Bintang Ladang mungkin memiliki kemampuan menggunakan N secara efisien dibandingkan tetua lainnya. Suatu genotipe dinyatakan efisien jika memiliki daya hasil tinggi pada kondisi N rendah Segda et al. 2014. varietas yang efisien dalam mengunakan N mampu menggunakan nitrogen untuk membentuk hasil panenan dalam bentuk gabah sehingga menghasilkan bobot gabah yang tinggi dibandingkan varietas yang tidak efisien Anwar dan Darjanto 2009. Menurut Mildaerizanti et al. 2012 pada kadar N rendah kemampuan tanaman dalam fotosintesis terbatas karena N berpengaruh terhadap pembentukan pigmen fotosintesis dan protein enzim fiksasi karbondioksida. Kekurangan N menyebabkan klorofil yang terbentuk sedikit sehingga energi yang mampu dihasilkan untuk proses fotosintesis juga kurang. Sebaliknya, padi lokal lebih mampu menyeimbangkan pengalokasian nitrogen untuk pembentukan struktur kloroplas dan untuk pembentukan energi sehingga tetap dapat menghasilkan laju fotosintesis. 3.3.2 Parameter Genetik dan Korelasi Antar Karakter dari Tiga Populasi Padi Generasi F 3 Keragaman genetik mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Sebelum menentukan metode seleksi dan waktu seleksi, perlu diketahui nilai keragaman genetik pada tanaman yang diuji Wolie et al. 2013. Berdasarkan Tabel 3.6 pendugaan ragam panjang malai dan bobot malai diketahui bahwa ragam lingkungan lebih besar daripada ragam genotip, kecuali pada karakter bobot malai populasi ProgolAsahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keragaman sifat panjang malai dan bobot malai lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Hal ini dapat disebabkan karena karakter-karakter tersebut merupakan karakter yang dipengaruhi oleh banyak gen sehingga pengaruh setiap gen terhadap fenotip menjadi lebih kecil dan bersifat kumulatif Hermawan et al. 2013. Dengan penghitungan nilai relatif dari masing-masing karakter diperoleh kriteria KKG tinggi adalah pada karakter panjang malai dan bobot malai dari populasi ProgolAsahan. Nilai KKG yang tinggi menunjukkan bahwa perbaikan melalui seleksi dimungkinkan dengan karakter ini. Karakter