Dalam penelitian ini, untuk menentukan tingkat lag optimal digunakan nilai Schwarz Information Criteria SIC yang terkecil. Tabel 7 menunjukkan
perhitungan nilai SIC untuk setiap lag-nya. Dari perhitungan nilai SIC tersebut didapat bahwa nilai minimum terdapat pada lag 5, sehingga diperoleh lag optimal
adalah lag 5. Selanjutnya uji kointegrasi, estimasi VECM dan variance decomposition
akan dilakukan pada lag optimal ini. Tabel 7. Perhitungan Schwarz Information Criteria SIC
Lag SIC
5,720898 1
3,956343 2
4,290477 3
4,105006 4
4,037108 5
3,725021 6
4,016849 7
4,445974 8
4,490571 9
4,632761 10
4,903347 11
5,310609
Sumber: Lampiran 5
5.3. Kointegrasi
Berdasarkan hasil uji stasioneritas, terdapat satu variabel yang stasioner pada level dan empat variabel yang stasioner pada first difference. Setelah semua
variabel stasioner pada first difference, dengan demikian seluruh variabel telah memenuhi persyaratan kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan dengan
menggunakan uji Johansen. Tabel 8 menunjukkan hasil uji Johansen yang diperoleh dua persamaan terkointegrasi pada taraf signifikan 5 persen. Hal
tersebut diperoleh dengan membandingkan estimasi Trace Statistic terhadap nilai kritisnya critical value, dimana nilai Trace Statistic-nya lebih besar dari nilai
critical value maka persamaan tersebut terkointegrasi dalam jangka panjang.
Tabel 8. Uji Johansen Hypothesized
No. of CEs Eigenvalue
Trace Statistic
5 Percent Critical Value
1 Percent Critical Value
None 0,356136
120,0393 68,52
76,07 At most 1
0,199201 59,28235
47,21 54,46
At most 2 0,114931
28,62627 29,68
35,65 At most 3
0,054820 11,77788
15,41 20,04
At most 4 0,028551
3,597394 3,76
6,65
Sumber: Lampiran 7 Catatan:
signifikan pada taraf nyata 1 5 Terdapat 2 persamaan terkointegrasi pada taraf nyata 1 dan 5
5.4. Estimasi Vector Error Correction Model
Setelah melakukan uji kointegrasi diperoleh dua persamaan yang terkointegrasi serta dapat diperoleh persamaan jangka panjang dan jangka pendek
dari hasil estimasi VECM. Namun dalam penelitian ini hanya menjelaskan persamaan jangka pendek saja. Untuk menjawab permasalahan pertama, diperoleh
pengaruh indikator makroekonomi dan indikator perbankan terhadap suku bunga deposito pada bank pemerintah dari persamaan jangka pendek.
Tabel 9. Persamaan Suku Bunga Deposito dalam Jangka Pendek dengan Variabel-variabel yang Signifikan
Variabel Koefisien Standard
Error T-Statistics
DRDEP-2 -0,275976 0,11956 -2,30828 DRDEP-3 -0,248274 0,10570 -2,34893
DLOGM2-1 -0,419307 0,103317 -4,06424
DLOGM2-2 -0,516498 0,12190 -4,23708
DCPI-1 0,561671 0,23655
2,37446 DRSBI-2 0,185963 0,08845 2,10245
DLDR-1 0,259328 0,06681 3,88130
C -1,918935 0,49277
-3,89422
Sumber: Lampiran 8 Catatan:
signifikan pada taraf 5 persen Tolak H0 jika |t-statistic| 1.96
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa indikator makroekonomi dan indikator perbankan berpengaruh signifikan pada taraf 5 persen terhadap suku bunga
deposito bank pemerintah. Dalam persamaan jangka pendek diperoleh bahwa perubahan suku bunga deposito 2 dan 3 bulan sebelumnya berpengaruh signifikan
secara negatif terhadap perubahan suku bunga deposito itu sendiri. Dimana peningkatan 1 persen pada perubahan suku bunga deposito 2 dan 3 bulan
sebelumnya akan menurunkan perubahan suku bunga deposito itu sendiri sebesar 0,28 dan 0,25 persen cateris paribus.
Suku bunga deposito dipengaruhi oleh suku bunga deposito 2 dan 3 bulan sebelumnya karena dalam penghimpunan dana deposito oleh perbankan yaitu
bank-bank umum pemerintah memiliki penghimpunan dana terbesar dibandingkan bank-bank lain sehingga bank-bank pemerintah mendominasi produk deposito
atau sebagai price leader dalam menentukan persaingan harga suku bunga dan dana deposito. Oleh karena itu suku bunga deposito bank-bank pemerintah tidak
dipengaruhi oleh suku bunga deposito bank-bank lain namun dipengaruhi oleh suku bunga deposito periode sebelumnya.
Selain itu perubahan jumlah uang beredar 1 dan 2 bulan sebelumnya berpengaruh signifikan secara negatif terhadap perubahan suku bunga deposito.
Peningkatan 1 persen pada perubahan jumlah uang beredar 1 dan 2 bulan sebelumnya akan menurunkan perubahan suku bunga deposito sebesar 0,42 dan
0,52 persen cateris paribus. Hal tersebut sesuai dengan teori Keynes, jika terjadi peningkatan jumlah uang beredar mengakibatkan tingkat bunga menurun maka
terjadi liquidity effect dalam jangka pendek. Peningkatan jumlah uang yang beredar yang dilakukan oleh Bank
Indonesia BI akan menyebabkan meningkatnya jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat. Jika masyarakat memegang lebih banyak uang, maka kelebihan dana
tersebut akan dialihkan untuk investasi salah satunya adalah produk deposito yang ditawarkan perbankan. Banyaknya masyarakat yang mendepositokan dananya
pada bank-bank pemerintah menyebabkan kelebihan likuiditas perbankan sehingga bank akan mengurangi jumlah dana yang dihimpun dengan menurunkan
suku bunga deposito. Sebaliknya, jika BI menurunkan jumlah uang yang beredar maka akan berpengaruh pada peningkatan suku bunga deposito bank-bank
pemerintah. Sedangkan variabel perubahan harga 1 bulan sebelumnya berpengaruh
signifikan secara negatif terhadap perubahan suku bunga deposito. Peningkatan perubahan harga 1 bulan sebelumnya sebesar 1 persen akan menurunkan
perubahan suku bunga deposito sebesar 0,56 persen cateris paribus. Inflasi yang terus terjadi akan menyebabkan pihak bank untuk meningkatkan suku bunga
deposito nominalnya yang bertujuan untuk menyesuaikan dengan inflasi yang terus meningkat. Hal tersebut dapat dilihat pada periode krisis 1997 dimana terjadi
inflasi yang sangat tinggi kemudian diikuti dengan peningkatan suku bunga
deposito nominal oleh perbankan. Sedangkan inflasi yang terus meningkat akan menyebabkan suku bunga deposito riil turun return sesungguhnya yang diterima
oleh masyarakat dari mendepositokan dananya akan semakin berkurang. Hal tersebut sesuai dengan hukum Fisher dimana terdapat hubungan negatif antara
inflasi dan suku bunga riil. Suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara positif terhadap penetapan
suku bunga deposito pada bank-bank pemerintah. Peningkatan perubahan suku bunga SBI 2 bulan sebelumnya sebesar 1 persen akan meningkatkan perubahan
suku bunga deposito sebesar 0,19 persen cateris paribus. Terdapat kecenderungan tingginya suku bunga SBI akan diikuti oleh meningkatnya suku
bunga deposito. Tingkat suku bunga SBI merupakan referensi dari tingkat suku bunga deposito perbankan. Adanya hubungan positif antara suku bunga SBI dan
suku bunga deposito mengindikasikan bahwa kegiatan operasi pasar terbuka OPT di Indonesia sudah berkembang, sehingga instrumen kebijakan Bank
Indonesia berhasil mempengaruhi tingkat bunga di Indonesia. Indikator perbankan yang dalam penelitian ini diwakili oleh LDR Loan to
Deposit Ratio memiliki pengaruh signifikan secara positif terhadap penetapan
suku bunga deposito. Artinya, peningkatan sebesar 1 persen pada perubahan LDR 1 bulan sebelumnya akan berpengaruh terhadap peningkatan perubahan suku
bunga deposito sebesar 0,26 persen cateris paribus. Loan to Deposit Ratio
LDR perbankan mencerminkan tingkat intermediasi perbankan. Jika LDR bank pemerintah tinggi maka tingkat
intermediasi perbankan tersebut semakin tinggi pula. Hubungan yang positif
antara LDR dan suku bunga deposito sesuai dengan hipotesis, karena jika tingkat intermediasi bank pemerintah meningkat mengindikasikan banyaknya kredit yang
disalurkan pada sektor riil. Banyaknya dana kredit yang disalurkan juga harus didukung oleh peningkatan dana yang dihimpun oleh bank pemerintah karena
menurunnya likuiditas perbankan tersebut. Sehingga untuk menarik dana dari masyarakat, suku bunga deposito perlu ditingkatkan sebagai daya tarik agar
masyarakat berminat untuk menyimpan dananya. Dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang signifikan berpengaruh
terhadap penetapan suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah dalam jangka pendek adalah variabel suku bunga deposito 2 dan 3 bulan sebelumnya,
jumlah uang beredar 1 dan 2 bulan sebelumnya, tingkat harga 1 bulan sebelumnya, suku bunga SBI 2 bulan sebelumnya serta LDR 1 bulan sebelumnya.
5.5. Variance Decomposition