peminjaman. Slope kurva permintaan negatif yang menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya maka semakin rendah dana yang diinginkan peminjam dan sebaliknya
Gambar 6.
2.2. Keseimbangan Credit Rationing
Dalam konteks pasar kredit pandangan tradisional dalam ekonomi moneter mengenai adanya keseimbangan antara penawaran dan permintaan uang tidak
berlaku lagi. Dengan semakin berkembangnya perbankan dan sektor keuangan, dewasa ini muncul pandangan yang mengkritisi pendekatan tradisional dalam
teori ekonomi moneter yang mendasarkan pada permintaan uang untuk transaksi tersebut. Maka muncul fenomena credit rationing dimana menurut Stiglitz 1981
pasar kredit tidak dapat disamakan dengan pasar barang, dan karenanya tidak dapat diasumsikan bahwa suku bunga yang terjadi di pasar akan selalu
menyeimbangkan besarnya permintaan dan penawaran pinjaman, hal tersebut merupakan konsekuensi dari ketidaksempurnaan informasi yang sering terjadi di
pasar keuangan. Menurut Baltensperger 1978 dalam Freixas dan Rochet 1997,
keseimbangan credit rationing terjadi apabila terdapat permintaan debitur terhadap kredit namun hal tersebut tidak dipenuhi oleh pihak bank dimana suplai
kredit yang semakin berkurang walaupun debitur bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi.
Harga yang dibayar oleh debitur dalam hal ini adalah faktor harga suku bunga dan faktor non-harga jaminan. Secara garis besar credit rationing
menggambarkan kondisi dimana permintaan debitur terhadap kredit melebihi penawaran kreditur bank terhadap kredit pada tingkat bunga yang berlaku.
R
1
R
Suku Bunga Nominal
Sumber: Freixas dan Rochet, 1997 Gambar 7. Keseimbangan Credit Rationing
Gambar 7 menunjukkan bagaimana credit rationing terjadi dalam pasar kredit. Jika kurva permintaan kredit adalah L
1
D
dan suplai kredit berpotongan pada tingkat bunga nominal R
1
, maka akan terjadi keseimbangan dalam pasar kredit. Sedangkan jika kurva permintaan kredit adalah L
2 D
dan kurva suplai kredit tidak berpotongan dengan kurva permintaan kredit karena kurva suplai kredit berbentuk
backward bending . Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya keseimbangan
credit rationing pada tingkat bunga R
dimana permintaan kredit melebihi suplai kredit excess demand.
Terjadinya kelebihan permintaan kredit terhadap penawarannya disebabkan karena kurva suplai kredit berbentuk backward bending dan tidak
terdapat fungsi yang linier antara suku bunga dan jumlah kredit yang ditawarkan. Hal tersebut mengakibatkan harga dari kredit suku bunga kredit tidak
dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kredit yang dipinjamkan pada debitur.
Volume Kredit
Equilibrium
Demand L
1 D
Supply S ρR
Demand L
2 D
Menurunnya suplai kredit yang disalurkan perbankan bukan disebabkan karena peminjam debitur tidak mampu memberikan jaminan collateral yang
sesuai dengan banyaknya kredit, dan bukan karena bank akan mendapatkan resiko yang lebih tinggi dengan meminjamkan kredit tersebut. Penurunan suplai kredit
yang menyebabkan kurva suplai berbentuk backward bending, lebih dikarenakan adanya ketidaksempurnaan informasi asymetric information yang sering terjadi
di pasar keuangan. Menurut Stiglitz dan Weiss 1981 dalam Freixas dan Rochet 1997
adverse selection dan moral hazard yang timbul karena ketidaksempurnaan
informasi dalam pasar keuangan dapat menyebabkan terjadinya credit rationing.
2.3. Jenis Suku Bunga